Harmonisasi Politik
Oleh : Murni Lestari Mahasiswa PKnH FIS UNY
Koalisi akan menjadi langkah untuk bersinergi membangun harmonisasi politik melalui kemampuan lobby. Ditengah memanasnya perpolitikan negeri ini, berbondong-bondong partai mengandalkan kemampuan lobby untuk menjalin sebuah relasi untuk menyatukan visi misi yang akan dipertaruhkan dalam kompetisi politik mendatang. Partai politik berupaya keras menjalin relasi untuk berkoalisi maju bersaing memperrebutkan posisi sebagai pemimpin negeri ini. Hal ini akan menjadi baik ketika koalisi melalui lobby yang dilakukan oleh partai politik murni untuk menyatukan visi misi kearah mana Indonesia akan dibawa, namun hal ini justru akan berdampak negatif ketika lobby yang dilakukan justru hanya menguntungkan pihak-pihak berkepentingan. Bagaimana ketika harmonisasi politik yang dibangun dengan cara koalisi tersebut justru hanya untuk menyembunyikan maksud-maksud terselubung yang dibingkai dengan frame atas nama visi misi. Bukankah Indonesia tidak lagi membutuhkan tokoh-tokoh berbingkai indah, namun Indonesia butuh tokoh dengan wajah nyata dan realisasi sebagai bukti.
Kemampuan lobby dari masing-masing calon yang diusung partai tentu berbeda, setiap calon memiliki strategi masing-masing. Yang dikhawatirkan adalah ketika lobby yang dilakukan oleh calon bukan lagi membahas Indonesia kedepan, namun justru membahas bagaimana partai politik yang mengusungnya kedepan. Tentu menjadi sebuah permasalahan yang harus jeli untuk kita kritisi bagaimana tidak, calon orang nomor satu negeri ini bukanlah orang yang hanya lihai melakukan permainan politik, namun negeri ini membutuhkan orang yang benar-benar menyentuh rakyat melalui kepemimpinannya membawa masyarakat Indonesia lebih baik dalam segala aspek. Ketika dalam masa-masa berkoalisi yang dilakukan dalam waktu dekat ini justru hanya membahas kepentingan parpol yang mengusungnya, bukan tidak mungkin jika kedepan pemimpin negeri ini hanya akan terus berorientasi pada kemajuan parpol yang mengusungnya bukan lagi kepentingan rakyat yang menjadi urgensi utama. Memang benar kata pepatah yang mengatakan tidak boleh menjadi “Kacang yang Lupa pada Kulitnya” memang capres maupun cawapres tidak boleh lupa dari mana pasangan tersebut diusung, namun tidak boleh lupa juga bahwa rakyatlah yang menentukan, tanpa peran rakyat semua tidak akan terjadi. Alangkah disayangkannya ketika capres dan cawapres yang diharapkan rakyat untuk selalu berupaya menyejahterakan rakyat justru melalui upaya ini menjadi topeng akan kepentingan dari parpol yang mengusungnya.
Harmonisasi yang dibentuk dengan cara koalisi ini menjadi salah satu proses dimana kita sebagai rakyat mampu mengintip perjalanan penyatuan visi misi, selain itu perjalanan ini menjadi penting untuk selalu disaksikan adalah dengan melalui koalisi ini, rakyat mampu memetakan bagaimana Indonesia kedepan ditangan calon presiden dan calon wakil presiden yang sekiranya akan melakukan koalisi. Bukan koalisi semata yang diharapkan, namun hal ini merupakan sebuah kerja sama yang dapat membangun harmonisasi yang benar-benar bersinergi untuk Indonesia lebih baik, bukan lagi bersinergi dalam sistem yang dipengaruhi akan kepentingan politik, termasuk kepentingan parpol yang mengusungnya. Kini yang diharapkan dari ajang koalisi ini menjadi sebuah ajang yang akan menghasilkan sebuah karya indah untuk Indonesia yang akan menjadi visi misi dan terrealisasi sebagai bukti kesungguhan, bukan lagi sebuah karya berwujud drama layaknya sandiwara belaka. Indonesia bukan panggung sandiwara yang penuh rekayasa, namun Indonesia adalah Negara yang membutuhkan tokoh yang mampu membawa Indonesia diakui di mata dunia dengan kerja nyata. Harapan dari koalisi ini adalah mampu membangun harmonisasi politik, bekerja sama serta saling bersinergi dalam rangka memperbaiki Indonesia kedepan.
