Istana yang dibangun Sultan ke empat Dinasti Mughal. Yaitu Akbar Yang Agung.Kami turun dari Bus , kemudian naik Mini Bus yang disediakan khusus ditempat tersebut. Mini Bus mulai mendaki bukit.
Menyusuri jalan menanjak. Tembok merah, Red Sand Stone mendominasi perbukitan. Kerlap kerlap cerlang merah kuning, memantulkan sorot Matahari sore.
Melewati jalanan sempit. Di kiri kanan berderet petak petak reruntuhan bangunan. Konon ini semacam pertokoan jaman itu. Barangkali seperti Pasar Baru di Jakarta. Membayangkan dulu kala, para pejalan kaki, penunggang Kuda, Onta, Gajah, Kereta berseliweran disini. Di pinggiran jalan penjual Rempah, kain dan peniup seruling Ular beraksi. Serba Bling bling aneka warna.
Fathepur Sikri adalah Istana Mughal yang di huni hanya sebentar. Hanya Tiga belas tahun menjadi pusat pemerintahan Mughal. Musim kering panjang membuat Air menjadi langka di bukit ini. Kekurangan Air mengalahkan para penghuninya. Mereka terpaksa meninggalkan Istana bukit megah ini. Berpindah ke Istana Mughal yang lain. Di Lahore Pakistan.
Mini Bus kami sampai dan berhenti di depan Gerbang Istana. Memasuki Gerbang, taman hijau berhias bunga bunga menyambut para pelawat.
Mala, Mardana dan Harem itulah konsep Istana India yang juga dianut di Fathepur Sikri. Istana merah megah, mempesona  berkubah kubah dengan bentuk khas bertengger di ketinggian. Di kelilingi lembah dibawah sana. Anggun dan magical, meskipun suasana kersang.
Sultan Akbar juga membangun tiga ruang khusus disini. Diperuntukkan bagi tiga orang istreri tercintanya yang berbeda Agama. Beragama Hindu, Muslim dan Kristen yang kala itu konon rukun hidup berdampingan.
Kami meninggalkan Istana Megah Fathepur Sikri kala semburat Mentari menjingga. Meskioun rasanya belum puas benar mengeksplore Istana luas tempat bersejarah kaya cerita ini. Seandainya Istana ini di renovasi, Saya memperkirakan  Fathepur Sikri bakal  lebih mempesona dibanding Taj Mahal.
Istana peninggalan salah satu penguasa pemberani India.
  Â