Mohon tunggu...
Muslich  Basri
Muslich Basri Mohon Tunggu... Administrasi - Demokrasi dan Kebebaasan Pers

Tanpa Oposisi Demokrasi menjadi TIRAN

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Baswedan: Dari Cendekiawan ke Politik Praktis?

1 Juli 2014   06:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:02 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14041472111190429540

[caption id="attachment_345618" align="aligncenter" width="600" caption="Anies Baswedan (Foto Heru HaryonoOkezone)"][/caption]

Saya adalah salah seorang dari banyak teman yang mengagumi saudara Anies Baswedan, yang memiliki jenjang akademis yang cemerlang serta jabatan rector termuda di Indonesia. Keterlibatannya dalam dunia politik praktis ketika mencalonkan diri pada Konvensi Partai Demokrat untuk menjaring Calon Presiden dari PD, namun beliau kalah dalam konvensi itu, selanjutnya mantan aktivis HMI MPO tahun 90-an ini bergabung dalam kubu Jokowi-JK dan dipercaya sebagai Juru Bicara Kubu JOkowi-JK. Tokoh intelektual muda ini nampaknya sudah sangat berhitung dengan dunia barunya yang mungkin saja akan menggerus otoritas intelektual-keilmuannya, dan masuk dalam rimba politik yang abu-abu.

Sesungguhnya saya melihat dalam diri Anies Baswedan, mengalir semangat kebaruan-pemikiran seperti almarhum Nurcholis Madjid. Bila Cak Nur menginspirasi gerakan kebaruan politik yang menghilangkan dikotomi Islam dan non Islam, maka Anies menterjemahkan kedalam berbagai implementasi gerakan yang pluralistic, tetapi tetap dalam kerangka menginspirasi bagi totalitas kebhinekaan yang ada.

Gambaran itu runtuh berkeping seperti lamunan saja, manakala saya menyaksikan kiprah Anies Baswedan yang masuk ke dalam dunia penuh dengan intrik, tipu-daya, propagandis dan pencitraan.

Terbukti, akhir-akhir ini saudara Anies bersusah payah melakukan upaya-upaya membentengi sosok Jokowi dari yang diangapnya sebagai kampanye hitam. Babak baru kiprah Anies telah dimulai dengan membentengi, dan mengkomunikasikan kepada public tentang visi-misi, strategi dan goal yang akan dilakukan kubu Jokowi bila nantinya terpilih menjadi Presiden RI, sambil melancarkan kritik-kritik tajam kepada Prabowo-Hatta. Dimata Anies, Prabowo itu udah gak ada lagi sisi benarnya, semua salah. Kritikan bukan saja kepada visi dan misi Prabowo, tetapi telah masuk kepada soal integritas seorang Prabowo, sikap dan gaya kepemimpinan Prabowo menjadi sasaran empuk saudara Anies. Saya merasa miris ketika Juru Bicara Tim Pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla ini, mengaku keheranan mengapa calon presiden Prabowo Subianto dinilai sebagai sosok yang tegas oleh masyarakat. Menurut Anies, ketegasan yang ada dalam diri Prabowo hanyalah citra yang dibangun. Keheranan Anies yakni berdasarkan Survai Indo Barometer dimana sebanyak 27 persen masyarakat mengidentikkan Prabowo sebagai sosok yang tegas sebesar 25,1 persen lainnya mengidentikkan Prabowo dengan latar belakang militernya. Anies menantang untuk menunjukkan 3 saja ketegasan Prabowo.

Banyak sekali serangan yang ditujukan kepada Prabowo, dan kepada Tim suksesnya. Dalam sebuah dialog yang ditayangkan di Youtube yang diberi judul Anies Baswedan's Great Speech - Mengapa Jokowi, Anies membuat garis demarkasi yang tegas antara kubu Prabowo dangan Kubu Jokowi. Dikatakannya bahwa prabowo adalah bagian dari masalah karena Prabowo berada pada pemerintahan orde baru, dan apa yang dikritik Prabowo adalah bagian dari permasalahan wakilnya yang duduk dalam pemerintahan selama 15 tahun, sebaliknya Jokowi adalah orang yang datang untuk membawa kebaruan, orang yang tidak bermasalah tetapi menyelesaikan masalah. Memang tidak ada yang salah dalam ucapannya itu. Tetapi Anies telah mempersepsikan dirinya berhadapan secara tegas dengan Kubu Prabowo-Hatta, yang menempatkan keduanya sebagai lawan.

Gaya retorika yang sangat baik dari Anies Baswedan, yang dengan sempurna membuat analogi hitam-putih antara Prabowo dan Jokowi mungkin saja akan membius pendengar, tetapi dengan akal jernih, siapapun diantara kita akan berfikir apakah pernyataannya itu sebagai sebuah fakta yang sebenarnya ataukah hanya asumsi-asumsi belaka, dan saya cenderung yang terakhir ini. Juru bicara Jokowi ini seakan punya beban untuk tidak melakukanupaya-upaya propaganda negative untuk meraih simpati pemilih. Tuduhannya kepada Gubernur Ahamd Heryawan yang menggunakan APBD untuk kampanye Prabowo, berdasarkan Laporan dari TB. Hasanuddin dengan dalih untuk kegiatan peluncuran hibah dan revitalisasi posyandu tahun 2014 sangatlah gegabah karena ini merupakan kampanye negative.

Tuduhan yang tidak berdasar yang bersumber dari TB Hasanuddin, Mayjen Purnawirawan Politikus PDIP yang tak henti-henti menyerang Prabowo ini, boleh jadi akan jadi bumerang bagi saudara Anies. Nampaknya Anies Baswedan sudah kalap sehinga sebagai seorang cendekiawan sudah tidak mampu lagi berfikir dalam perspektif soarang akademisi, Ia lebih berfikir dalam kerangka politisi praktis-pragmatis. Kalau bukti itu cukup meyakinkan, kenapa penyalahgunaan itu tidak langsung saja dilaporkn ke KPK?.

Saya tidak mau berspekulasi tentang kiprah Anies Baswedan ini, yang saya anggap telah meloncat jauh dari peprspektif kecendekiawanan menuju gerakan politik praktis. Hal ini mirip dengan saudara Andi Mallarangeng yang sebelum terjun ke dunia politik adalah seorang intelektual muda yang dikagumi, dan terjatuh ke jurang jeruji KPK pada saat berada di puncak karir politiknya. Semoga nasib bung Anies tidak mengikuti pendahulunya, yang menenggelamkan mimpinya dibalik jeruji KPK.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun