Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip

Aneka Ragam Nuansa di Jepang, CatPer 11

22 Agustus 2019   22:26 Diperbarui: 22 Agustus 2019   22:43 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

3.2 Sejenak Menjadi Orang Jepang

Sebelum Bus sampai di Hotel, Ken menyarankan malam ini agar sejenak kita menjadi orang Jepang. Lalu Ken memperagakan, mengajari memakai pakaian tradisional Jepang. Juga menjelaskan mandi berendam ala Jepang yang disebut Onsen.

Meskipun kota Gifu itu relatif kecil, namun terdapat Hotel besar disini. Kami akan menginap di hotel besar itu. Hotel cukup ramai, karena Gifu berdekatan dengan destinasi destinasi Wisata tersohor di Jepang. Antara lain desa tradisional Shirakawago yang akan kami kunjungi besok.

Hotel ini memiliki fasilitas lengkap, berkaitan dengan tradisi orang Jepang. Ken meminta kita mencoba fasilitas fasilitas itu malam ini.

Kita akan lebih menghayati berwisata di suatu tempat, kalau mencoba perbedaan perbedaan yang ada disini dengan yang biasa kita alami sehari hari. Misalnya makanan, pakaian dan perbedaan lainnya. Ujar Ken mempersuade.

Setelah check in, usai mengatur koper di kamar. Kita akan mengenakan salah satu pakaian tradisional Jepang yang disebut Yukata. Yukata itu mirip Kimono, namun ada beberapa perbedaan.

Dibanding Yukata, Kimono itu lebih formal. Terdapat lapisan sutera di dalamnya, lebih hangat dengan bahan juga lebih halus mewah. Kimono juga memiliki corak dan warna lebih meriah. Memakai Kimono biasanya dilengkapi dengan bakiak dan berkaos kaki. Kimono cocok dipakai di musim gugur dan musim dingin.

Sedangkan Yukata itu lebih kasual. Bahan lebih kasar dan tipis dibanding bahan Kimono. Dilengkapi dengan semacam cardigan. Juga sandal tanpa kaos kaki. Cocok dikenakan di musim semi dan musim panas.

Di kamar hotel telah tersedia Yukata beberapa set, terlipat rapi. Kami bertiga mulai memakainya. Pertama mengenakan pakaian dalam  semacam Kimono. Diikat sabuk kain, membuat simpulnya di pinggang kanan. Baru mengenakan jaket khasnya. Berlengan longgar, panjang tiga perempat.

Seluruh rombongan berdua puluh lima telah  berkumpul di lobi hotel. Semuanya dengan kostum Yukata, nampak seperti sekumpulan orang Jepang asli jaman dulu. Lalu kami berfoto bersama.

Dilanjutkan makan malam di ruangan khas Jepang. Baik lorong, hall, maupun furniture bernuansa sangat Jepang. Makanan Jepang set disajikan oleh pelayan berkimono. Oma oma yang rata rata lanjut usia. Set makanan dilengkapi mie soup, irisan ikan mentah atau Shasimi yang bergizi. Juga jajanan Jepang, ditata dengan bungkus rapi artistik. Kami memilih cara makan dengan duduk di kursi pendek. Tidak lesehan di Tatami, yang memberatkan saat berdiri usai makan.

Setelah makan malam kami kembali ke kamar. Menyiapkan diri untuk satu aktivitas lagi yang perlu dilakukan. Demi menghayati kehidupan orang Jepang. Yaitu mandi Onsen, berendam atau kungkum gaya Jepang.

Konon Onsen itu tidak lagi hanya sekedar gaya hidup, namun sudah menjadi kebutuhan hidup orang Jepang. Di seluruh penjuru Jepang banyak ditemui sumber sumber air panas. Terutama disekitar Gunung dan daerah pegunungan.

Sumber sumber air panas itulah yang menjadi asal muasal mandi Onsen. Pada awalnya Onsen dilakukan di kolam terbuka, outdoor. Dengan menampung air panas alam di suatu kolam. Orang Jepang rame rame berendam di kolam itu. Jaman dulu laki perempuan bersama sama berendam di kolam yang sama adalah hal yang biasa.

Kini selain Out door, kolam in door tentu saja telah tersedia dimana mana. Di spa spa khusus, hotel, klub klub olah raga bahkan di rumahpun disediakan. Onsen di area publik kini dipisahkan antara pria dan wanita. Ber Onsen bersama di satu kolam antara pria dan wanita tidak lagi lazim. Kecuali di rumah masing masing.

Onsen, berendam dalam air bersuhu 42 derajat celsius, selain untuk kenyamanan dan relaksasi juga memiliki manfaat kesehatan. Terutama untuk ketenangan pikiran, melemaskan urat dan otot. Serta detoksifikasi, mengeluarkan racun tubuh.

Menurut Ken, kebiasaan mandi orang Jepang itu dilakukan sekali dalam sehari. Biasanya malam hari. Dan yang disebut benar benar sudah mandi itu kalau orang melakukan Onsen.

Di setiap rumah Jepang tersedia Bathtube kecil untuk Onsen. Hanya muat satu orang saja. Misalnya satu keluarga Suami Isteri dengan dua anak, mereka akan Onsen bergantian. Masing masing sekitar 15 menit. Di malam hari.

Apakah tidak boros air? Konon bathtube di rumah rumah telah dilengkapi mekanisme self cleaning. Bekas air dari Onsen orang pertama akan diolah, menjadi air yang bersih kembali. Steril untuk dipakai Onsen Orang ke dua dan seterusnya.

Jaman sekarangpun, aturan Onsen di Jepang orang harus bertelanjang. Orang bertatto dilarang ikut berendam di Onsen umum.

Di hotel ini juga tersedia fasilitas Onsen publik. Buka dari jam 6 pagi, tutup pukul 12 malam. Saya pingin mencoba Onsen di fasilitas publik hotel. Niatnya jam 11 malam baru turun  ikut berendam telanjang rame rame ketika pengunjung agak sepi.

Tetapi malam hari itu, ketika awak turun dan sudah sampai di depan pintu Onsen rasanya menjadi tidak PD. Merasa masih belum sampai, untuk berendam telanjang rame rame dengan orang lain. Meskipun sama sama pria.

Malam itu awak gagal Onsen. Tidak kesampaian menghayati satu gaya hidup orang Jepang.

          Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun