Belajarnya? Sesuai minat masing-masing! Gurunya pertaniannya adalah seorang tukang kebun. Belajar sejarah dan alamnya melalui jalan-jalan. Sekolah mana sekarang yang mengizinkan muridnya menulis di lantai? Ah, semua ada di Tomoe!
Sebegitu berkesannya saya pada novel itu, sehingga di beberapa materi kuliah saya menyelipkannya sebagai bacaan wajib. Bahkan tak jarang jadi tugas UAS. hehehe. Dengan harapan, bila tak mampu membuat sekolah seperti Tomoe, setidaknya mereka terinspirasi untuk menjadi guru seperti Kepala Sekolah Kobayashi.
Rumus sederhana yang ada di kepala saya adalah, atmosfir belajar menyenangkan+gairah belajar anak = pencapaian potensi anak secara maksimal. Gairah belajar adalah variabel tetap, selalu ada pada setiap anak. Keingintahuan adalah harta terbesar pengetahuan, dan ada dalam diri setiap anak.
Atmosfir belajar yang menyenangkan adalah unsur tak tetap. Bisa ada, bisa pula tak ada. Akan sangat tergantung pada sang sutradara lingkungan. Patut diingat bahwa sutradara ini tidaklah sepenuhnya sekolah, namun justru peran dominan orangtua.
Mampukah orangtua memuaskan dahaga ingin tahu, gairah belajar meluap-luap anak? Atau justru mematikannya secara tak sadar? Meski keingintahuan adalah fitrah, namun ia dapat memudar.
Percayalah, anak sudah punya pijar-pijar pengetahuan itu. Tinggal bagaimana kita menekan saklarnya.
Agar terang benderang.
Riang gembira.
Oh iya. Selamat Hari Anak Nasional!
Curup,
23.07.2020
Muksal Mina Putra