Mohon tunggu...
Mustafid Sawunggalih
Mustafid Sawunggalih Mohon Tunggu... Penulis - No Profil

Banjarsari, Ciamis ~ Ciputat Timur, Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Membeli Cepot dari Pak Tua yang Luar Biasa

16 Juli 2012   08:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:54 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13424279411334514827

Saat saya melewati pasar Ciputat, tampak seorang Pak Tua tergopoh-gopoh memikul puluhan wayang golek. Sepertinya dia seorang penjual wayang golek.

Karena pak tua itu menyebrang, saya pun langsung memutar arah berharap bertemu dengannya. Saya tertarik ingin membeli salah satu wayangnya.

Alhamdulillah, tepat di sebrang Ramayana Ciputat, saya melihatnya sedang menunggu angkot. Akhirnya, saya menghampiri pak tua tersebut.

Hmm....setelah saya menanyakan berapa harga wayang tersebut, ternyata harganya hanya Lima Puluh Ribu Rupiah. Pak Tua itu mengaku, dia sendiri yang membuatnya di Purwakarta.

Karena pak tua yang belum saya tanyakan namanya tersebut mau pulang ke Purwakarta, akhirnya dia memberikan separuh harga.

"Kangge ujang mah, sok lah mangga Dua Puluh Lima Rebu Rupia, kaleresan bapa bade uih ka Purwakarta," kata pak tua tersebut dengan dialek sundanya yang kental.

Dia juga menjelaskan, bahan yang digunakan untuk membuat wayang goleknya itu memang bahannya biasa saja, itulah kenapa dia memberikan harga murah.

Akhirnya, saya pun memilih salah satu wayang Golek Cepot. Memang saya suka lakon Cepot alias sastrajingga yang biasanya ditampilkan oleh para dalang-dalang Sunda dengan gaya humorisnya , khususnya Asep Sunandar.

Kini, saya pun mempunyai koleksi wayang Golek yang saya pajang di kamar.

Terimakasih bapak tua, meskipun wayang golek karyamu dibuat dengan bahan yang biasa, tetapi bagi saya itu sangat luar biasa.

Karya senimu bukan dinilai dari berapa harganya, tapi dari perjuangan kerja kerasmu mulai dari membuat wayang tersebut dan akhirnya kau jual sendiri berkeliling berpanas-panasan menyusuri jalan setapak, menyusuri jalan kota yang bising dan berdebu ini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun