Mohon tunggu...
musdalifah
musdalifah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mengemukakan opini melalui sudut pandang Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Al Qur'an The Way Of Life

27 Maret 2025   16:31 Diperbarui: 27 Maret 2025   16:31 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bulan Ramadhan adalah bulan mulia sebab menjadi bulan diturunkannya Al-Quran. Al-Quran dipahami sebagai kitab dan petunjuk umat muslim dalam menjalani kehidupan di dunia sebagai bekal akhirat.

Setiap tanggal 17 Ramadhan diperingati sebagai nuzulul quran(malam diturunkannya Al-Qur'an). Dilansir dari metronews.com, nuzulul quran jadi momentum kuatkan semangat mencintai Al-Quran. Beberapa daerah bahkan memiliki agenda khusus yang sudah menjadi kebiasaan setiap tanggal 17 Ramadhan di masjid-masjid setempat.

Upaya untuk mengagunggkan Al-Quran tentu tidak cukup dengan sekadar menghapalkan atau menamatkannya di bulan Ramadhan. Al-Qur'an sebagai petunjuk dan jalan hidup bagi umat muslim, maka apapun yang terkandung di dalamnya harus diamalkan.

Namun, sudahkan kita benar-benar menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber segala aturan? Nyatanya kaum muslim saat ini belum mengambil aturan Al-Qur'an secara keseluruhan.  Seperti halnya makanan prasmanan, aturan Islam hanya diambil sebagian dan mencampakkan sebagian lainnya.

Puasa di bulan Ramadhan disambut dengan penuh suka cita. Di sisi lain riba masih menjadi hal lumrah di kalangan kaum muslim. Padahal jelas dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 275 terkait diperbolehkannya jual beli dan diharamkannya riba. Mengapa hal tersebut  bisa terjadi? Padahal negeri ini memiliki penduduk mayoritas muslim.

Terjebak Kapitalisme-Sekulerisme

Negeri mayoritas muslim tidak menjamin bahwa aturan Islam dapat diterapkan secara keseluruhan. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 208 yang artinya "Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah), dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan"

Aturan Islam sejatinya memang mengatur segala lini kehidupan, mulai dari bangun tidur hingga membangun sebuah negara. Al-Qur'an sebagai petunjuk manusia dalam interaksi sesama manusia, dengan diri sendiri juga Sang Pencipta. Al-Qur'an seharusnya  dijadikan sebagai landasan hidup individu, masyarakat juga bernegara.

Saat ini Islam hanya mampu diterapkan pada ibadah skala individu berupa hubungan diri sendiri dan hubungan dengan Pencipta. Aturan bermasyarakat yaitu interaksi sesama manusia pada bidang pendidikan, pemerintahan, hukum, perekonomian, sosial dan politik luar negeri tidak diatur berdasarkan Islam.

Berbagai kerusakan yang ada saat ini sejatinya adalah akibat dari tidak diterapkannya Islam dalam kehidupan. Tagar Indonesia Gelap bermunculan di media sosial menunjukkan protes masyarakat akan rusaknya negeri. Bulan Ramadhan pun diwarnai banyak kasus seperti korupsi dengan jumlah fantastik, pengesahan UU secara mendadak, dan berbagai kebijakan yang menyengsarakan rakyat.

Diterapkannya Islam sebagian saja adalah buah dari sistem kapitalisme-demokrasi. Sistem ini berasas sekulerisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Wajar saja aturan Islam hanya digunakan pada ibadah ritual semata.

Dengan asas kebebasan maka, setiap orang diberikan kebebasan beragama, berbuat, berpendapat bahkan kebebasan memiliki. Kapitalisme pun menjadikan orang-orang yang memiliki modal(uang) sebagai penguasa sesungguhnya. Kesenjangan ekonomi, kerusakan ahklak dan moral, kerusakan lingkungan, kejahatan hingga kerusakan mental adalah dampak yang dapat dirasakan sekarang.

Demokrasi yang katanya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat justru menghianati rakyat. Demokrasi kapitalisme menjadikan akal manusia sebagai sumber aturan, padahal manusia adalah makhluk yang  lemah, sehingga berpotensi menimbulkan pertentangan antara satu sama lain.

Prinsip kedaulatan di tangan rakyat akan menjadikan manusia sebagai penentu hukum. Hal ini berpotensi menjadikan aturan yang lahir berdasarkan hawa nafsu dan kepentingan individu atau kelompoknya. Terbukti saat ini banyak aturan yang sengaja dibuat menguntungkan golongan tertentu.

Sebagai seorang muslim, berpegang pada Al Qur'an sejatinya konsekuensi keimanan dan harus dimiliki.  Membangun peradaban manusia yang mulia, sebagaimana yang pernah Rasulullah lakukan di kota Madinah harus menjadikan Al-Qur'an sebagai asas kehidupan. Namun hari ini Al Qur'an diabaikan meski peringatan nuzulul Qur'an setiap tahun diadakan, bahkan oleh negara.

Kewajiban berpegang pada Al-Qur'an secara keseluruhan adalah kewajiban seorang muslim. Namun hal itu tidak bisa dilakukan jika Islam belum diterapkan oleh institusi dan Al Qur'an bukan sebagai pedoman hidup dalam semua aspek kehidupan. Rasulullah telah mencontohkan penerapan Islam ketika menjadi kepala negara di Madinah.

Rasulullah membangun kesadaran masyarakat untuk kembali kepada aturan Pencipta secara keseluruhan. Aturan yang sudah pasti benar dan sesuai dengan manusia. Tidak akan ada pertentangan yang berdasarkan hawa nafsu saja, apalagi upaya memperkaya diri sendiri. Seorang muslim yang menerapkan Islam bukan hanya mendapatkan kesejahteraan tetapi juga hidup dalam kemuliaan. Wallahu alam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun