[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Banyaknya antrian masyarakat yang mengurus BPJS (foto dindin)"][/caption]
Beberapa waktu yang lalu saya mendatangi kantor BPJS Cabang Semarang di Jl. Sultan Agung. Kedatangan saya untuk mengurus kartu berobat anak dan istri yang belum tercetak. Selama lebih dari sepuluh tahun menjadi anggota BPJS (dulu ikut Jamsostek) kami memang jarang menggunakan fasilitas kesehatan yang disediakan. Di samping karena lokasi fasilitas kesehatan (faskes) yang jauh dari rumah, juga tidak mau ribet dengan prosedurnya.
Akhir-akhir ini, istri saya mengeluh sakit dengan giginya. Dokter mendiagnosis ada masalah dengan gigi gerahamnya. “Tumbuhnya tidak beraturan Mas. Dua-duanya. Itu namanya gigi geraham bungsu. Jalan satu-satunya operasi pencabutan di rumah sakit. Biayanya sekitar lima jutaan. Pakai saja fasilitas BPJS. Bisa kok,” dokter langganan kami menyarankan.
Hmm... bener juga sarannya. Lima juta je. Bukan uang yang sedikit. Lagian saya kan sudah belasan tahun selalu tertib bayar premi. Mestinya bolehkan sekali-kali pakai fasilitas BPJS.
Untuk mendapatkan tindakan operasi ternyata harus mendapatkan rujukan dari dokter gigi yang ditunjuk oleh BPJS. Cilakanya istri saya belum memiliki kartu berobat dari BPJS. Berarti saya harus mengurus ke kantor BPJS dulu agar bisa mendapatkan kartu tersebut. “Paling tiga jam, Pak. Datang saja ke sana,” kata seorang teman yang pernah mengurusnya.
Senen siang sekitar pukul 13.00 saya mendatangi kantor BPJS. Saya mendapatkan nomor antrian 124. Antrian yang dipanggil baru nomor 35.
“Kira-kira, saya dilayani jam berapa ya Pak,” tanya saya kepada petugas satpam BPJS.
“Kurang tahu, Pak. Masalahnya masih banyak yang antri,” jawabnya sopan.
Saya memutuskan untuk tidak meneruskan menunggu antrian, mengingat banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Besok pagi saja, pikir saya.
Keesokan harinya, sekitar pukul 9 saya kembali mendatangi kantor BPJS. Ternyata mendapat antrian nomor 84. Saya dengar dari sound sentral baru antrian nomor 20 yang terlayani. Beeeh... masih ada 64 nomor lagi. Memang ada 8 loket yang melayani, namun kedelapan loket itu dibagi dalam beberapa pelayanan. Loket 1 keuangan, loket 2,3,4 kepesertaan dan pemasaran, loket 5, 6 informasi, loket 7 registrasi, loket 8 kosong.
Peserta paling banyak adalah loket kepesertaan dan pemasaran. Masih 64 antrian. Jika satu antrian membutuhkan waktu 10 menit, maka waktu yang dibutuhkan adalah 64 x 10 : 3 loket = 3,5 jam menunggu. Berarti pukul 12.30 urusan saya selesai.