Saat itu visi dan eksekusi Deng diuji di Shenzhen. Akankah berhasil? Banyak orang ragu.
Kita ingat, awal tahun 1990 an, progam MBA selalu membahas studi kasus investasi di Cina. Kala itu pendapat mahasiswa program master itu terbagi. Separuh mengatakan optimis, program Deng akan berhasil. Separuh yang lain pesimis, mengatakan Cina akan gagal.
Ternyata secara sosial ekonomi visi dan eksperimen Deng berhasil. Dari sisi tingkat kebahagiaan masyarakatnya apakah juga berhasil? Survey world happiness index belum mengatakan hal itu.
Perjalanan Deng sampai ke puncak tentu saja tidak mulus - mulus saja. Sebagaimana dialami para pejuang pioner lainnya.
Deng muda yang cerdas kala itu adalah favorit dan salah satu anggota inner circle andalan ketua Mao.
Namun dengan berlalunya waktu dan dinamika politik, akhirnya mereka berseberangan. Mao menganggap Deng terlalu kapitalis kebarat - baratan. Deng pun menganggap Mao terlalu terpatok kepada budaya konvensional.
Ditambah dengan provokasi gang of four, empat senior kepercayaan Mao penganut komunis orthodok. Mao pun menyingkirkan dan mengucilkan Deng dari panggung elit politik.
Barangkali juga sudah menjadi suratan tangan, dengan jalan berliku intrik politik, Deng yang pernah sekolah di Prancis dan Uni Soviet serta mengikuti pembelajaran di Amerika, akhirnya memegang tampuk pimpinan tertinggi Republik Rakyat Tiongkok.
Berkat pendidikan, pengalaman dan visinya Deng berhasil membawa alam negeri tertutup Cina, menjelma menjadi negeri modern yang makmur dan terbuka. Membuka diri dan melibatkan investor asing.
Kini orang menyebut Cina sebagai negeri Sosial Kapitalis, yang hanya memiliki satu partai.