Mohon tunggu...
mulyanto
mulyanto Mohon Tunggu... Administrasi - belajar sepanjang hayat

Saya anak petani dan saya bangga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tera Ulang Kadar Cinta Vero dan Anas

9 Januari 2018   12:40 Diperbarui: 9 Januari 2018   13:19 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tera Ulang Kadar Cinta Vero dan Anas

Kabar konflik berseberangan hati antara mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan istrinya Veronica Tan cukup menarik dilirik. Setidaknya untuk mengalihkan mata pada soal ketidakpastian para calon gubernur dan wakil gubernur final di Jawa Timur, pasca pengunduran diri Anas sebagai bacalon wagub Jatim itu.

Kok bisa ya, Ahok menggugat cerai Vero yang telah bersama-sama dalam bahtera rumah tangga sejak 1997? Padahal kita masih ingat bagaimana ketulus-setiaan Vero dalam mendampingi Ahok saat menghadapai kasus penodaan agama, dan akhirnya menghuni hukuman di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Pengamat politik menganalisa, Baik Vero maupun Anas di Jatim menurut saya masalahnya kurang teguh hati pada pasangannya. Di Jakarta ahli psikolog menyebut ada dugaan kehadiran orang ketiga sehingga Ahok menggugat cerai Vero. Di Jatim, pengamat politik menaksir, Anas mundur karena tidak lagi 'cinta' pada pasangannya Gus Ipul. Juga ada orang ketiga. Baik istri Mas Anas maupun orang lain. Hehe... Itu kabar memang terlalu kasar, menurut saya. Apa tidak sebaiknya mencari alasan lain sehingga bisa diterima warga jatim dengan adem.

Memang, yang namanya cinta di hati seseorang tidak bisa dipaksa. Kemarin senang sekarang bisa tidak senang. Ya, itulah cinta. Sebab persoalan hati yang menampung cinta di diri seseorang sangat fluktuatif dan itulah hukum manusiawi sebagai sosial.

Sebenarnya, kadangkala jika mau maklum, Ahok-Vero bisa kalau mau. Bisa terus melanjutkan bahtera rumah tangganya hingga senja, bila mereka memikirkan anak-keturunan mereka sepenuh hati. Rem konflik hati dengan anak. Itu penting. Pikirkan nasib anak ke depan. Misal, bagaimana sekolahnya? Bagaimana gizinya? Bagaimana imannya? Bagaimana, siapa yang akan mereka (anak) teladani ke depan kalau orangtuanya cerai? Bagaimana kalau dia terjerumus dalam hidup kelam dan nista? Dan bagaimana-bagaimana lainnya.

Tapi namanya tak cinta. Ya, sudahlah.

Kini kasus Vero-Ahok sudah bergulir di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara, Jl Gadjah Mada No 17, Jakarta Utara. Kata Humas PN Jakarta Utara Jootje Sampalaeng, persidangan Vero-Ahok akan dilakukan secara tertutup untuk umum karena itu persoalan sangat pribadi. Itu dikatakan Senin (8/1/2018) di media.

Anas dan Gus Ipul di Jawa Timur juga demikian. Dikabarkan di media, si partai pengusung masih menuggu ilham dari langit untuk kelanjutannya. Nah, tak pasti kan? Pak... Mas... Gus... Coba pikirkan rakyat dengan sepenuh hati. Kalau tak jadi maju pilgub bagaimana nasib rakyat yang kadung pasang kuda-kuda mendukung? Bagaimana jika tidak jadi berpasangan lalu berpasangan dengan orang yang salah? Bagaimana jika Jatim tak berkelas? Bagaimana? Bagaimana? ...

Hidup memang penuh misteri, kawan. Penuh ketidakpastian. Maka berfikirlah baiksangka selalu untuk memberi rasa pasti pada diri sendiri.

Namun yang jelas. Biarlah masa lalu itu kelam dan penuh dengan lumpur dosa. Tapi mari memandang positif hidup. Bahwa masih terbentang luas suci di masa depan, dengan penuh semangat dan bahagia. Bahwa masih banyak harapan bagi yang berkarya, berbuat baik, dan membergunakan hidup di jalan yang lurus. Pilihlah opsi-opsi tindakan yang tepat sebelum melangkah. Mau terus mencintai apa bercerai? Mau terus maju pilgub atau tidak. Dan opsi-opsi lain yang menguntungkan semua kita.

Terkait pilihan itu, saya berpendapat. Jika mau hidup adem-teduh. Coba setiap hendak tidur ingat apa saja kesalahan yang sudah kita perbuat seharian tadi? --kalau yang baik tidak usah dihitung, malah tingkatkan terus. Yang salah saja diingat, dihitung, menyesallah, dan istighfarlah (mohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa). Lalu bersemangatlah untuk membuang atau memperbaiki yang salah dengan kebaikan-kebaikan yang jauh lebih banyak gunanya pada di hari ini dan kelak.

Semoga berguna. Aamiin...

Sorbhaja, 9/1/18

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun