Mohon tunggu...
Muslim Ramli
Muslim Ramli Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kota Kuali yang Tidak Lagi Mati

13 September 2018   13:21 Diperbarui: 15 September 2018   20:17 1784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: kodesingkatan.com

Tepat di belakang kantin Dela Surya, terdapat sebuah torowongan yang dinamakan Lobang Suro. Syahdan, terowongan ini merupakan salah satu dari sekian ratus bangunan bersejarah yang ditinggalkan kolonial Belanda.

Lobang Suro ini merupakan lobang batubara pertama yang dibuat oleh orang-orang rantai pada tahun 1898. Kata "Suro" sendiri diambil dari nama seorang mandor yang mengawasi penggalian lobang ini. Namanya adalah Mbah Surono.

Orang-orang rantai di sini adalah tahanan yang didatangkan dari pulau Jawa . Mereka diharuskan kerja paksa. Kaki, badan, dan tangan dirantai. Mereka hidup dalam penjara dan hanya menerima upah rendah untuk pekerjaan yang mereka geluti setiap hari.

Sebelum memasuki lobang ini kita akan mendapati tiga patung yang mengambarkan kondisi penggalian pada masa itu. Sebuah patung yang berdiri gagah sambil menggunakan stelan baju zaman kolonial dan memegang tongkat mengawasi dua pekerja yang sedang mendorong lori (gerobak) yang berisi batubara.

"Dulu lobang ini ditutup karena dianggap berbahaya. Airnya penuh hingga mencapai atas," ujar Willison, penjaga sekaligus guide untuk masuk ke dalam torowongan. Sambil terus turun ke bawah, Wil banyak menjelaskan tentang Lobang Suro. Dari gaya dia bicara, rasanya sudah berpengalaman banyak terhadap profesi ini.

"Awal tahun 2007 pemerintah berinisiatif membuka kembali lobang ini. Kita butuh waktu 23 hari tanpa henti untuk menyedot semua air dalam lobang," katanya lagi.

Lantai yang dulunya rel tempat berjalannya lori disulap menjadi tangga-tangga yang terbuat dari semen. Ini bertujuan agar pengunjung tidak jatuh. Terowongan yang mempunyai tinggi sekitar dua meter ini masih dihiasi batubara asli di dinding-dindingnya.

Kondisi di dalam terowongan cukup gelap sebenarnya mengingat berada di bawah tanah. Tapi pemerintah telah memasang beberapa lampu disetiap sudut yang dianggap pas. "Sementara ini jarak terowongan yang diperbolehkan untuk dikunjungi adalah 186 meter," katanya lagi.

Terowongan ini sebenarnya bisa tembus kedua tempat berbeda. Satu ke gudang ransum--- tempat dapur umum berada---dan satu lagi tembus ke gedung Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang kini dibangun Masjid Agung Nurul Islam.

Tidak jauh dari Masjid Agung, kita akan menemukan sebuah museum kereta api. Dulu, museum ini adalah stasiun kereta api yang dibangun oleh kolonial Belanda pada tahun 1918.

Afrijal sedang mengamati Mak Itam---satu-satunya kereta api yang masih berfungsi hingga sekarang---ketika saya temui. Sebenarnya dia hanya pegawai PT Telkom yang suka jalan-jalan sekitar museum saat jam istirahat kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun