Mohon tunggu...
mulyadi
mulyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN syekh M. Djamil Djambek Bukittinggi

Saya adalah seorang mahasiswa di UIN syekh M. Djamil Djambek dengan prodi manajemen bisnis syariah, fakultas ekonomi dan bisnis Islam

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Inovasi sawah pokok murah: solusi ekonomi mikro petani padi di Sumatra Barat

6 Oktober 2025   15:58 Diperbarui: 6 Oktober 2025   15:58 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Inovasi Sawah Pokok Murah: Solusi Ekonomi Mikro Petani Padi di Sumatera Barat
Abstrak

Kenaikan harga bahan pangan pokok, terutama beras, telah menjadi isu strategis dalam perekonomian mikro Indonesia. Di tengah tantangan ini, muncul inovasi pertanian dari Sumatera Barat bernama Sawah Pokok Murah (SPM). Konsep ini menekankan efisiensi biaya produksi dengan tetap menjaga produktivitas tinggi. Artikel ini membahas penerapan SPM dari perspektif ekonomi mikro---bagaimana efisiensi input, pengurangan biaya, dan peningkatan hasil dapat memperkuat ketahanan pangan serta kesejahteraan petani. Data dan fakta diambil dari laporan resmi BRMP Sumbar, berita Antara, Detik, dan beberapa penelitian pertanian terkait budidaya padi efisien.

Kata kunci: Sawah Pokok Murah, ekonomi mikro, efisiensi biaya, padi, Sumatera Barat

1. Latar Belakang

Padi merupakan bahan pangan pokok utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun, di balik stabilitas harga beras yang diupayakan pemerintah, petani masih menghadapi masalah klasik: biaya produksi tinggi, hasil panen fluktuatif, dan ketergantungan pada pupuk kimia. Dalam konteks ekonomi mikro, kondisi ini menyebabkan marjin keuntungan petani menurun, dan ketahanan pangan daerah menjadi rapuh.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah Sumatera Barat bersama pelaku pertanian memperkenalkan konsep Sawah Pokok Murah (SPM). Menurut Balai Riset dan Monitoring Pertanian (BRMP) Sumbar (2024), sistem ini merupakan pendekatan budidaya padi yang bertujuan menurunkan biaya pokok produksi hingga 30--50% melalui inovasi teknis sederhana dan penggunaan bahan lokal seperti jerami, pupuk organik, serta efisiensi tenaga kerja.

2. Konsep Dasar Sawah Pokok Murah (SPM)

Menurut laporan BRMP Sumbar (2024) dan wawancara media ANTARA News (2018) dengan Ir. Djoni---penggagas sistem ini---SPM terdiri atas empat prinsip utama:

Penggunaan bahan lokal: Jerami sisa panen dijadikan mulsa alami, mengurangi kebutuhan pupuk kimia dan menekan biaya input.

Efisiensi air dan tenaga: Sistem tanam dilakukan tanpa olah tanah penuh, menghemat tenaga kerja dan irigasi.

Pupuk organik berimbang: Kombinasi pupuk kandang dan mikroorganisme lokal untuk menjaga kesuburan tanah jangka panjang.

Manajemen kelompok tani: Petani dilatih untuk mencatat biaya dan hasil secara sederhana, sehingga memahami struktur ekonomi usahanya.

Inovasi ini bukan sekadar teknis, tetapi membawa dampak ekonomi mikro signifikan. Dengan biaya lebih rendah dan hasil relatif stabil, rasio penerimaan terhadap biaya (R/C ratio) meningkat, menandakan usaha tani lebih efisien dan menguntungkan (lihat analisis serupa pada Jurnal Ekonomi dan Bisnis Pertanian, PSEB 2023).

3. Dampak Ekonomi Mikro: Menekan Biaya dan Meningkatkan Kesejahteraan

Dari perspektif ekonomi mikro, program SPM berfungsi sebagai mekanisme efisiensi produksi. Ketika biaya variabel seperti pupuk, tenaga kerja, dan air berkurang, kurva penawaran hasil tani bergeser ke kanan---artinya produksi meningkat dengan biaya yang lebih rendah.

Berdasarkan data Pemkab Agam (2024), petani SPM di daerah tersebut mampu menurunkan biaya produksi dari sekitar Rp12 juta menjadi Rp7 juta per hektar, dengan hasil panen yang tetap mencapai 6--8 ton/ha. Ini menunjukkan peningkatan efisiensi ekonomi yang signifikan.

Selain itu, model ini mendukung kemandirian petani. Mereka tidak lagi tergantung penuh pada pupuk kimia bersubsidi, dan dapat menggunakan sumber daya lokal untuk memperkuat modal sosial desa.

4. Peran Pemerintah Daerah dan Dukungan Kebijakan

Wakil Gubernur Sumatera Barat dalam berbagai kesempatan (DetikNews, 2025) menyebut bahwa program SPM adalah bentuk inovasi daerah yang layak dijadikan model nasional. Dukungan kebijakan ini sangat penting, karena adopsi teknologi pertanian efisien membutuhkan pendampingan, pelatihan, dan dukungan pasar.

Komisi IV DPR RI juga mendorong agar SPM masuk dalam program ketahanan pangan nasional karena terbukti efektif dan ramah lingkungan (DetikNews, 2025). Ini menunjukkan bahwa inovasi mikro di tingkat petani bisa menjadi solusi makro nasional bila mendapat dukungan kebijakan yang tepat.

5. Analisis dan Tantangan

Walaupun menjanjikan, penerapan SPM masih menghadapi beberapa kendala:

Kurangnya pemahaman teknis di kalangan petani tradisional.

Akses pasar dan pembiayaan yang belum merata.

Kebutuhan riset lanjutan untuk mengukur dampak jangka panjang terhadap produktivitas tanah.

Namun, dari segi ekonomi mikro, model ini sudah menunjukkan arah positif. Pengurangan biaya input mendorong kenaikan surplus produsen, yang kemudian memperkuat daya beli dan kesejahteraan rumah tangga petani.

6. Kesimpulan

Sawah Pokok Murah bukan sekadar inovasi teknis pertanian, tetapi juga solusi nyata ekonomi mikro pedesaan. Melalui efisiensi input, pengelolaan berbasis komunitas, dan dukungan pemerintah daerah, petani dapat meningkatkan pendapatan tanpa membebani harga konsumen.

Jika diadopsi lebih luas, sistem ini berpotensi menjadi model ekonomi mikro pertanian berkelanjutan di Indonesia---sebuah langkah konkret menuju kemandirian pangan dan kesejahteraan petani.

Daftar Pustaka

BRMP Sumbar. (2024). Bincang-bincang BRMP Sumbar Dengan Penggagas Sawah Pokok Murah (SPM). Diakses dari https://sumbar.brmp.pertanian.go.id

Antara News. (2018). Metode "Sawah Pokok Murah", Pola Bertani Lebih Efisien. Diakses dari https://sumbar.antaranews.com/berita/703753

Pemerintah Kabupaten Agam. (2024). Sawah Pokok Murah Dukung Swasembada Beras, Agam Jadi Percontohan Nasional. https://www.agamkab.go.id

Detik News. (2025). Komisi IV DPR Dorong Sawah Pokok Murah di Sumbar Jadi Program Nasional. https://news.detik.com

Supartoto, A. (2015). Teknologi Produksi Padi Sawah yang Efisien. Media Neliti. https://media.neliti.com/media/publications/117920-ID-none.pdf

PSEB Journal. (2023). Analisa Nilai R/C Pada Usaha Tani Padi di Desa Pahesan. https://ojs.pseb.or.id

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun