Mohon tunggu...
Muthakin Al Maraky
Muthakin Al Maraky Mohon Tunggu... Guru - Relawan di Komunitas Literasi Damar26 Cilegon

Tukang ngelamun yang mencintai buku

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Membaca Jejak Masa di Pameran Drawing Nasional

19 Mei 2022   21:16 Diperbarui: 19 Mei 2022   21:30 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung di Ruang Pameran. Dokpri

Menengok ke belakang tentang pergerakan masyarakat dalam seni menggambar, sudah dilakukan sejak beratus tahun yang lalu. Membuat garis penghubung antara yang hidup dan yang mati. Antara yang fisik dan tak fisik, menjadikan bahasa gambar sebagai jalan spiritual yang membangun sebuah keyakinan pada kekuatan sang pencipta alam. 

Dunia menggambar bukanlah dunia yang asing pada setiap orang. Secara tidak langsung ia sudah mempengaruhi alam bawah sadar kita yang dapat muncul sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. Semua dapat terlihat pada anak usia balita yang menciptakan alat komunikasi lewat tembok dan tanah.

Di era modern, gambar tidak lagi menjadi sesuatu yang sakral, tetapi sudah menjadi cara untuk menghibur dan berkreasi. Semua orang dapat melakukannya tanpa adanya larangan. Bahkan sekarang ini banyak orang yang menjadikan gambar sebagai profesi pilihan. Sehingga gambar menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Pada momentum hari menggambar nasional, para perupa yang tergabung dalam komunitas drawing mengadakan kegiatan pameran secara bersama.  Meliputi wilayah-wilayah di seluruh Indonesia dengan lokasi berbeda.  Komunitas Banten Art Community (BAC) diwakili 13 anggotanya dan Komunitas Literasi Damar 26, bergerak mensukseskan pameran drawing. Kegiatan akan berlangsung dari tanggal 14 sampai 31 Mei 2022, dengan mengusung tema "JEJAK MASA". Terinspirasi dari peristiwa-peristiwa budaya masa lalu yang masih ada dalam keseharian atau yang tertinggal dalam kenangan.

Aktivitas budaya masyarakat menjadi gambaran menarik ketika para perupa menceritakannya lewat garis hitam putih dan berwarna. Mencoba membuka kembali ingatan masa kecil di desa, kota kecamatan dengan pola kehidupan sederhana tanpa listrik, kompor gas, kulkas, hp bahkan televisi. Hanya kesederhanaan tak berbeban. Bangunan-bangunan sejarah, tokoh sejarah, surat-surat penting, mantra juga tak luput dari tangkapan ide perupa. Sungguh menjadi sangat berkesan.

Dari 29 karya yang dihadirkan pada pameran ini, maka para apresiator  akan menemukan beberapa corak yang berbeda. Misalnya pada karya Kei dengan judul Raden Saleh menggambarkan seorang tokoh seni rupa romantis Indonesia, merupakan karya bercorak realis, dengan menggunakan media tinta China dengan teknik sapuan kuas yang halus. 

Karya Fadlil Amin bercorak surealis dengan judul  Pertahanan Terakhir lebih menggambarkan kegelisahan pada perubahan kota yang ditinggalinya. Pergeseran kebudayaan lokal sebagai jati diri menjadi budaya industri. H. Mukti Jayaraksa lewat kaya kaligrafi berjudul Jangjawokan Jatidiri lebih menggambarkan lima unsur manusia dengan tulisan Arab pegon. 

Mhaex Maranoes dengan gaya kartun berjudul Pesta Muludan. Menangkap peristiwa budaya peringatan maulid nabi  Muhammad SAW yang  dilaksanakan setiap tahun. Meliputi wilayah Serang dan Cilegon. MT. Harsana dalam karyanya berjudul Senja di Baduy memanfaatkan garis minimalis,  menangkap secara spontan kesan senja di kampung pedalaman Baduy.

Sedangkan IndraKesuma dengan guratan graffity bertekstur dengan media campuran,  mendepormasi huruf kuno Sumatera Selatan untuk  menggambarkan kekagumannya pada Nabi Muhammad SAW. Dengan judul  Untuk Sebuah Nama, Idy mencoba menyimpan ingatan tentang suasana dapur tempat masak yang ada di rumahnya. 

Gaya realis menggunakan pensil sebagai bahasa ungkap menggambar panci di atas tungku batu bata, di kelilingi kayu bakar yang disusun berdiri dengan rapih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun