Goreng saham, pompon saham, bandar saham adalah istilah yang banyak kita dengar jika kita berinvestasi di pasar modal. Ini adalah aksi untuk mendapat keuntungan cepat dengan melakukan manipulasi harga.
Pergerakan saham bukan hanya karena adanya permintaan dan penawaran, tetapi sebagian besar ada pihak-pihak yang mencoba mempengaruhinya atau mengatur harga entah itu kenaikan atau penurunan harga saham.
Selain itu isu, berita dan informasi seputar perusahaan atau ekonomi makro dan mikro menjadi sinyal yang bisa membuat harga saham naik atu turun secara drastis.
Tentu saja sebagai investor kita tidak bisa lepas dari pergerakan harga yang cepat entah itu naik atau turun. Mengingat hampir semua saham bisa terpengaruh oleh arus informasi, juga ada upaya dari spekulan yang mencoba memanfaatkan keadaan.
Semua saham bisa digoreng, bisa kena pompom, atau dimainkan bandar. Tetapi ada juga saham yang hanya menjadi alat goreng, atau pompom saham. Saham ini pada dasarnya tidak berharga, sehingga saham gorengan ini yang harus kita hindari.
Saham gorengan adalah istilah yang kerap digunakan untuk saham yang perusahaan tidak jelas, sudah bangkrut tetapi sahamnya masih beredar. Atau saham yang memang dari awal IPO adalah saham perusahaan cangkang yang digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk meraup uang investor.
Intinya saham gorengan adalah saham yang tidak layak untuk investasi jangka menengah dan panjang, selain itu resiko tinggi untuk diperdagangkan. Jika spekulan atau bandar saham sudah meninggalkan otomatis saham gorengan tidak bernilai bahkan sulit atau tidak bisa diperdagangkan.
Sebagai investor ritel yang minim ilmu, pengalaman dan informasi, cara terbaik adalah menghindarinya, tidak terpengaruh oleh aksi atau informasi yang terkadang bisa menjerumuskan pada kerugian.
Ketika saham digoreng kita memang bisa mendapatkan keuntungan yang besar dalam waktu singkat, tetapi resiko juga besar, kita bisa mengalami kerugian besar.
Jika saham yang digoreng adalah saham yang bagus dalam artian fundamental nya baik. Kita bisa menahannya dan berharap harga bisa kembali naik diwaktu yang akan datang.
Masalah terjadi ketika saham tersebut adalah saham gorengan, dimana fundamental perusahaan tersebut buruk bahkan banyak saham yang perusahaannya sudah gulung tikar tetapi sahamnya tetap beredar. Biasanya saham seperti ini sulit bangkit, bahkan sulit untuk dijual kembali.