Lalu bagaimana "branding" trust public akan terbangun.
Bagaimana kita bisa mempercayai lembaga yang berurusan dengan "pasar" dunia maya dan uang yang kemudian dititipkan ?.
Ya. Trust adalah segala-galanya. Itu jauh melebihi limpahan modal untuk membangun infrastruktur hardward dari bisnis dunia maya.
Nah. Yang ketiga. Yang posting ini bukan politisi yang "sembarang" bicara data dan tanpa pernah mengutip lembaga resmi.
Tapi seorang CEO yang "dipundaknya" dibangun branding dan trust dari pasar. Â
Apakah semudah itu public akan percaya dengan integritas CEO, sementara masih suka nyebar hoax ?
Berbeda dengan traveloka dan Sari Roti yang dikampanyekan untuk diboikot namun malah tidak terganggu dengan kampanye itu.
Selain "hoax' yang disebarkan terhadap travelloka dan Sari Roti tidak terbukti, travelloka dan Sari Roti tidak ikut cawe-cawe mengirimkan data-data hoax. Publik malah kemudian mendukung. Sampai sekarang travelloka dan Sari Roti masih adem-adem ayem. Tidak terpengaruh sama sekali.
Lalu mengapa CEO begitu panic sehingga harus "buru-buru" ketemu Jokowi.
Apakah ancaman begitu nyata. Apakah kepanikan mulai melanda. Mengapa mereka tidak bersikukuh seperti travelloka dan Sari Roti.
Keliru, brow. Ini bukan persoalan dengan Jokowi. Ini adalah "hoax" yang memang harus diberantas. Hoax yang menciptakan kegaduhan dari siapapun yang mengutip dari sumber-sumber yang tidak kredibel.