Saya dulu pernah bermalam di rumah teman untuk menyelesaikan tugas kelompok. Baru kali itu saya masuk ke rumah itu. Rumah itu memiliki lemari besar-besar berisi buku tebal-tebal. Dari judulnya saya tahu buku-buku itu adalah buku matematika.  Makanya teman saya itu pintar sekali matematika. Ketika saya tanya, ternyata bapaknya adalah seorang guru.
Saya terus terang terkagum-kagum melihat pemandangan itu. Angka o sampai 9 saja kok bisa dijadikan buku seabrek begitu. Apa saja ya yang ditulis? Sepanjang waktu mengerjakan kerja kelompok, konsentrasi saya terpecah antara tugas dan angan-angan bagaimana rasanya menjadi ahli matematika. Saya ambil satu buku yang paling tebal, saya buka-buka. Semakin banyak membuka semakin asyik karena ternyata ilmu matematika itu hebat. Hebatnya ya itu tadi bisa ditulis menjadi buku tebal.
Malam semakin larut, pekerjaan rampung tapi mata tidak bisa menutup. Mungkin karena saya tidak pernah sebelumnya menginap di rumah orang lain. Rasanya ada saja yang kurang nyaman, apalagi bantalnya. Wanginya sih wangi tapi tipis banget. Kepala malah jadi pusing karena posisi tidur yang tidak pas. Di tengah kepusiangan itu pikiran saya kembali ke matematika.
Saya raih buku yang tadi saya buka-buka. Saya selipkan buku itu di bawah bantal. Saya coba meletakkan kepala. Pas banget ketinggiannya. Selanjutnya tidur pulas. Esoknya bangun tidur pikiran menjadi segar. Rupanya buku matematika itu multiguna.
