Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Inggris Vs Italia, Final Ideal Euro 2020

11 Juli 2021   11:53 Diperbarui: 11 Juli 2021   12:21 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Big Ben London. Dokpri


Colloseum Roma. Dokpri
Colloseum Roma. Dokpri
Ethos, Logos, Pathos

Aura kemenangan merebak di London.

Atmosfer dan emosi psikologis menang itu mencerminkan kepercayaan penuh publik Inggris kepada tim Tiga Singa. Walaupun pada awalnya, Inggris setengah diragukan untuk bisa sampai di babak semi final sekalipun.

Aura positif ini membentuk situasi Ethos, Logos dan Pathos yang menguntungkan timnas Inggris.

Istilah Ethos, Logos dan Phatos diperkenalkan fillsuf Yunani Aristoteles, guru Iskandar The Great. Terminologi ini lahir sebagai acuan bagaimana kriteria memilih pemimpin pemimpin yang andal terpercaya.

Tim Inggris saat ini memiliki Ethos,  kesebelasan yang dipercaya sebagai yang terbaik di ajang piala Euro. Telah dibuktikan, dalam enam laga sebelumnya tak terkalahkan. Lima kali menang dan seru sekali.

Juga Logos, dari logika armada Inggris memiliki pemain dengan stamina prima, skill mumpuni. Serta mental dan soliditas tim sangat menjanjikan. Sangat masuk akal bila Inggris akan mampu memenangkan duel terakhir melawan Italia.

Pathos, keterikatan dan kohesi emosional serta team work tim Inggris sangat positif. Baik antara pelatih dan pemain, sesama pemain maupun dukungan publik Inggris yang telah sampai pada titik fanatisnya. Ini menjadi Pathos, energi kolektif positif mendukung kiprah dan spirit Inggris di laga pamungkas lebih bergelora.

Suasana Ethos, Logos, Pathos itu terlihat ditempat tempat publik dan keramaian London. Gestur, kostum, nyanyian bergelora di stasiun stasiun dan Tube, kereta bawah tanah London. Juga ditemui di area promenade yang lebar dan nyaman di kiri kanan sepanjang sungai Thames yang membelah kota. Di pusat kota Travalgar Square, pusat perbelanjaan dan kuliner Piccadilly Circus serta tempat tempat lain di penjuru kota. Masyarakat London menampakan keyakinan dan harapan besar bahwa Inggris bakal mengangkat piala dambaan. Bahkan saat ini publik Inggris berperilaku seolah lambang supremasi bola Eropa itu telah terengkuh di tangan.

Kalau sampai Gareth Southgate sang pelatih, dan para pemain terpengaruh dan kehilangan kewaspadaan karena asumsi masyarakat ini, maka Inggris berada dalam bahaya.

Inggris kontra Italia pada babak terakhir pagelaran Euro 2020 adalah final ideal. Pertemuan dua tim kuat yang sama sama berpeluang dan bertekad besar untuk meraih trofi pemuas obsesi.

Obsesi terbesar tim Tiga Singa dan juga rakyat Inggris adalah mewujudkan mimpi panjang menjadi kenyataan. Mengangkat piala Eropa yang pertama kali, sebagai pemuas dahaga gengsi internasional yang 55 tahun tak kunjung singgah.

Bagi Gli Azzurri, kemenangan kali ini selain akan membuat tertawa seluruh Itali, juga obat penghapus cela yang meninggalkan luka mendalam. Aib yang seharusnya tidak terjadi. Yaitu Italia negara peraih empat kali piala dunia telah tercampak tak laku sebagai peserta ajang gelaran sepak bola paling masyur ini. Pada tahun 2018 lalu di Rusia.

Southgate dan pemain Inggris pasti menyadari, Itali adalah lawan yang paling berbahaya. Reputasinya sebagai tim yang sejak ditangani pelatih baru Roberto Mancini 33 kali bertanding berturut turut tak terkalahkan. Juga di Arena Euro ini memperoleh kemenangan sempurna. Enam kali menang  dalam enam laga.
Kedua tim memiliki alasan, motivasi dan peluang sama untuk memenangkan babak akhir.

Memang juara dua selalu tidak diperhitungkan. Tak kan lama dikenang juga tak lagi dibicarakan. Jadi juara dua bukanlah pilihan. Meraih juara sebagai nomor satu adalah harga mati. Yang harus diperjuangkan hidup mati di lapangan. Apapun caranya.

Kedua tim telah menunjukan rekor luar biasa dalam Euro 2020. Italia menang sempurna dan Inggris mencatat rekor sebagai tim dengan pertahanan terbaik. Enam kali laga hanya satu kali kebobolan.

Jadi final ideal Euro 2020 ini adalah adu kepiawaian dua tim terbaik. Mudah mudahan mereka memberikan permainan terbaik dan menarik, tidak anti klimak.

Siapa yang layak untuk memetik kemenangan? Tim putih Inggris atau skuad biru Italia.

Kemenangan dari perang dua kekuatan yang seimbang, ditentukan oleh strategi dasar yang tepat. Serta disiplin, improvisasi dan inisiatif pemain dalam eksekusi.

Kedua tim memiliki darah keturunan dari penguasa imperium besar pada ribuan tahun lalu. Marcus Aurelius penguasa kekaisaran Romawi awal Masehi, penerus ambisi Julius Caesar untuk meluaskan wilayahnya dengan berperang. Aurelius adalah Kaisar adalah jenderal ahli strategi perang terbaik dalam sejarah Romawi kuno. Serta filsuf pemikir rahasia kehidupan yang pemikirannya masih dikutip dan menjadi acuan hingga kini. Roberto Mancini pasti memasukkan butir butir wisdom Aurelius dalam olahan strategi tandingnya nanti malam.

Selain itu armada pangeran biru juga keturunan para Gladiator. Petarung terhebat yang harus mempertahankan hidupnya di Colloseum colloseum bangsa Roma. Melawan sesama Gladiator, dan juga terkadang harus melawan hewan hewan liar, Singa, Macan, Banteng dsb.

Strategi dan eksekusi yang tepat menjadi tradisi, mengalir luluh dalam diri Itali sejak lama. Dan mereka akan membuktikan ini di Wembley. Untuk memadamkan Singa Inggris yang tengah membuas, haus kemenangan.

Terminologi Ksatria, Gentlemen berasal dari Inggris. Karena mereka memiliki legenda hebat para ksatria. King Arthur bersama para ksatria meja bundar dibantu penyihir Marlin. Dengan senjata sakti pedang Excalibur, ksatria Arthur memerangi kejahatan dan menertibkan kehidupan. Dalam satu episodenya, King Arthur pernah memerangi dan mengalahkan bangsa Romawi. Inggris yakin kemenangan Arthur akan terulang nanti malam.

Kini Itali dan Inggris keturunan para penguasa dan pejuang hebat masa lalu itu akan berlaga. Keduanya mewarisi DNA petarung, yang akan membuat mereka berjuang mati matian sampai akhir malam nanti.

Italia sadar, dukungan suporter akan sangat hebat. Juga gangguan berbagai bentuk terhadap mereka. Teriakan, ejekan, sinar laser bahkan mungkin juga lemparan botol botol minuman ke kubu mereka. Italia juga menyadari rata rata usia pemain Inggris lebih muda dan saat ini masih tetap bugar. Belum kehilangan satupun pemain.

Di lain pihak, pemain Itali rata rata lebih senior dan telah kehilangan bek yang juga gelandang serang andalan Spinazolla. Yang cedera dan harus ditandu keluar lapangan saat melawan Belgia dan tidak bisa bermain lagi. Mereka harus lebih cerdas membaca dan memanfaatkan keadaan.

Perkiraan atau Premis majornya Inggris akan menghindari adu pinalti. Lalu Inggris pasti menggebu, ingin mencetak gol di menit menit awal.

Untuk itu Itali akan menerapkan beberapa butir strategi perang Sun Tzu untuk mengalahkan lawan berat di kandangnya sendiri. Yakni; memperdaya Langit untuk melewati Samudera, membuat lawan kelelahan. Dan butir strategi yang lain adalah, korbankan Perak untuk memperoleh Emas.

Trio Harry Kane, Raheem Sterling dan Saka telah menunjukan keandalan dan sukses. Southgate pasti tetap akan mempertahankan formasi serang ini di babak awal. Tugas duo pertahanan Itali, dua senior Juventus Cheillini dan Bonucci untuk membendungnya. Dengan jiwa catenaccionya, duet berwajah mirip ini bahkan akan merayu dan mengeksplore Trio Inggris agar menyerang lebih sering. Tujuannya untuk membuat lelah dan frustrasi lini serang Inggris. Ini akan melemahkan pisik dan psikis tim Singa.

Provokasi pasti terjadi, telah menjadi bagian keahlian permainan tim biru. Provokasi itu pernah memakan korban yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Saat laga final piala dunia 2006 di Berlin antara Prancis vs Italia. Bagaimana di babak perpanjangan, kapten dan striker elegan andal Prancis Zinedine Zidane tak bisa mengendalikan diri. Kala itu Zidane lepas kontrol, menanduk dada Materazi pemain dan provokator  Itali. Provokasi dengan ejekan terhadap adik perempuan Zidane.

Akhirnya Prancis harus bertekuk lutut, Itali juaranya.

Model provokasi ala Berlin itu tak mustahil berulang kembali di Wembley nanti malam.

Mengorbankan perak untuk memperoleh emas. Entah apa yang akan dikorbankan Mancini pelatih necis berbusana Giorgio Armani ini, untuk memperoleh tujuan utamanya pada laga krusial ini. Yaitu kemenangan.

Apakah Gareth Southgate dan para pemain Inggris akan terperdaya oleh Italia? Marilah sama sama kita saksikan laga pamungkas mendebarkan Euro 2020. Antara tim tuan rumah Inggris, melawan tim renaisane Gli Azzurri Itali.

Langit London akan menjadi malam bersinar ribuan bintang, pembebasan dan kelegaan bagi pemenang. Dan malam suram kelabu, trauma kesedihan bagi yang tersingkirkan.

Begitulah sepak bola pada akhirnya....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun