Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jokowi-Mahfud vs Prabowo-Sandi, (Masih) Menarik, Kah?

9 Agustus 2018   18:07 Diperbarui: 5 Februari 2019   14:01 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sandi akan meninggalkan posisinya di Jakarta yang didapatkannya dengan berdarah-darah dan penuh berkah. Tentu saja ia akan "dihajar" habis, nantinya. Apalagi ia belum terlalu kelihatan kerja dan prestasinya selain menampilkan citra pemimpin yang lebih modis. Soal bisnisnya, soal perusahaannya, dan soal lainnya akan menjadi sasaran empuk. 

Beberapa kali ia menyerang Jokowi: sesuatu yang dianggap kurang etis karena bagaimanapun, Jokowi adalah atasannya. Yang kasihan itu Anies. Berat baginya, apalagi kalau yang menjadi pengganti Sandi adalah M. Taufiq.

Munculnya Prabowo-Sandi agak tidak begitu wah, apalagi keduanya sama-sama berasal dari Gerindra. Kubu lawan pun sepertinya "menyambut baik" nama itu.

Sementara itu, kubu petahana terlihat lebih anteng dan santai. Jokowi, yang sejak menjabat tidak pernah berhenti diserang, terlihat lebih tenang. Ini tampaknya, ya. Koalisi pun terlihat lebih solid. Berbagai partai datang untuk menyatakan dukungan. Partai yang terlihat masam mukanya hanya PKB, terutama ketika Sekjen-nya selalu datang terlambat dalam konsolidasi. Media pun ramai memberitakan.

Nyaris tak ada kegaduhan koalisi. PDIP, Nasdem, Golkar, PPP, Hanura, Perindo, dan PSI bisa duduk manis. Sehebat apapun perdebatan soal Cawapres muncul, tak ada intrik yang berlebihan. Tak ada statement blunder atau pun upaya untuk menciptakan gimik-gimik politik yang bisa memancing keriuhan.

Dari beberapa nama yang muncul, akhirnya mengerucut pada nama Mahfud MD. Nama yang sebenarnya juga tak diperhitungkan, apalagi dulunya ia adalah Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta. Mahfud tampil profesional, bahwa setelah pertarungan selesai, ia kembali menjadi seorang profesional. Ia kemudian dekat dengan lingkaran penguasa, dan menjadi Anggota BPIP.

Mahfud MD dikenal sebagai sosok bersih, tegas dan berani. Tanpa tedeng aling-aling. Khas Madura, tempat kelahirannya. Ahli hukum dengan banyak pengalaman. Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif pernah dirasakannya. 

Catatannya bersih dan nyaris semua isu negatif yang menerpanya bisa dijawab dengan meyakinkan. Dikenal sangat dekat dengan Gus Dur, dan pejuang NU tulen, meski tidak duduk di struktur NU sekaligus aktivis HMI dan pernah menjabat posisi prestisius di KAHMI.

Poin terakhir inilah yang sedang dimainkan. Mahfud MD tidak dianggap orang NU. Isu yang aneh, lucu, dan mungkin mengecewakan. PBNU tampil arogan, sebab NU Kultural yang setianya tak perlu dipertanyakan dianggap tidak memiliki peran. 

Sebagian orang menganggap ini politis (tentu saja), sebab yang diinginkan, kan, tetap "Jenderal Santri". Sang Jenderal yang terlihat ngebet banget untuk mendampingi Jokowi meski masyarakat tidak mungkin menutup mata dengan kapabilitasnya, terutama soal "kardus durian" yang mencuat saat ia menjabat sebagai Menaker.

Tunggu dulu, Kardus Durian dan Jenderal Kardus itu ada hubungannya, gak, sih? Ini konteksnya politik, ya. Siapa tahu kardus yang diomongin sana adalah kardus yang sini. Soalnya, kan, sama-sama kardus. Sudahlah, anggap saja tak ada hubungan. Hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun