Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Hobi Rebahan Bisa Bikin Bonus Demografi Tak Menguntungkan

13 Maret 2020   18:53 Diperbarui: 14 Maret 2020   16:39 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rebahan | Freepik.com via Hipwee

Maka bagi Pemerintah, menciptakan kualitas SDM yang unggul serta penyediaan lapangan kerja yang luas merupakan tugas yang harus dipersiapkan demi memetik manisnya bonus demografi seperti yang sudah dirasakan oleh Tiongkok dan Korsel itu.

Usaha dari pemerintah menyambut  dan mendapatkan “anugerah” dari bonus demografi tersebut, sepertinya dapat kita lihat diantaranya dari diluncurkannya Road Map Making 4.0 yang berfokus memacu kompetensi SDM di era Industri 4.0. 

Usaha pemerintah dalam meningkatkan lapangan kerja yang luas juga dapat kita lihat dari betapa bersemangatnya Pemerintah meyakinkan para Investor  untuk mau menanamkan modalnya di Indonesia, sehingga terciptalah RUU Cipta Lapangan Kerja yang kontroversial itu.

Lalu bagaimana Persiapan kita sebagai Masyarakat biasa dalam menyambut Bonus demografi ini?

Saya tidak akan menyarankan anda untuk melakukan hal yang besar. Sebab saya percaya, kita bisa membuat  perubahan besar, cukup dengan melakukan hal sederhana. Kalau anda tidak percaya, tidak apa-apa.

Saya pikir, kita bisa sukses meraih kesuksesan bonus demografi cukup dengan Mengurangi Kebiasaan Rebahan. Sederhana bukan? Sekali lagi, Kalau anda tidak percaya, tidak apa-apa.

Hobi Rebahan dan Skill Menghadapi Bonus Demografi

Mari samakan persepsi dahulu tentang kebiasaan rebahan yang saya maksud dalam artikel ini. Kebiasaan rebahan yang saya maksud adalah kebiasaan seseorang merebahkan diri di atas kasur atau tempat apa saja yang terhampar dan bisa dijadikan untuk membaringkan tubuh dengan maksud bermalas-malasan dan memanjakan diri. 

Memang ada istilah Mager (Malas gerak), tapi saya lebih suka menyebutnya kebiasaan rebahan, bagi saya ya sama saja.

“Rebahan=Kegiatan un-produktif”

Merebahkan diri, boleh saja dilakukan jika bertujuan untuk beristirahat melepas penat dan lelah setelah bekerja. Masalahnya adalah, “rebahan untuk beristirahat melepas lelah” belakangan ini sering dijadikan oleh orang-orang untuk alibi kemalasan mereka, padahal tubuh mereka tidak dalam kondisi lelah, hanya kenyamanan saat rebahan saja yang menggoda mereka.

Di kalangan generasi milenial pun belakangan ini “rebahan” sangat populer menjadi bahasan di status-status sosial media mereka. Ironinya, saya melihat tren sosmed generasi milenial dengan topik “rebahan”, sebagai kegiatan yang nyaman dan dibanggakan oleh mereka.  Bahkan ada yang menjadikan rebahan sebagai hobi pengisi waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun