Mohon tunggu...
eddy mulyadi
eddy mulyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen dan peneliti

Lahir di Tanjungbalai (Asahan) dan aktif mengikuti seminar dan konferensi tentang bahasa. Selain itu, rajin menulis artikel, terutama berkolaborasi dengan mahasiswa, untuk dipublikasikan di berbagai jurnal nasional dan jurnal internasional.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kinesik secara Lintas Budaya

17 Juli 2014   20:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:03 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1405583006110303140

Kita sering kurang menyadari pentingnya kode nonverbal dalam berkomunikasi. Faktanya, tidak semua konsep bahasa dapat diwakili oleh kata atau kalimat. Salah satu kode nonverbal itu ialah kinesik, yaitu istilah dalam semiotik untuk mengacu pada ekspresi wajah dan gerakan tubuh. Tulisan singkat ini mencoba mendeskripsikan makna kinesik secara lintas budaya.

Kinesik merupakan produk sebuah budaya. Sebagai produk budaya, maknanya berbeda secara lintas budaya. Misalnya, ketika Khruschev (Presiden Uni Soviet kala itu) mengunjungi Amerika Serikat pada masa Perang Dingin, dia menyalami para tentara Amerika Serikat danmenggoncang-goncangkan tangannya. Ekspresi ini di Uni Soviet dipahami sebagai tanda persahabatan. Namun, di Amerika Serikat gerakan seperti ini adalah simbol dari pemenang perang. Akibatnya, media Amerika Serikat keliru memahami pesan ini.

Seperti disebutkan, bagian pertama dari kinesik adalah ekspresi wajah. Wajah dapat mengungkapkan beragam emosi, seperti senang, marah, atau sedih. Senyum, misalnya, adalah satu tipe dari ekspresi wajah untuk mengungkapkan rasa senang. Ini bersifat universal. Orang yang tersenyum akan menggerakkan otot di sekitar mata dan bibir ke samping atas. Namun, dari segi jender ada perbedaannya. Menurut Pearson (1985), wanita lebih sering tersenyum daripada pria, dan akibatnya senyum wanita lebih sukar ditafsirkan.

Kinesik termasuk pula gerakan tubuh, seperti kepala, tangan, dan mata. Gerakan kepala menyampaikan makna yang berbeda secara lintas budaya. Misalnya, di India gerakan kepala ke bawah bermakna tidak, sedangkan di Indonesia, di Jepang, dan di Australia bermakna sebaliknya. Makna tidak di Indonesia disampaikan dengan gerakan kepala ke samping kiri dan kanan, di Australia kedua tangan digerakkan tengadah sejajar dengan badan dan bahunya sedikit dinaikkan.

Gerakan tangan dapat digunakan untuk menilai orang atau benda. Sebuah pujian seperti baik di Indonesia diungkapkan dengan ibu jari yang diluruskan dan menghadap ke atas. Di Jepang dan di Australia, ibu jari dan telunjuk dilengkungkan membentuk huruf O. Untuk menyatakan tidak baik, orang Jepang menyilangkan kedua telunjuknya, orang Indonesia dan orang Australia menggerakkan ibu jari yang diluruskan menghadap ke bawah. Kemudian, makna penghinaan di Indonesia dilakukan dengan cara memasukkan jempol tangan di antara jari telunjuk dan jari tengah, sedangkan di Amerika jari tengah diarahkan ke atas. Makna gila atau sinting di Indonesia diungkapkan dengan meletakkan telunjuk di kening, di Jepang dan di Australia telunjuknya di putar-putar di dekat telinga, dan di Amerika jari telunjuk diletakkan di pelipis.

Gerakan tangan dapat pula menyampaikan makna bunuh diri. Namun, arah gerakannya berbeda-beda pada setiap budaya. Di Amerika Serikat jari tangan diarahkan ke pelipis, di Jepang diarahkan ke perut, dan di Indonesia diarahkan ke leher. Kecuali itu, makna berhenti di Indonesia diungkapkan melalui tangan kanan yang diluruskan ke muka atau ke samping dengan jari-jari tangan digerakkan ke atas atau ke bawah. Di Jepang tangan kanan diluruskan tanpa gerakan jari-jari tangan dan di Australia tangan kanan beserta ibu jari diluruskan ke atas.

Gerakan mata dapat mengungkapkan emosi pembicara. Contohnya, orang Indonesia, apabila marah, akan membelalakkan matanya disertai dengan ekspresi wajah yang serius. Bagi orang Australia, kemarahan tidak dinyatakan melalui mata, tetapi dengan gerakan tangan, yaitutangan kanan dilekukkan dengan jari-jari digenggam dan tangan kiri dengan jari-jari diluruskan dan ditempelkan tepat pada lekukan tangan kanan tadi. Ketertarikan seksual juga biasanya dikomunikasikan melalui kontak mata yang diperluas—sebuah pandangan mata yang durasinya lebih dari tiga detik. Jika lawan jenis tertarik, ia biasanya akan memberi respon yang sama, dan ini menunjukkan bahwa saluran komunikasi terbuka bagi mereka.

Dalam percakapan kontak mata berbeda secara lintas budaya. Dalam budaya Amerika orang harus menatap mata lawan bicaranya untuk menunjukkan pelibatannya dalam percakapan. Dalam budaya Asia kontak mata yang terlalu lama justru dianggap kurang sopan, terlebih-lebih bila berbicara dengan orang yang lebih tua atau status sosialnya lebih tinggi.

Lebih jauh, kontak mata dapat pula berperan dalam penggiliran (turn-taking), yaitu perubahan peran dalam berkomunikasi. Pembicara melalui gerakan matanya dapat memberi tanda bahwa ia siap berhenti berbicara dan mempersilakan lawan bicaranya mengambil alih perannya. Pembicara biasanya melihat mata pendengarnya lebih lama pada waktu berbicara sehingga kalau ia akan berhenti berbicara (dan mulai mendengarkan) ia akan melihat mata lawan bicaranya untuk mengantisipasi perannya sebagai pendengar. Sebaliknya, pendengar akan memandang ke bawah pada waktu ia akan memulai berbicara untuk mengantisipasi perubahan perannya. Bila tidak ingin mengalah dalam pembicaraan, pembicara dengan sengaja melihat ke arah lain agar lawan bicaranya tidak dapat melihat matanya.

Kinesik adalah perilaku komunikatif yang dapat berubah. Perubahan itu dapat terjadi akibat kontak dengan bahasa dan budaya lain. Oleh karena itu, untuk dapat berkomunikasi secara lintas budaya tampaknya kita bukan hanya perlu mempelajari kosakata dari bahasa yang bersangkutan, melainkan juga kode-kode nonverbalnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun