Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Beyond Blogging | Narsis Positif via Blogging

21 Januari 2017   14:03 Diperbarui: 22 Januari 2017   08:50 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serunya update bahan tulisan sebagai kontributor web travel.

Apa tidak sibuk? Apa masih ada sisa waktu untuk menulis?

Sibuk? Tentu saja tetap sibuk. Sisa waktu? Mungkin sebenarnya tak ada. Namun disinilah justru, menurut saya, tantangan sekaligus seni tersendiri seorang blogger. Menyiasati waktu yang tetap 24 jam sehari sepanjang tahun, kombinasi dari rutinitas harian dirumah, kantor dan dunia sosial lainnya di luar rumah dan tempat kerja. Siasati waktu terbaik tuliskan ide-ide atau inspirasi pun tuntutan tema yang kadang tak kenal waktu. 

Sedikit saja berbagi, tips menulis a la saya, kompilasi sederhana dari belasan tahun menjadi blogger dan segala kompleksitasnya:

Pertama, mulailah dari kisah Anda sendiri. Ibu rumah tangga, pekerja kantoran, dentist, karyawan bank atau berbagai jenis serta lintas profesi.Mulai dengan sederhana. Mulai dengan rutinitas tanggung jawab Anda. Misal, pusingnya susun RPKPS (Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester) sesuai surat edaran rektorat terbaru. Juga masalah-masalah lain terkait masing-masing tanggung jawab profesi. Mulai tuliskan masing-masing hal yang Anda anggap sebagai masalah di satu paragraf sederhana. Bisa dengan hanya jabarkannya di dua kalimat. Prinsipnya, satu masalah atau tema atau kondisi di satu paragraf.

Kedua, jika dua sampai lima paragraf pertama berhasil dan tetiba ngadat, coba susun ulang masalah Anda kedalam beberapa garis besar (outline). Bantuan outline seringkali bisa menjaga ritme tulisan, menjaganya utuh. Pembuka, permasalahan mendasar, penutup. Sangat mirip dengan susunan laporan pekerjaan umumnya. 

Ketiga, menulis popular tak sama dengan penulisan makalah pun skripsi atau tesis yang standar metodologisnya sudah baku. Mulailah selalu dengan berpikir, ini tulisan saya sendiri, tentang dunia saya, semoga ada nilai positif yang bisa terbagikan.


Keempat, bebaskan pikiran. Serakan diksi tak hanya di buku-buku. Ia ada, lekat di segenap indera Anda (umumnya 5, kadang-kadang ada yang ‘beruntung’miliki indera ke-6). Tuliskan itu semua dengan pilihan kata yang Anda sukai.Membaca sekadar pengantar atau bekal berburu lelap? Serakan diksi ada di segenap penjuru mata Anda memandang, di keseruan bergosip dengan sesama, pada tangisan si kecil yang kehausan dan segera butuh botol susunya. 

Kawan blogger dari Mataram beli dua buku kompilasi saya bersama Rumpies The Club Kompasiana, Alhamdulillah. Thanks again Zi ^_^
Kawan blogger dari Mataram beli dua buku kompilasi saya bersama Rumpies The Club Kompasiana, Alhamdulillah. Thanks again Zi ^_^
Kelima, jika dengan empat tips di atas Anda sampai di kalimat, “Sudahlah,mungkin saya memang manusia yang ada di luar garis dari semua proses menulis.Bukan membaca, pembeli buku atau sumber tulisan..” Baik. Ijinkan saya untuk itu meminta, setidaknya klik vote dan tinggalkan komen untuk tulisan ini..*ehlho 

Lima tips diataslah yang masih menjaga ibrah (semangat) menulis saya. Cara saya merasa bermanfaat bagi yang lain, di luar keluarga kecil saya. Cara yang saya niatkan sebagai bekal terbaik saya di kehidupan selanjutnya (sesuai keyakinan saya). 

Meski masih seringk arena alasan-alasan khusus atau tertentu (minimal karena sedang berlomba), semoga makin sering demi niat awal, dakwah. Berbagi kebaikan. Sebarkan kebaikan. 

Jika masih saja terkesan begitu ideal, setidaknya satu hal tambahan yang saya yakini, masing-masing jaman benar miliki masing-masing nilai baik yang diyakini. Jadi, anggap saja, sebagian besar tulisan saya yang –semoga selalu ada, berusaha sisipkan kebaikan atau nilai-nilai positif benar telah gambarkan kebaikan dari jaman yang sedang saya lakoni. Era penutup abad 20 dengan kemudahan hidup berkat temuan berbagai produk teknologi, pun awal abad 21, masa digital ketika hampir semua batas dinisbikan asbab digitalisasi kehidupan di banyak sisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun