Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kampung Halamanku

12 Februari 2021   18:25 Diperbarui: 12 Februari 2021   18:30 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kampung halamanku
di lembah perbukitan
rumah-rumah penuh kehangatan
ramah tamah di setiap kelokan jalan

di halaman-halaman
ibu-ibu berlomba mencari kutu
menunggu Bapak-bapak pulang dari ladang

anak-anak bermain egrang dan gobag sodor selepas lohor
hingga sore menjelang
berlarian pulang saat adzan berkumandang

riuh berjejal di teras Mushala
tempat bersilaturahmi seluruh warga

hingga malam tiba
keheningan menyelimuti
lampu-lampu penerang seadanya
menyala
desa sunyi
binatang malam meningkahi sepi

kini masa berlabuh
teknologi menjelajah
menerobos melewati celah-celah dinding rumah

dunia mengecil seakan tak berjarak
tak harus berolah gerak
teman, kawan dan lawan saling tatap
meski berbeda tempat

anak-anak tak perlu keluar
cukup bermain di aplikasi
main bareng lintas negeri

ibu-ibu tak butuh lawan bicara
cukup bercengkerama di sosial media
gosip, lokal, hingga artis Korea
mudah diakses suka-suka

bapak-bapak tak butuh warung kopi
tuk berdiskusi masalah negeri
cukup berpolitik di balik jari
melempar opini berunjuk gigi

kampung halamanku kini
hilang kearifan lokal
dijajah teknologi berbasis 4G

Gambar Pixabay

Mutia AH
Ruji, 12 Februari 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun