Mohon tunggu...
Mustafa YuliSaputra
Mustafa YuliSaputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA IAIN PALANGKA RAYA

Menjadi Pribadi yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Financial

Penerapan Tingkat Keuntungan dalam Teori Kebijakan Moneter Islam

29 November 2022   14:54 Diperbarui: 29 November 2022   16:49 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Dalam teori ekonomi tradisional, suku bunga memainkan peran penting dalam menyeimbangkan pasar barang atau jasa dan pasar uang. Namun dalam ekonomi Islam, suku bunga merupakan alat ekonomi yang termasuk riba. Oleh karena itu, Islam melarang penggunaan suku bunga. Lalu, instrumen apa yang sebaiknya digunakan? Pelajari lebih lanjut di bawah ini!

Margin Keuntungan yang Diharapkan (Margin Keuntungan Sektor Aktual)

Tingkat keuntungan cocok sebagai kerangka instrumen suku bunga alternatif karena sejumlah alasan. Pertama, tingkat keuntungan menggambarkan aktivitas kerja yang menghasilkan nilai tambah dari produk. Kemudian, ada pengambilan risiko dalam pelaksanaan aktivitas perdagangan. Terakhir, bertanggung jawab atas peristiwa kerugian selama proses perdagangan.

Bagaimana kebijakan moneter Islam menerapkan margin keuntungan? Jika ingin meningkatkan jumlah uang beredar, bank sentral akan mengurangi margin keuntungan pada transaksi jangka pendek, Terutama dengan menurunkan tingkat bagi hasil deposito bank syariah. Oleh karena itu, masyarakat lebih bersedia mengalokasikan dananya untuk konsumsi daripada mengalokasikan tabungan. Akhirnya, permintaan agregat akan meningkat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.

Produk domestik bruto riil (PDB).

Mengapa PDB riil dapat digunakan sebagai alat pengendalian moneter? Karena PDB adalah deskripsi murni dari pertumbuhan output, tidak dipengaruhi oleh kenaikan harga (inflasi). Dengan kata lain, pertumbuhan PDB menyumbang peningkatan produktivitas riil di sektor riil. Lingkungan moneter yang sehat diharapkan dapat tercapai melalui penggunaan instrumen moneter yang sejalan dengan pertumbuhan sektor riil. Selain itu, dapat mengatasi pertumbuhan ekonomi yang melambat, inflasi yang berlebihan, dan nilai mata uang yang stabil. Masalah utama yang bisa dipecahkan adalah keseimbangan antara jumlah uang dan jumlah uang di sektor keuangan. Jumlah dana yang dibutuhkan oleh sektor fisik.

Alat pengontrol mata uang alternatif ini cukup unik. Pasalnya, hal ini didasarkan pada pendapatan yang diterima bank syariah dari investasi atau pembiayaan tersebut. Jika bank sentral dapat mengimplementasikan alat ini secara efisien dan efektif, maka hal ini dapat meminimalkan penimbunan uang pada suatu titik waktu tertentu. Sebaliknya, dana dapat mengalir dengan baik ke ekonomi riil. Prinsip utamanya adalah bank sentral harus mampu mendistribusikan uang beredar ke sektor riil untuk barang dan jasa produktif.

Dalam teori endogen moneter, perkembangan di sektor moneter hanya mewakili perubahan di sektor riil. Kebijakan moneter dan fiskal dalam ekonomi Islam selalu berorientasi pada pengalokasian sumber daya untuk memungkinkan transaksi dan investasi yang produktif. Motif spekulatif dalam permintaan uang akan menyebabkan misalokasi dana dan permintaan uang yang tidak efisien sehingga tidak menghasilkan nilai tambah di sektor riil (permintaan uang virtual). Permintaan uang dengan motif spekulatif muncul dari praktek sebagian orang meminjam uang dengan sistem bunga. Bunga moneter tersebut merupakan kegiatan ilegal, sehingga variabel bunga tidak diakomodasi sebagai variabel kebijakan.

Mengenai stabilitas nilai mata uang, M. Umar Chapra (Al Quran Menuju Sistem Moneter yang Adil) juga menekankan bahwa kerangka kebijakan moneter dalam ekonomi Islam adalah stok uang, dan tujuannya harus untuk memastikan Pembangunan moneter tidak berlebihan tetapi cukup untuk sepenuhnya memanfaatkan kapasitas ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi kesejahteraan sosial secara umum.

Sedangkan pencapaian tujuan akhir tidak ada bedanya, pada prinsipnya uang Islam berbeda dengan uang konvensional terutama dalam pemilihan tujuan dan instrumennya. Perbedaan mendasar antara kedua jenis instrumen ini adalah prinsip syariah tidak memperbolehkan adanya jaminan nilai nominal atau tingkat pengembalian (suku bunga). Oleh karena itu, penerapan kebijakan moneter berbasis syariah secara otomatis tidak memungkinkan suku bunga ditetapkan sebagai sasaran operasional jika dikaitkan dengan sasaran pelaksanaan kebijakan moneter.

Ini adalah instrumen moneter Islam alternatif yang menggantikan suku bunga. Inovasi ini dilakukan untuk menghindari riba dalam perekonomian. Jadi, kita menghindari melakukan apa yang dilarang oleh Allah SWT. Penerapan alat mata uang syariah ini juga merupakan langkah menuju implementasi praktis dari sistem ekonomi Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun