Kurangnya pemahaman teknis di kalangan petani tradisional.
Akses pasar dan pembiayaan yang belum merata.
Kebutuhan riset lanjutan untuk mengukur dampak jangka panjang terhadap produktivitas tanah.
Namun, dari segi ekonomi mikro, model ini sudah menunjukkan arah positif. Pengurangan biaya input mendorong kenaikan surplus produsen, yang kemudian memperkuat daya beli dan kesejahteraan rumah tangga petani.
6. Kesimpulan
Sawah Pokok Murah bukan sekadar inovasi teknis pertanian, tetapi juga solusi nyata ekonomi mikro pedesaan. Melalui efisiensi input, pengelolaan berbasis komunitas, dan dukungan pemerintah daerah, petani dapat meningkatkan pendapatan tanpa membebani harga konsumen.
Jika diadopsi lebih luas, sistem ini berpotensi menjadi model ekonomi mikro pertanian berkelanjutan di Indonesia---sebuah langkah konkret menuju kemandirian pangan dan kesejahteraan petani.
Daftar Pustaka
BRMP Sumbar. (2024). Bincang-bincang BRMP Sumbar Dengan Penggagas Sawah Pokok Murah (SPM). Diakses dari https://sumbar.brmp.pertanian.go.id
Antara News. (2018). Metode "Sawah Pokok Murah", Pola Bertani Lebih Efisien. Diakses dari https://sumbar.antaranews.com/berita/703753
Pemerintah Kabupaten Agam. (2024). Sawah Pokok Murah Dukung Swasembada Beras, Agam Jadi Percontohan Nasional. https://www.agamkab.go.id