Mohon tunggu...
Murni Oktarina
Murni Oktarina Mohon Tunggu... Auditor - Inspektorat Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir

Lahir dan menetap di Palembang. Penulis Novel Merindumu, Novel Goodbye My Days, dan Buku Kumpulan Cerpen Penantian di Bawah Sakura

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Review Film 212: Kekuatan Cinta Mengubah Segalanya

10 Mei 2018   23:15 Diperbarui: 11 Mei 2018   22:27 2390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang kalian ingat dengan aksi 212 tahun 2016 lalu? Ya, aksi yang dibanjiri oleh lautan manusia di halaman Monumen Nasional hingga meluas ke segala arah di sekitarnya. Aksi yang juga dikenal dengan aksi damai ini dilaksanakan tepat pada tanggal 2 Desember 2016 sehingga dinamakan sebagai Aksi 212. Tujuannya tak lain adalah untuk melakukan tuntutan terhadap salah satu pejabat ibukota atas dugaan penistaan agama. Dalam aksi tersebut jutaan umat islam berkumpul untuk melakukan shalat Jumat dan doa bersama.

Peristiwa penting yang turut menyedot perhatian dunia ini telah diproduksi menjadi sebuah film religi oleh Warna Pictures. Mulai tayang di bioskop Indonesia sejak tanggal 9 Mei 2018 kemarin. Film yang berjudul 212 The Power of Love ini disutradarai langsung oleh Jastin Arimba dan dibintangi oleh beberapa aktor dan aktris berbakat, di antaranya Fauzi Baadila, Adhin Abdul Hakim, Humaidi Abas, Roni Dozer, Hamas Syahid, Meyda Sefira, Asma Nadia, Echi Yiexcel, dan sebagainya.

Sebelumnya Film 212 The Power of Love ini diduga sengaja dibuat untuk kepentingan golongan tertentu dan sarat akan politik. Tak hanya itu, film berdurasi 110 menit ini juga dikhawatirkan tidak laku di pasaran. Akan tetapi setelah tayang perdana kemarin, dugaan dan kekhawatiran tersebut tidak terbukti. Film yang menyajikan konflik keluarga ini ternyata mampu memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk para penonton usai menuntaskan kisah demi kisah yang diceritakan. Apa saja itu? Mari kita simak bersama ulasan yang telah saya tuliskan.

Ringkasan Cerita:

Film 212 The Power of Love mengisahkan tentang Rahmat (Fauzi Baadila), seorang jurnalis idealis di Majalah Republik. Sikapnya yang dingin dan sinis membuat pemuda lulusan Universitas Harvard itu kurang disukai banyak orang. Rahmat memiliki satu teman setia yang memiliki rambut gondrong persis seorang rocker bernama Adhin (Adhin Abdul Hakim). 

Adhin adalah fotografer di tempat kerja mereka. Awalnya Adhin menduga jika temannya itu sebatang kara, tidak memiliki keluarga. Sampai suatu hari, Rahmat mendapat telepon dari seorang gadis teman masa kecilnya, Yasna (Meyda Sefira). Yasna mengabarkan bahwa ibu Rahmat telah meninggal dunia. Bersama Adhin, Rahmat berangkat dari Jakarta menuju Ciamis.

Sudah sepuluh tahun lamanya Rahmat tidak pernah pulang ke Ciamis. Hal ini dikarenakan ada masalah masa lalu yang telah mengubah Rahmat hingga ia pun seolah bermusuhan dengan abahnya, Ki Zainal (Humaidi Abas). Adhin sempat tidak percaya jika Ki Zainal adalah ayah Rahmat. Sebab pikirnya tidak mungkin seorang kyai memiliki anak seperti Rahmat yang walau beragama islam tapi apatis terhadap agamanya sendiri.

Di Ciamis, Rahmat bertemu kembali dengan Yasna yang diam-diam telah dikaguminya. Tak hanya Yasna, Rahmat juga bertemu dengan Bi Nurul (Asma Nadia) dan adik Yasna, Abrar (Hamas Syahid). Abrar yang memiliki watak cukup keras, tidak menyukai kehadiran Rahmat. Abrar sudah mengetahui tulisan Rahmat yang telah menjatuhkan islam. Mereka berdua beberapa terlibat dalam pertengkaran.

Seusai pemakaman, Rahmat berencana akan pulang ke Jakarta. Akan tetapi tanpa sengaja Rahmat mendengar berita bahwa Ki Zainal akan melakukan long march bersama para santri dan masyarakat Ciamis untuk mengikuti aksi pada tanggal 2 Desember 2016 di Jakarta yang dikenal dengan Aksi Bela Islam 212. 

Adhin memberi nasihat agar Rahmat jangan dulu pulang, sebab Ki Zainal sudah tua dan sakit-sakitan. Apalagi jika Ki Zainal sampai benar-benar jadi mengikuti long march tersebut. Berkali-kali Rahmat meminta Ki Zainal agar mengurungkan niatnya untuk mengikuti kegiatan Aksi 212 dan mengajaknya untuk tinggal bersama di Jakarta. Akan tetapi tekad Ki Zainal untuk mengikuti aksi perdamaian itu tidak dapat diganggu gugat.

Dengan terpaksa, Rahmat pun ikut dalam long march demi menjaga ayah yang sebenarnya sangat disayanginya. Dalam perjalanan itulah, Rahmat tidak menyerah untuk meminta sang ayah agar membatalkan perjalanannya. Rahmat beranggapan bahwa aksi ini sengaja dimanfaatkan oknum untuk berpolitik. Ki Zainal pun tidak mau menyerah untuk tetap melanjutkan perjalanan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun