Sebagai jabatan, maka seluruh permasalahan, resiko, tanggung jawab menjadi beban Gubernur selanjutnya. Demikian "logika" umum di jabatan.
Lihatlah. Bagaimana kita "menggugat" Presiden didalam persidangan sebagai tergugat. Apakah kemudian Jokowi dengan enteng akan ngomong "bukan salah saya ?Itu Presiden sebelumnya". TIdak pernah khan. Demikianlah mekanisme jabatan bertanggungjawab termasuk siding di muka persidangan.
Bagaimana nasib warga Jakarta ? Begitu menerorkah "Ahok" Sehingga segala persoalan kemudian "disebabkan" oleh Ahok. Atau kemampuanmu cuma segitu. Tidak mampu kemudian dengan enteng "menyalahkan" orang lain.
Lalu mengapa Ahok ? Apakah tidak ada prestasi yang bisa dibanggakan selain cuma menyalahkan ? Â
"Bang, abang urus daerahmu sendiri". Akupun tersenyum.
"Walaupun aku bukan warga Jakarta. Namun aku masih sering ke Jakarta. Entah pajak makanan yang ditarik. Entah parker. Entah pajak lain yang harus kubayarkan. Lagipula. Ini bukan persoalan Jakarta. Ini adalah "Logika" yang hendak dimainkan".Â
"Aku harus waras menjaga logika", ucapku sembari mencari remote TV untuk mengganti channel. Bosan lihat wajah politisi tua yang masih doyan berkuasa. Enak dengar music.