Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Telkomsel Semakin Membuat Kesal dan Jengkel

16 Juni 2019   23:17 Diperbarui: 17 Juni 2019   06:45 2893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pengguna dua provider, sebagaimana banyak orang, mungkin juga seperti itu -bahkan banyak yang menggunakan tiga provider sekaligus. Salah satunya adalah provider Telkomsel dengan kartu As Madura: kartu "khusus" yang muncul beberapa tahun lalu, murah meriah, bersahabat, dan karenanya bisa "memukul mundur" beberapa langkah XL sebagai provider "penguasa" di Madura. 

Dengan berbagai keunggulannya, XL dibuat "mati kutu", sejak saat itu. Namun, sekarang sudah banyak yang mulai berpikir ulang karena Telkomsel, dengan semua produknya, mulai kembali mahal, terutama tarif nelpon.

Dulu pun saya begitu, memilih untuk memakai As Madura karena banyak dari keluarga, tetangga, dan teman-teman merekomendasikan untuk memakainya. 

Meskipun saya tinggal di Jakarta (otomatis tidak bisa memanfaatkan keistimewaan paket dan tarif As Madura), tapi setidaknya keluarga atau siapapun yang di Madura lebih mudah dan murah biaya jika ada keperluan komunikasi dengan saya. Terlebih, provider lain yang saya gunakan waktu itu, sering bikin kesel: sinyal sulit, padahal berdekatan tapi jaringan sibuk, mulai menaikkan harga tarif, beban isi pulsa untuk memperpanjang masa aktif padahal tak dipakai, dan lain sebagainya.

Dan sekarang, berdasarkan obrolan dengan tetangga-tetangga dan banyak orang lainnya, Telkomsel (dalam hal ini As Madura) mulai mendapatkan banyak gerutuan karena tarif telponnya yang mulai mahal. 

Setiap telpon kena biaya, tidak seperti biasanya. Pulsa cepet habis. Apalagi paket internetnya. Kata orang Madura, Ancor pessenah telor (hancur uang hasil jualan telur). Percayalah, tarif menjadi salah satu penentu bertahan atau berpindahnya seseorang ke provider lain. Itu sudah menjadi rumus umum, apalagi bagi kelas menengah ke bawah.

Soal tarif mahal ini, agak mirip beberapa tahun lalu saat saya ke Ambon dan Maluku Tengah (2016). Saya kaget dan heran dengan tarif Telkomsel disana. Di daerah yang, sepertinya, tak ada kartu lain selain Telkomsel, kok, tega sekali. 

Kejem amet, pikir saya dalam hati. Mestinya, kan, daerah-daerah dengan mayoritas pengguna militan seperti itu, tarif dan paketnya lebih istimewa dan khusus. Bisa, sih, daftar paket telpon. Tapi, kan, mereka tak setiap hari menelpon dengan durasi lama. Kadang cuma sekejap saja. Entah sekarang ada perubahan atau tidak.

Bagi saya pribadi, ini sebenarnya tidak terlalu masalah karena paket telpon dan SMS terbantukan dengan adanya paket internet yang sekaligus mendapatkan bonus paket telpon dan paket SMS. Jadi, masalah ini teratasi. Masalah terbesar bagi saya sebenarnya adalah seringnya mendapatkan SMS "sampah". Saya tidak tahu apakah ini cuma dialami oleh saya atau juga yang lainnya, tapi yang jelas hal ini sangat mengganggu.

Saya upload satu persatu, screenshot inbox pesan masuk di hape saya. Hanya sekitar 4 bulanan, belum termasuk screenshot dari hape lama yang sudah pindah ke laptop. Jumlahnya puluhan. Silahkan dibaca. Beberapa sudah saya kasih tulisan dan tanda: Pinjaman, Penipuan, ?, Judi & Togel. Sebagian besarnya adalah iklan. Saya upload versi display saja, tidak keseluruhan dengan isi pesannya. Soal nomor, semuanya utuh. Tak ada blur.

20190614-011330-5d066e270d8230067737ea33.jpg
20190614-011330-5d066e270d8230067737ea33.jpg
20190614-011029-5d066e010d82305aec0f6768.jpg
20190614-011029-5d066e010d82305aec0f6768.jpg
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
Sungguh menjengkelkan, bukan? Ngeselin, kan? Pasti. Apalagi, bagi saya dan juga pembaca, itu adalah informasi yang teramat sangat tidak penting dan kesannya nyampah. Sudah cukup SMS iklan dari provider soal paket, NSP, bonus, dan pemberitahuan lainnya. Tapi masih dijejali dengan SMS gak jelas seperti itu.
Pertanyaannya, kenapa bisa begitu? Kenapa seakan dibiarkan dan seakan nomor kita tak punya privasi sama sekali? Okelah kalau memang nomor kita termasuk dalam radius yang ditarget untuk disedot nomornya melalui alat-alat tertentu, tapi kenapa nomor saya yang satunya, provider yang berbeda tidak mendapatkan SMS? Jarang sekali, kecuali SMS Iklan dari pusat langsung, biasanya soal RBT dan undian.

Dulu, saat masih zamannya suka isi pulsa di konter, konon nomor kita bisa dijual atau dilego ke siapapun yang mau, asal sanggup membayar. Tapi, kan, sekarang isi pulsanya paperless. Jarang menggunakan kertas, atau minimalnya, langsung ditulis di hape kang konternya. Isi pulsa juga gak perlu konter. Banyak yang sudah pakai aplikasi daring.

Atau, mungkinkan gara-gara menu MyAds dari Telkomsel? Iklan berbayar dari Telkomsel. Semacam Facebook Ads kalau di FB. Saya tidak paham secara utuh soal MyAds pada Telkomsel ini, tapi dugaan paling kuat sementara, inilah yang menjadi biang keladinya. Iklan yang secara random menyasar hape seseorang dengan titik radius tertentu. Katanya, sih, untuk mempermudah pengiklanan terutama dari UMKM, penggiat ekonomi kreatif, dll., tapi rupanya itu tak sesuai dengan harapan, minimal dari SMS yang masuk ke hape saya.

Masalahnya, agak menyebalkan ketika iklan yang masuk itu dari nomor baru. Display inbox SMS tidak seperti iklan dari Jenius, LinkAja, Movic.id, Zoya, atau CFC, dan yang lainnya yang terpampang jelas namanya, perusahaannya, atau apanya, bukan nomor-nomor baru yang membuat mata sepet. Masalah selanjutnya, kenapa juga iklan yang masuk itu rata-rata soal pinjaman uang, judi, investasi dan tipe-tipe iklan absurd lainnya, yang kalau direnungkan secara paling tidak mendalam pun, kita tahu bahwa itu bukan hal menyenangkan bagi penerima pesan. Sejauh mana Telkomsel bisa memastikan dan menjamin, bahwa pengiklan itu benar dan perusahannya juga bisa dipertanggungjawabkan?

Masalah lain yang juga tak kalah penting adalah, bahwa Telkomsel menjadi cara paling mudah untuk melakukan penipuan, dan rupanya benar. Ada banyak SMS yang saya yakin itu penipuan. Jumlahnya pun tak tanggung-tanggung. Satu saja menjijikkan, apalagi dalam sekira 4 bulanan sudah terdapat belasan. Masalahnya, jika dilakukan perbandingan dalam rentang waktu yang sama, tak satu pun saya mendapati SMS penipuan dari nomor saya yang satunya (yang providernya beda itu)! Tak satupun! Apakah perusahaan sekelas Telkomsel ini kalah secara piranti dan proteksi dibandingkan perusahaan yang lain? Saya ingin husnudzon seperti ini, tapi gak mungkin! Telkomsel, dengan pengguna terbanyak, adalah provider paling berkelas. Susah dimasukkan ke dalam otak kalau sistem di Telkomsel lebih mudah ditembus dibandingkan dengan yang lain. Malu-maluin lah.

Artinya, ada peluang yang dibuka sedemikian rupa dan itu berpotensi merugikan para pengguna Telkomsel sebab bukan tidak mungkin, di luar sana, sudah ada korban-korban penipuan yang terkapar. Meratapi uang yang dikumpulkan dengan keringat darah, hanya dalam sekejap sudah berpindah ke tangan para bedebah. Kita sudah sering melihat bagaimana nyeseknya mendengarkan cerita para korban penipuan. Mestinya itu menjadi rujukan bagi provider untuk membuat kebijakan. Bukan malah terkesan "memfasilitasi" semakin menjamurnya penipuan-penipuan baru.

Tulisan ini adalah pengalaman personal. Sangat subjektif, tentu saja. Tak ada sangkut pautnya dengan pelanggan lain, meski mungkin tak sedikit pula yang bernasib sama dengan saya. 

Tapi yang jelas, tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyerang siapapun, apalagi dianggap sebagai buzzer. Ini murni sebagai bentuk curhat atas ketidaknyamanan dan kegelisahan yang saya alami. Berharap dengan itu, ada respon positif sebagai jawaban, terutama soal SMS mengganggu pada satu sisi, dan bisa mendatangkan korban-korban penipuan pada sisi lainnya.

Silahkan komen dan sebarkan jika mengalami kegelisahan yang tentang hal ini, atau kalau perlu, kirimkan screenshot sejenis di kolom komentar.

Tulisan ini sudah dimuat di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun