kampung halamanku
di lembah perbukitan
rumah-rumah penuh kehangatan
ramah tamah di setiap kelokan jalan
di halaman-halaman
ibu-ibu berlomba mencari kutu
menunggu Bapak-bapak pulang dari ladang
anak-anak bermain egrang dan gobag sodor selepas lohor
hingga sore menjelang
berlarian pulang saat adzan berkumandang
riuh berjejal di teras Mushala
tempat bersilaturahmi seluruh warga
hingga malam tiba
keheningan menyelimuti
lampu-lampu penerang seadanya
menyala
desa sunyi
binatang malam meningkahi sepi
kini masa berlabuh
teknologi menjelajah
menerobos melewati celah-celah dinding rumah
dunia mengecil seakan tak berjarak
tak harus berolah gerak
teman, kawan dan lawan saling tatap
meski berbeda tempat
anak-anak tak perlu keluar
cukup bermain di aplikasi
main bareng lintas negeri
ibu-ibu tak butuh lawan bicara
cukup bercengkerama di sosial media
gosip, lokal, hingga artis Korea
mudah diakses suka-suka
bapak-bapak tak butuh warung kopi
tuk berdiskusi masalah negeri
cukup berpolitik di balik jari
melempar opini berunjuk gigi
kampung halamanku kini
hilang kearifan lokal
dijajah teknologi berbasis 4G
Gambar Pixabay
Mutia AH
Ruji, 12 Februari 2021