Bunda, maafkan Kaka. Masih banyak hal yang belum bisa Kaka lakukan untuk membahagiakanmu. Kaka masih sering merepotkanmu dengan pertanyaan-pertanyaan kecil, permintaan yang kadang tak penting, dan kekhawatiran yang seharusnya Kaka simpan saja dalam diam.
Hari ini, melihatmu terbaring lemah, lidah Kaka kelu. Kata-kata kehilangan sayapnya. Yang tersisa hanyalah hati yang bergetar di antara doa dan air mata.
Lekas pulih, Bunda. Semoga kebahagiaan selalu menemukan jalan pulang kepadamu.
Bunda, engkau adalah matahari yang tak pernah lelah bersinar, bahkan ketika langit penuh awan. Dari pelukanmu, Kaka belajar arti kesabaran. Dari senyummu, Kaka memahami ketulusan yang tak bersyarat. Dan dari setiap lelah yang kau sembunyikan di balik senyum, Kaka belajar arti pengorbanan yang tak tercatat di buku mana pun.
Engkau tak pernah menagih cinta yang telah kau beri, sebab cinta seorang ibu adalah lautan tanpa tepian, memberi tanpa jeda, tanpa pamrih.
Hari-hari di rumah pernah penuh dengan langkahmu yang ringan tapi pasti. Di dapur, engkau menyiapkan cinta dalam bentuk hidangan sederhana yang rasanya selalu seperti doa. Di ruang belajar, engkau menatap dengan sabar, meski ucapan Kaka kadang melukai tanpa sengaja.
Dalam diam, engkau menanggung lelah dan sakit tanpa pernah mengeluh. Kini, saat tubuhmu diuji, hanya doa yang bisa Kaka kirimkan agar tangan Allah menyapamu dengan kesembuhan yang sempurna.
Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW, saat menjenguk sahabatnya yang sakit, membaca doa ini:
Allhumma rabban nsi, adzhibil ba'sa. Isyfi anta asy-syfi. L syfiya ill anta syif'an l yughdiru saqaman.
Artinya: "Tuhanku, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit. Berikanlah kesembuhan karena Engkaulah Sang Penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan selain Engkau, dengan kesembuhan yang tak menyisakan rasa sakit."
Doa ini Bunda, Kaka bisikkan di setiap sujudku, bahkan setiap waktu tak pernah terlewatkan:
Allhummasyfi Bunda... Allhummasyfi Bunda... Allhummasyfi Bunda...
Kaka menyebut namamu di hadapan Allah, dengan harap yang tak bertepi.
Bunda, engkau telah mengajarkan banyak hal tanpa berkata-kata. Engkau menanamkan keindahan hidup dalam kesederhanaan, keteguhan dalam sabar, dan kelapangan dalam memberi.
Setiap pelukanmu adalah doa yang tak bersuara. Setiap senyummu adalah ketenangan yang tak bisa dibeli dunia. Setiap lelahmu adalah kitab kehidupan yang menulis arti ketulusan dengan tinta air mata.
Kaka masih ingat malam-malam panjang ketika engkau menunggu Kaka pulang. Kadang hanya untuk menyuguhkan segelas air hangat, atau sekadar menatap dengan wajah khawatir. Kaka sering lupa mengucap terima kasih, tapi di setiap detik yang berlalu, cinta Bunda tetap bekerja dalam diam; menyelimuti kekurangan Kaka dengan kasih yang tak terhingga.
Dalam hati kecil ini, Kaka selalu memohon agar Allah menyembuhkanmu, menguatkan tubuhmu, dan menenangkan jiwamu.
Agar engkau bisa kembali tersenyum tanpa rasa sakit, berjalan ringan seperti dulu, dan menjadi matahari yang kembali hangat bagi Kaka, bagi rumah ini, bagi siapa pun yang mencintaimu.
Rasulullah SAW juga pernah berdoa:
Imsahil ba'sa rabban nsi, bi yadikas syif'u, l ksyifa lah ill anta.
Artinya: "Tuhan manusia, sapulah penyakit ini. Di tangan-Mu lah kesembuhan itu. Tiada yang dapat mengangkatnya kecuali Engkau."
Bunda, dalam doa itu, Kaka selipkan seluruh cinta, rindu, dan penyesalan yang tak pernah sempat terucap. Semoga Allah mengangkat sakitmu, menenangkan hatimu, dan menjaga setiap helaan napasmu. lekas sembuh bun, lekas pulih bundaaa.
Semoga setiap pagi berikutnya datang bersama cahaya yang lembut, penuh tawa, dan tanpa nyeri.
Kaka tahu, tak ada kata yang cukup untuk menulis besarnya cintamu. Kata selalu kalah oleh rasa. Namun semoga setiap huruf yang Kaka tulis ini menjadi doa yang hidup, bergetar di langit, dan sampai kepada-Nya.
Semoga engkau lekas pulih, Bunda. Semoga bahagia dan sehat selalu.
Di akhir tulisan ini, izinkan Kaka menitipkan seluruh harapan dan doa yang mungkin tak sempat terucap.
Semoga Allah melimpahkan kesembuhan, kekuatan, dan keberkahan di setiap langkahmu.
Ketulusanmu adalah cahaya bagi hidup Kaka, dan kasihmu adalah doa yang tak pernah padam.
Bunda, anakmu ini hanya ingin hidup lebih lama bersamamu, menikmati hangat pelukanmu, mendengar tawa tulusmu, dan belajar mencintaimu dengan cara yang lebih baik setiap hari.
Dengan doa yang tak pernah berhenti,
Munawar Hakimi Ahmad
Anak yang selalu belajar mencintaimu dengan sabar, rindu, dan ketulusan hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI