Anak muda heboh ngomongin saham. Kita di usia 37? Heboh nyari kursi yang bisa menopang tulang ekor dengan sempurna. Return on Investment-nya jelas: berkurangnya frekuensi kunjungan ke tukang urut. Ini investasi untuk masa depan yang bebas encok.
Tidak ada yang lebih membahagiakan daripada notifikasi "gaji masuk", kecuali notifikasi "libur tanggal merah".
Gaji itu kebahagiaan yang terukur, tapi fana. Begitu masuk, langsung terdistribusi ke berbagai cicilan. Tapi tanggal merah? Itu kebahagiaan murni. Sebuah hari di mana kita dibayar untuk tidak melakukan apa-apa. Sebuah anomali indah dalam kapitalisme.
Lo akan sampai di titik di mana "cita-cita" berubah dari "menjadi astronot" menjadi "bisa tidur 8 jam tanpa kebangun buat kencing".
Ini adalah evolusi mimpi. Dulu kita ingin menyentuh bintang, sekarang kita cuma ingin menyentuh kasur selama 8 jam tanpa gangguan. Prioritas kita bergeser dari pencapaian eksternal ke pemulihan internal. Kebutuhan paling dasar (tidur) menjadi kemewahan tertinggi.
"Work-life balance" itu mitos. Yang ada hanya "work-life damage control".
Konsep "seimbang" itu mengasumsikan ada dua sisi yang bisa berdiri tenang. Kenyataannya, kerjaan dan kehidupan pribadi itu saling serang kayak dua suporter bola fanatik. Tugas kita bukan menyeimbangkan, tapi memastikan kerusakan yang ditimbulkan masih bisa diperbaiki besok paginya.
Tentang Hubungan & Pertemanan (Alias Lingkaran Setan Sosial)
Lingkaran pertemanan menyusut, tapi tagihan patungan kado nikahan membesar.
Logikanya, teman makin sedikit, pengeluaran sosial harusnya makin irit. Tapi semesta punya humor yang aneh. Teman yang tersisa inilah yang justru mulai menikah (lagi) atau punya anak (lagi). Kualitas pertemanan diukur dari seberapa besar nominal yang kita transfer untuk kado patungan.
Definisi "sahabat" bergeser dari "yang selalu ada" menjadi "yang nggak nge-read doang pas ditagih utang".