Mohon tunggu...
munalia Azzahra Halimanwar
munalia Azzahra Halimanwar Mohon Tunggu... Lainnya - Political science student at Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta

Just try it and stay Focus

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Arah Gerak Kasus Rasial Berujung pada Suasana Panas di Medan Perang Antar Dua Lansia (Pilpres AS 2020)

12 Juni 2020   08:01 Diperbarui: 12 Juni 2020   08:02 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun tidak ada yang tahu kebenaran yang terjadi seperti apa, dan bisa jadi pula Trump dengan sengaja memainkan strategi politiknya dengan menggeser isu: dari pembunuhan Floyd menjadi penjarahan. Dan kemudian adanya tambahan sekitar 2,5 juta pekerja baru tersebut dapat menjadi ”kekuatan” baru untuk mewujudkan obsesinya terpilih kembali di pilpres November nanti. Para warga kulit putih yang setia mendukungnya tentu lebih kuat memegang Trump untuk jabatan kedua.

Meski Di tengah kerusuhan akibat kematian Floyd saat ini, popularitas Biden justru meningkat untuk kali pertama mengungguli Trump. Trump dinilai telah gagal dalam tiga hal diantaranya yaitu gagal mengelola perihal pandemi Virus Corona COVID-19 yang menewaskan banyak warga Amerika Serikat, ekonomi yang tidak begitu baik, dan terakhir adalah mengenai kasus unjuk rasa besar-besaran yang tengah terjadi saat ini. 

Meskipun banyak kritikan datang kepada dirinya, Trump tetap berusaha mencari cara terbaik untuk meraih obsesinya demi memenangkan kembali jabatan Presiden pada pilpres mendatang.

Pertarungan antara dua lansia dari kedua partai besar di Amerika sangatlah menjulang banyak opini yang terngah berkembang di masyarakat saat ini. Nampaknya, secara tidak langsung Partai Demokrat merasa diuntungkan dengan adanya kasus kematian Floyd dan banyaknya aksi protes massa yang terjadi. 

Namun tidak sedikit pula pendukung Partai Republik yang mengatakan bahwa Partai Demokrat sedang dihadapkan pada dua keadaan yang saling bertentangan, yakni menyerang Trump secara agresif sekarang dan berisiko dihadapkan pada tuduhan bahwa Partai Demokrat menggunakan bencana pandemi COVID-19 serta kritik terhadap gaya Trump melerai aksi protes hanya semata untuk alasan politik atau menunggu saja sampai keadaan masyarakat mulai normal. Dan tidak dapat dipungkiri selama 5 bulan kedepan, antara dua kubu yang masih saling bersitegang, senjata ‘manipulasi’ apa pun bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.

Referensi :

  • Feagin, Joe dan Herman Vera. 1995. White Racism : The Basic. New York : Routedge
  • M Fredrickson, George. 2002. Racism: A Short History. New Jersey: Princenton University Press
  • Morris, Aldon. D. 2015. The Scholar Denied: W.E.B Du Bois and The Birth of Modern Sociology. USA: University of California Press
  • Amalli, Zaki. 2020. "Pembunuhan George Floyd: Dunia Mengecam Rasisme di AS",[Artikel on-line]; tersedia di sini: Internet; diakses pada 09 Juni 2020
  • Daniel, Zoe. 2020. “As 'President of law and order', Donald Trump can use division to his advantage during George Floyd protests” , [Artikel on-line]; tersedia di sini: Internet; diakses pada 09 Juni 2020
  • Garjito, Dani. 2020. “Kematian George Floyd dalam Sejarah Rasisme Amerika”. [Artikel on-line]; tersedia di sini: Internet; diakses pada 09 Juni 2020
  • Wick, Julia. 2020. “Curfews and protests continue”. [Artikel on-line]; tersedia di sini: Internet; diakses pada 09 Juni 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun