Mohon tunggu...
Muksal Mina
Muksal Mina Mohon Tunggu... Lainnya - Candu Bola, Hasrat Pendidik

Be a teacher? Be awakener

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Koeman Ibarat Alat Bantu Hidup Barca?

21 Agustus 2020   02:04 Diperbarui: 21 Agustus 2020   02:09 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ronald Koeman, pelatih baru Barcelona. Hanya transisi? (Sumber : fcbarcelonanoticias.com)

Bukan Mauricio Pochettino, bukan pula Xavi Hernandez. Football Club Barcelona justru menunjuk Ronald Koeman sebagai el entrenador baru jelang musim 2020/2021. Sang Wembley Hero adalah pelatih keenam Barca sejak Pep Guardiola meninggalkan Camp Nou dengan gelimang kesuksesan pada 2012.

Banyak alis terangkat, mempertanyakan penunjukan yang di luar dugaan ini. Sah saja presiden Barca, Josep Maria Bartomeu mengklaim bahwa Koeman telah diincar sejak Desember. Keterikatan dengan tim nasional Belanda mencegahnya untuk bergabung saat itu. Namun publik mulai curiga.

Dengan durasi kontrak hanya dua tahun, dan akan berlangsungnya pemilihan presiden tahun depan, mungkinkah penunjukan Koeman hanya sebagai pelatih 'masa transisi' menjelang kestabilan? Bukan rahasia, sektor pelatih hanyalah satu dari sekian permasalahan Barcelona.

Ibarat sakit, Barca sudah komplikasi. Menderita banyak penyakit berat stadium empat! Koeman, bisa jadi hanyalah alat bantu hidup saja, penyambung nyawa, sembari mencari obat penyembuh. Berbagai penyakit inilah yang berpotensi untuk menyandung Koeman melakukan yang terbaik untuk Barca.

Kompleksitas permasalahan Barca versi penulis, bolehlah kita kupas berikut ini.

Blunder-blunder Transfer

Kebijakan transfer Barcelona sejak terakhir kali menjuarai Liga Champion pada 2014/2015 memang bikin garut-garut kepala. Terutama pada empat musim terakhir, nama-nama pemegang rekor transfer di tiap-tiap musim justru tampil diluar ekspektasi. Seolah terbeban dengan bandrol mahal di pundaknya.

Andre Gomes (2016, 33 juta pound), Paco Alcacer (2016, 27 juta pound), Coutinho (2017, 130 juta pound), Ousmane Dembele (2017, 124 juta pound), Malcolm (2018, 37 juta pound) dan yang paling gres Antoine Griezmann (2019, 108 juta pound), adalah deretan nama dengan rekor transfer termahal di setiap musimnya. Kesamaannya? Semua mendapat cibiran media sebagai transfer gagal.

Belum lagi bila meneruskan daftar dengan memasukkan nama-nama seperti Paulinho, Yeri Mina, Lucas Digne, dan Aleix Vidal misalnya. Tak mahal, namun juga masuk deretan transfer gagal.

Kegagalan Barca mencari pengganti Neymar juga patut diperhatikan. Selepas mendapat uang banyak dari hasil penjualan Neymar ke PSG dengan memecahkan rekor dunia, Barca justru terlihat kesulitan mencari pendamping sepadan bagi Luis Suarez dan Lionel Messi.

Tahun lalu sempat beredar rumor bahwa Barca mencoba membawa pulang Neymar ke Camp Nou. Yang datang kemudian justru Griezmann. Dengan segala hormat pada penyerang peraih Piala Dunia itu, trio penyerang Messi-Suarez-Neymar sangat ditakuti pada masanya karena ketajaman yang berpadu pada kreativitas luar biasa dari ketiganya. Tak bergantung pada Messi semata. Urusan kreativitas, rasanya Neymar lebih unggul dari Griezmann.

Seringnya kegagalan transfer terjadi menunjukkan kegagalan manajemen dalam menganalisa kebutuhan tim dan karakteristik pemain incaran.  Bagaimana mungkin pemain semahal Dembele kemudian justru lebih banyak berada di ruang perawatan? Atau Coutinho yang menjadi pemain pinjaman satu setengah musim setelah dibeli.

Ousmane Dembele, penyerang mahal yang rentan cedera (Sumber : sport.detik.com)
Ousmane Dembele, penyerang mahal yang rentan cedera (Sumber : sport.detik.com)
Bila Barca belajar, mereka akan hati-hati kali ini. Bila tidak, blunder berikutnya menambah panjang daftar kegagalan transfer dalam kepemimpinan Bartomeu. Kegagalan transfer maka berarti menambah berat tugas sang pelatih untuk meramu tim yang tepat.

Skuad yang Menua Bersama

Sir Alex Ferguson, dalam bukunya My Auotobiography, menuturkan bahwa yang paling ia hindari dalam membentuk sebuah tim adalah skuad yang menua bersama. Apa pasal? Menurut Fergie, tim yang seluruh atau sebagian besar anggotanya 'seumuran' akan menggapai masa emas bersama dan menurun bersama pula.

Disinilah pentingnya untuk menyisipkan pemain-pemain muda potensial sebagai calon pengganti pemain senior yang mulai menurun. Skuad yang senior semua, atau bahkan muda semua tidaklah baik. Harus ada integrasi pemain senior dan pemain muda dengan jumlah yang relatif seimbang.

Mari kita lihat Barcelona. Sejak 2015, mereka memang masih berkuasa di kompetisi domestik. Namun tanda-tanda kemunduran dapat dilihat pada pencapaian di Liga Champion. Empat musim terakhir mereka tersingkir dengan nyaris selalu memalukan. Paling bombastis tentu musim ini. Hancur 8-2.

Lihat skuad Barca. Posisi inti didominasi oleh pemain lama yang rataan usianya mulai menua. Lini belakang ada Gerrard Pique (33 tahun) dan Jordi Alba (31). Gelandang diisi Sergio Busquet (32), Ivan Rakitic (32), Arturo Vidal (33). Lini depan masih dipimpin oleh Lionel Messi (33) dan Luis Suarez (33). Jam terbang para pemain senior masih masih yang terbanyak diantara skuad Barca.

Simak perkataan Pique selepas malam horror semifinal itu

"Barca butuh berubah, di banyak sektor. Bila ada darah baru yang masuk, maka saya secara sukarela akan menyingkir"

Secara tidak langsung Pique seperti mengamini bahwa era ia dan kawan-kawan seangkatan sudah habis. Saatnya memberi tempat pada darah baru.

Bartomeu dalam wawancara dengan cope.es telah menyiratkan bahwa ia mempersilahkan pemain-pemain 'tua' untuk pergi. Saatnya fans melihat sepak terjang wonderkid yang dipunyai Barca.

wonderkid Barca, Ansu Fati. Siap jadi andalan musim depan? (Sumber : goal.com)
wonderkid Barca, Ansu Fati. Siap jadi andalan musim depan? (Sumber : goal.com)
Dengan krisis ekonomi yang melanda akibat pandemi, sulit rasanya melihat Barca untuk jor-joran membeli banyak pemain mahal. Harapan tentulah disandarkan pada Ansu Fati dan kawan-kawan.

Masalahnya, siapkah pemain muda Barca mengambil alih tanggung jawab?

La Masia Melempem?

La Masia adalah gudang pemain berbakat yang akan menjadi tulang punggung tim utama FC Barcelona. Tapi itu dulu. Ada masa dimana pemain inti Barca, dari kiper hingga kedepan, didominasi oleh lulusan akademi sendiri. Saat Barca dibela oleh Victor Valdes (kiper), Pique dan Carles Puyol (belakang), Busquet, Andreas Iniesta, Xavi, Cesc Fabregas (tengah), serta Messi dan Pedro Rodriguez (depan).

Kembali ke musim ini. Pada skuad Barcelona yang terdaftar di musim ini, ada enam nama pemain inti yang tercatat sebagai alumni La Masia. Mayoritas adalah nama lama.

Siapa pemain La Masia terakhir yang dipromosikan dan menjadi pemain utama? Ya, Sergi Roberto. Gelandang berbakat yang disulap menjadi bek kanan oleh Luis Enrique pada 2014.

Selepas itu, nyaris tak ada pemain La Masia yang menembus tim utama sebagai pemain inti. Sebagian besar justru dilepas ke klub lain. Berkelana di tim-tim semenjana. Lihat nasib beberapa diantaranya, seperti Gerrard Delafeou, Munir el Hadadi, Denis Suarez, Rafinha Alcantara. Semua menjadi pemain inti...di tim papan tengah.

Apakah Barca ogah memakai jasa mereka dikarenakan faktor kualitas? Bila benar begitu, maka memang ada sesuatu yang salah dengan La Masia.

**

Tugas berat bagi Koeman untuk menstabilkan kembali bahtera Barcelona dengan kondisi klub yang serba salah seperti ini.

Bila gagal, bisa jadi persinggahan Koeman akan berlangsung lebih singkat dari durasi kontraknya.

Atau mungkin saja Koeman berhasil bertahan, menjaga Barca menuju ke kestabilan, tak sekadar jadi alat bantu hidup, namun juga penyembuh.

Who knows?

Curup,

21.08.2020

Muksal Mina Putra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun