Mohon tunggu...
Mutia Cahyani
Mutia Cahyani Mohon Tunggu... mahasiswi

mahasiswi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Proteksi Dalam Kedokteran Nuklir Dengan Zat Radioaktif Di Dalam Tubuh Sebagai Penyembuh

18 Juni 2025   18:31 Diperbarui: 18 Juni 2025   18:29 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bone Scan-Case Study. Sumber : DDNMRC Case Study - Cancer Diagnosis Center In Kerala

Oleh : Mutia Cahyani

Dosen Pengampu : Krizky Eka Putra Sulistya, S. Tr.Kes

DIV Teknologi Radiologi Pencitraan

Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

 

Radiasi, energi elektromagnetik yang dikenal sebagai materi utama dalam pemeriksaan radiologi dalam dunia medis. Namun tahukah kamu? bahwa radiasi itu tidak hanya berguna untuk pemeriksaan saja loh, radiasi yang memiliki sisi bahaya ini ternyata juga bisa menjadi obat yang dapat menyembuhkan tumor atau kanker. Pengobatan ini dinamakan Kedokteran nuklir, sesuai pernyataan sebelumnya pengobatan tersebut menggunakan zat radioaktif. Mungkin kamu bingung, bagaimana materi berbahaya itu bisa menyembuhkan tumor dan kanker? dan apakah aman bagi pasien dan tenaga medis yang terlibat dalam pengobatan ini?

Sebelum menjelaskan pertanyaan di atas kita perlu tahu apa pengertian dari Kedokteran Nuklir itu sendiri. Kedokteran Nuklir adalah spesialis medis yang melibatkan penerapan zat radioaktif dalam diagnosis dan pengobatan penyakit. Pengobatan ini menggunakan alat Positron Emission Tomography (PET) dan Single Positron Emission Computed Tomography (SPECT) dalam penggambaran citra. Berbeda dengan rontgen yang memancarkan radiasi dari mesin, pada Kedokteran nuklir sumber radiasinya melalui suntikan zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh. Jadi, pasien yang telah diberi suntikan akan menjadi sumber radiasi sementara.

Zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien itu dinamakan radiofarmaka. radiofarmaka itu akan bekerja dengan menyebar ke seluruh tubuh dan menempel pada sel kanker, setelah itu pasien akan dimasukkan ke dalam PET atau SPECT untuk memindai keberadaan pasti dan sifat kanker tersebut. Sedangkan untuk kebutuhan terapi tidak perlu menggunakan alat, cukup disuntikkan radiofarmaka dengan dosis yang lebih tinggi.

Untuk proteksinya, sudah ada prosedur sendiri baik bagi pasien maupun tenaga medis yang terlibat. Yang pertama bagi pasien, karena pasien yang sudah diberi suntikan menjadi sumber radiasi sementara, maka setelah melakukan pemeriksaan ini pasien akan dicek dengan mengukur radiasi yang ada di dalam tubuh pasien, apabila jumlah radiasinya masih pada batas aman, pasien hanya diberi edukasi untuk isolasi mandiri sementara di rumahnya. Namun apabila radiasi yang didalam tubuh pasien melewati batas aman maka pasien akan dirawat inap dan diisolasi di ruangan khusus hingga radiasinya berkurang sampai batas aman. Sedangkan untuk tenaga medis sendiri terutama Radiografer yang bertugas dengan cara menerapkan 3 prinsip dasar proteksi radiasi yaitu waktu, jarak, dan pelindung.

Maksud dari waktu adalah semakin singkat paparan, semakin kecil dosisnya. Contohnya yaitu Radiografer bekerja secepat dan seefisien mungkin, terutama dalam menangani pasien yang sudah diberi radiofarmaka. Selanjutnya penjelasan dari jarak yaitu semakin jauh dari sumber radiasi semakin kecil dosis yang diterima, seperti menjaga jarak aman dengan pasien yang sudah menjadi sumber radiasi sementara. Sedangkan yang terakhir yaitu pelindung, maksudnya adalah menggunakan bahan pelindung untuk menyerap dan menahan radiasi. Pada prinsip ketiga ini terdapat banyak alat yang perlu diberikan bahan pelindung (shielding) dari timbal (pb) yang menahan radiasi, contohnya adalah alat pelindung yang dipakai radiografer pada saat pemeriksaan atau terapi seperti lead glass, baju pelindung (apron) dan gonad shield. Selain itu dinding pada ruangan pemeriksaan juga harus menggunakan bahan dari timbal (pb) untuk menghindari resiko kebocoran radiasi ke luar ruangan.

Pada ruangan Kedokteran nuklir ini memiliki desain yang khusus dimana bagian masuk ruangan ini dibuat seperti labirin, dan bagian dalamnya dipasangi alarm peringatan agar orang tidak sembarangan masuk ke area radiasi. Selain itu, terdapat pembagian ruangan juga yang menunjukkan seberapa besar level radiasi yang ada di dalam ruangan tersebut. Pembagian ruangan tersebut dibagi menjadi 3 level, yang pertama daerah aktif yang level radiasinya dirasa paling besar, dan yang termasuk dalam daerah aktif adalah Hot Lab, isotop receive, decay room, dan isotop measurement. Selanjutnya yang kedua yaitu daerah semi aktif dengan tingkat radiasinya dibawah daerah aktif, didalamnya berisi ruangan seperti contamination monitor, aplikasi, shower/toilet, dan gamma camera. Yang terakhir adalah daerah tidak aktif dimana tingkat radiasinya terbilang paling rendah dan aman, contohnya ruang pendaftaran, ruang tunggu, administrasi, dan film. Dengan adanya pembagian tingkat ruangan ini orang-orang akan lebih berhati-hati saat berada di dalam atau di dekat ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun