Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mencintai Produk Indonesia dengan Menabung dan Rembung

8 April 2018   13:26 Diperbarui: 8 April 2018   13:35 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto IST | info-digitalmarketing.com

Sudah bukan rahasia lagi kalau harga kebutuhan pokok akan naik menjelang hari besar keagamaan nasional. Banyaknya permintaan di hari itu membuat tangan-tangan curang mulai bermain. Pemerintah pun berusaha semaksimal mungkin untuk menekan harga namun entah kenapa lagi-lagi hal tersebut seperti menjadi langganan bagi masyarakat Indonesia.

Dulu, waktu sedang mengikuti pelatihan social mapping di sebuah pelosok Pandeglang, petani sana bercerita mengenai rendahnya harga jual beras yang mana berbeda dengan wilayah lain di Indonesia padahal Pandeglang tidak begitu jauh ke pusat ibukota. Alhasil petani sering mengeluhkan pendapatan mereka yang sangat kecil padahal setiap pagi hingga sore mereka bermandikan terik matahari di sawah sedangkan tengkulak hanya menyodorkan duit, beres.

Rembung bareng petani. Sumber: dokumen pribadi
Rembung bareng petani. Sumber: dokumen pribadi
Tingginya persaingan produk impor menjadi salah satu penyebab harga jual begitu rendah bagi petani lokal sedangkan harga beli sangat tinggi. Lantas apakah kita hanya diam saja? Apa yang bisa kita buat? Tentu, kita bisa memulainya dari hal kecil, tidak perlu jauh-jauh ke Pandeglang lalu membantu petani sana menjual hasil panennya. Kita hanya perlu membeli produk mereka, jangan tergiur dengan produk impor.

Produk dalam negeri tidak kalah hebat dengan produk impor. Tak hanya produk pertanian melainkan juga produk perkebunan, peternakan dan industri kreatif asli Indonesia juga mempunyai kualitas tinggi, hanya saja gengsi memakai produk imporlah yang mematikan rasa cinta produk buatan Indonesia. Fenomena serba luar negeri harus segera dihilangkan dari bumi Indonesia. Kalau produk Indonesia bagus kenapa harus mencari produk luar.

Kita perlu mengapresiasikan langkah pemerintah dalam mengambil tindakan ini yang mana diwakilkan oleh Kementerian Perdagangan. Kemendagri telah berhasil mengendalikan stablitas harga barang kebutuhan pokok dengan cara menetapkan regulasi Harga Eceran Tertinggi (HET). Kebutuhan pokok tersebut didominasi produk kebanggaan Indonesia (dari Indonesia untuk Indonesia) seperti beras,gula pasir, minyak goreng dan daging sapi.

Tak selamanya kita hanya mengandalkan uluran tangan pemerintah. Sebagai masyarakat yang bijak, kita pun bisa memulainya dengan hal terkecil seperti menabung. Dengan gaya hidup yang hemat, harga bahan pokok akan mudah dikendalikan. Mengurangi konsumsi daging pun adalah salah satu pilihan hemat ibarat kita sedang menabung perut atau puasa sehari tanpa daging agar tidak kebanyakan mengkonsumsi daging. Kita tentu tidak ingin sapi-sapi impor dari Australia mendominasi pasar Indonesia.

Menanam cabai atau sayuran lain di belakang rumah juga menjadi salah satu contoh menabung dari terbuangnya uang belanja yang berlebihan. Tanaman hidroponik yang sedang naik daun perlu kita tiru dan aplikasikan karena bisa ditanam berbagai macam sayuran meski halaman rumah kita sempit. Kita pun tidak perlu cemas jika sewaktu-waktu harga sayuran tersebut sedang meroket jauh karena tinggal memetiknya di belakang rumah, beres.

Cara lainnya adalah metode rembung. Kalau metode rembung ini lebih efektif dilakukan pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah. Pemerintah bisa mendengarkan langsung keluhan-keluhan dari petani kita lalu cari jalan keluarnya agar tidak merugikan satu sama lain. Aspirasi-aspirasi petani kita bisa dibimbing langsung oleh tenaga ahli sehingga memberikan efek dan dampak yang sangat nyata. 

Rembung merupakan istilah lain dari musyawarah. Musyawarah merupakan salah satu tradisi masyarakat Indonesia secara turun temurun untuk mencapai sebuah mufakat. Pemerintah bisa membuat kebijakan setelah bermusyawarah dengan petani lantas membuat kebijakan yang saling menguuntungkan satu sama lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun