Mohon tunggu...
MULYATI
MULYATI Mohon Tunggu... Guru - ASN

menulis adalah menciptakan ruang untuk mencurahkan segala ekspresi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menjemput Sebuah Harapan

7 September 2018   09:12 Diperbarui: 7 September 2018   09:18 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang fajar belumlah menampakkan sinar ya. Ketika kau Bergegas dari peraduanmu. Mengucek mata melipat sarung. Seraya berlari kau basuh diri. Mensucikan diri menghadap illahi.

Seusai sembahyang, secangkir kopi beserta sepiring singkong rebus tlah terhidangkan. Kau tersenyum menghirup aromanya yang menggugah selera. Kau teguk perlahan kopi hitam yang menjadi kesukaan. Kau nikmati ubi setiap kunyahan pelan penuh kemenangan.

Ketika mentari menyinari pagi. Tlah siap kau panggul cangkulmu itu. Menenteng sabit dalam korakan, bertudung bambu kau beranjak pergi. Pergi untuk menjemput sebuah harapan.

Harapan itu bukan sembarang harapan. Berbekal cangkul dan ubarampenya, berharap Tuhan akan memurahkan rejekinya. Rejeki untuk kesejahteraan bagi anak istrimu, pun kebahagian di masa pensiunmu.

Harapan itu yang mampu mengalahkan setiap linu yang menggerogoti sendimu. Harapan itu yang membuatmu tetap tersenyum meski dengan peluh yang mengguyur sekujur tubuhmu. Harapan itu pula yang membuatmu mengabaikan setiap sengalan nafasmu yang tak lagi beraturan.

Purworejo, 7 September 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun