Tumbuh di pucuk reranting
kenalkan dunia dari sebutir hingga segenggam lebih,
terasa indah dengan keelokan bunga
yang enggan udar dari kelopaknya.
Semangat kian membubung guna menengok yang lebih indah
hingga tanpa di tilikpun mampu dikenal:
daun itu tampak hijau melambai tenang
kini bergelantung
olang aling embusan angin ramah
semakin tak kuasa dengan muslihat dunia,
sebabkan, nikmat kadang tak ditoleh
mengalpakan rasa syukur, tertinggal bersiul-siul.
Tak acuh, dia semakin beringsut
tergantikan oleh yang bru.
Seiring
matahari berlari rembulanpun berulang
Jemari musim menggamit, mengata kata pasrah untuk masa,
saling beradu mampu:
Kemarau, membawa bara matahari yang mengutuk
buat perahu dan pasir tak lagi berlaut.
Hujan, menyulap langit menjadi kelam
tak dikenal lagi pagi senja dan malam.
Warna hijau pun mulai memudar pucat
lalu daun itu luruh mengelupas ke tanah
serpih demi serpih dia punah
tampa daun dan kelopaknya musnah.
2016