Mohon tunggu...
Munib Abduh
Munib Abduh Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Pemerhati media, Jurnalis Pejalan Kaki & Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyikapi Hari Ibu

22 Desember 2017   21:12 Diperbarui: 22 Desember 2017   21:15 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh Chintiya Dharmasraya

"Ribuan kilo jalan yang kau tempuh lewati rintangan untuk aku anakmu." Iwan Fals.

Seperti ada tuntutan moral untuk menyatakan sesuatu di Hari Ibu Nasiaonal. Lihat beranda-beranda di media sosial (medsos) hari ini banjir dengan ucapan, harapan, dan pujian yang bermuara pada wanita mulia atas nama ibu. Meragukan, apakah pernyataan itu untuk menujukkan bakti atau hanya sekedar untuk unjuk gigi meramaikan hingar-bingar medsos.

Belum usai membaca postingan yang lama, muncul twet anyar yang bermaksud dan bertujuan serupa. Selanjutnya beberapa pengguna medsos lain 'kalang-kabut' akibat bingung postingan siapa atau mana yang penting untuk dibaca? Setidaknya, ini yang dirasakan Moh. Aidi Mahasiswa penyiaran Islam di IAIN Jember. Dia mengaku beranda fecebooknya penuh dengan ungkapan yang dialamatkan kepada seorang ibu disusul dengan komentar dukung-mendukung serta ada juga komentar yang menjatuhkan.

Saya -mungkin juga Anda- mengapresiasi postingan pengguna medsos terkait seorang ibu dengan catatan tidak berhenti pada tulisan-tulisan yang berkeliaran diruang-ruang medsos tetapi juga diimbangi dengan langkah nyata. Artinya, pujian kepada seorang ibu bukan sekedar membiarkan jari-jemari menari di layar sakti (baca: Hp) tapi diperlukan bukti dengan bakti yang kongkrit.

Sebab apalah arti pujian-pujian bila tindak-tanduk seorang anak tidak mengimplementasikan pujiannya pada bentuk tingkah nyata. Apalagi sepertinya seorang ibu tidak terlalu mementingkan puji-puja. Pun belum tentu pujian seorang anak dimedsos  diaminkan oleh seorang ibu.

Dilain sisi sebagian diantara kita meyakini bahwa surga anak berada ditelapak kaki ibu maka pertanyaannya, di hari ibu ini sudahkah mencium kaki yang ditelapaknya terdapat surgamu? Kalau tidak masih ada kesempatan untuk mengurangi dan meminimalisir beban kaki tersebut. Karena percaya atau tidak, kaki yang telapaknya menyimpan aroma surga sudah cukup jauh nan lelah menempuh jalan untuk menjadikan pengguna medsos segagah seperti sekarang.

Kalau pengguna medsos menganggap penting menaruh harap dan doa kepada ibu dimedsos, percayalah ada yang lebih penting yakni, segera wujudkan harapan itu sedini mungkin. Jika belum mampu, segara salat dan bermaaflah kepada wanita termulia itu.

Semoga ibu -dan ayah- kita selalu dalam lindungan Allah Subhanuhuwata'ala. Yakinlah untuk tinggal di istana surga tidak seenteng membuat postingan-postingan terbaik kita di medsos.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun