Mohon tunggu...
Media Berbagi
Media Berbagi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa PMM 4 UAD, Adhinata Prabaswara Mengenal Sejarah dengan Berkunjung Ke Masjid Gedhe Kauman

2 April 2024   00:13 Diperbarui: 2 April 2024   00:19 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PMM 4 UAD. Ahad, 32 Maret 2024

PMM 4 UAD. Ahad, 32 Maret 2024
PMM 4 UAD. Ahad, 32 Maret 2024

Kelompok 2 Adhinata Prabaswara, Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) ke-4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melaksanakan kegiatan Modul Nusantara Kebinekaan ke-3: "Napak Tilas Mataram Islam di Yogyakarta" yang berlangsung di Masjid Gedhe Kauman. Ahad, 31 Maret 2024.

Kegiatan Modul Nusantara ini, mahasiswa mengunjungi langsung Masjid Gedhe Kauman. Dengan tujuan mengenal lebih dekat Indonesia melalui sejarah kerajaan Islam, yakni mengunjungi masjid tertua yang ada di yogyakarta.

Kegiatan ini diawali dengan pengenalan sejarah Masjid Gedhe Kauman oleh bapak Anwar Bustami selaku pengurus Masjid Gedhe Kauman.

"Masjid Gedhe Keraton atau biasa juga di sebut Masjid Gedhe Kauman, yang merupakan salah satu masjid tertua di Yogyakarta setelah Masjid Gedhe Mataram" Jelas Pak Anwar Bustami

PMM 4 UAD. Ahad, 32 Maret 2024
PMM 4 UAD. Ahad, 32 Maret 2024


Masjid Gedhe didirikan pada hari Ahad Wage 29 Mei 1773 Masehi, atau 6 Rabi'ul Akhir 1187 Hijriah/Alip 1699 Jawa. Pendirian tersebut ditandai dengan candra sengkala yang berbunyi Gapura Trus Winayang Jalma, sengkalan tersebut tertulis pada prasasti di serambi masjid. Masjid Gedhe didirikan atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Kiai Fakih Ibrahim Diponingrat selaku penghulu keraton. Adapun rancang bangunnya dikerjakan oleh Kiai Wiryokusumo.

Pada masa awal Kesultanan Yogyakarta, masjid ini juga dipergunakan sebagai tempat untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hukum Islam, terutama masalah perkara perdata. Pimpinan pengurus masjid adalah penghulu keraton yang berada di dalam struktur Abdi Dalem Pamethakan. Salah satu Abdi Dalem penghulu keraton yang pernah bertugas di masjid ini bernama Raden Ngabei Ngabdul Darwis, kelak dikenal sebagai Kiai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Sebagai Khatib Amin, ia memiliki tiga tugas utama. Memberikan khotbah Jumat bergantian dengan delapan khatib yang lain, piket di serambi masjid, dan menjadi anggota Raad Agama Islam Hukum Keraton.

Masjid Gedhe Kauman juga memperlihatkan Gaya arsitekturalnya yang kental dengan nuansa Kraton menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan objek wisata atau study tours sejarah bagi pelajar, mahasiswa, ataupun wisatawan lokal maupun asing. Posisi Masjid Gedhe Kauman tidak jauh dari Kraton Yogyakarta, sebelah barat tepat disamping Alun-alun Utara. Secara administrasi masjid ini beralamat di Kampung Kauman, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta.

Filosofi tidak pernah lepas dari masjid Gedhe Kauman terbukti dari berbagai ruang, tiang, bahkan ukiran-ukiran yang ada di masjid memiliki filosofi keislaman, yang menjelaskan masjid ini merupakan keberadaan empat pilar utama atau dikenal dengan saka guru dengan atap berbentuk tajug lambang teplok. Tajug lambang teplok itu adalah bentuk atap bersusun tiga. Secara filosofis, tiga tingkatan pada atap mengartikan tahapan dalam menekuni ilmu tasawuf, yaitu syari'at, thareqat, ma'rifat, atau sering disebut sebagai iman, islam, dan ikhsan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun