Gambar
Alpine Golf Chiangmai
Konon, keindahan itu adalah sesuatu yang obyektif. Namun sejatinya terkadang bisa juga bersifat subyektif.
Saat kita membuat hattrick par. Kemudian dengan skill atau luck, mencetak birdie dua kali berturut turut. Maka lapangan golf seburuk apapun akan kelihatan dan terasa indah. Itulah keindahan subyektif. Kebahagiaan yang membikin semuanya menjadi indah.
Rasa bahagia itu semakin  tiada tara, manakala melihat lawan main berparas sedih dan nelangsa. Dengan tangan lemas, mengulurkan berlembar lembar merah. Apakah itu sifat dasar manusia ya? Senang melihat orang lain sedih.
Namun pagi ini keindahan obyektif itu hadir disini. Hamparan panorama alam Alpine course Chiangmai begitu segar memukau. Inilah keindahan sesungguhnya dan nyata itu. Menikmati pemandangan disini, orang yang sedang bersedih pun pasti tetap akan merasakan keindahannya.
Kelihatannya nama Alpine memang jaminan mutu dan pesona. Alpine golf yang berada tidak jauh dari kota Bangkok juga menyajikan lanskap serupa, elok. Walaupun secara keseluruhan Alpine Chiangmai nampak lebih unggul. Dalam mengolah, mengkreasikan  tantangan serta keindahan alam menjadi wujud lanskap menawan.
Di kiri gunung di kanan gunung, di tengah tengah para golfer senior Nusantara siap untuk bertarung di babak ke tiga.
Para golfer pada asyik berlatih, nge put di putting ground hijau mulus nan rapi.
Inilah ronde terakhir golf di Chiangmai. Sungguh Alpine adalah pilihan closing tur yang pas. Paduan kompak panorama dan kesegaran alam. Awak menghirup nafas dalam dalam. Memanjakan paru paru agar terisi oksigen segar pegunungan, sebanyak banyaknya.
Di babak Alpine ini, terjadi sedikit perubahan susunan pemain. Opung bergabung ke pairing awak, sehingga kami menjadi berlima. Jadilah susunan 13 golfer menjadi 3 flight, empat - lima - empat.