Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sistem Arisan dan Budaya Titipan dalam Umung Orang Rejang

1 Desember 2022   12:23 Diperbarui: 1 Desember 2022   21:03 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat Adat Suku Rejang, Kutei Lubuk Kembang, Bengkulu gelar kedurei menolak wabah covid 19 dan tambang (KOMPAS.COM/FIRMANSYAH)

UMUNG DAN MNOK KUTEI

Istilah 'Rewang' dalam bahasa Rejangnya disebut dengan nama 'Umung/Umbung'. Yakni berupa acara hajatan yang biasa dilaksanakan dalam acara pernikahan, khitanan, ataupun acara (akikah) syukuran dalam menyambut anak lahiran kalau dalam bahasa Rejangnya "min cupik mai bioa."

Prosesi acara yang tidak biasa, Umung tentu berbeda dengan acara do'a syukuran biasa. Baik dari sisi lamanya acara, biaya dibutuhkan, banyaknya rangkaian kegiatan, serta jumlah undangan yang dibagikan pun terbilang lebih wah daripada undangan do'a yang biasa, yang biasa hanya undangan keluarga dan tetangga terdekat, berbeda sekali dengan Umung.

Maka dari itu, sebelum Umung dilaksanakan, secara tradisi yang turun temurun di masyarakat, akan selalu diadakan musyawarah terlebih dahulu dalam istilah Rejang kami sebut dengan nama 'Mnok Kutei' dari pihak yang akan mengadakan acara ini.

Baca juga: Tradisi Musyawarah "Mnok Kutei" Menjelang Acara Hajatan dalam Suku Rejang

Mnok Kutei merupakan musyawarah bersama dalam hal penentuan kapan acara akan dilaksanakan, bentuk acaranya, dan sekaligus menetapkan susunan kepanitiaannya. Dalam organisasi disitilahkan secara keminggrisan, time schedule kegiatan dan rundown acara. Iya toh. 

Sehingga ahli rumah dalam artian shohibul hajat, yakni pihak keluarga (ahli rumah) dapat mengeksekusi dan menindaklanjuti hasil dari musyawarah ini. Dapat bergerak, dan lekas mempersiapkan dan mengurus hal-hal yang berhubungan dengan acara 'umung' tersebut, lebih terarah, rapi, terstruktur menjelang hari kegiatan.

Begitupun bagi yang terlibat sebagai panitia, menjadi tahu dari tugas yang diamanahkan dan tahu kapan mulai menjalani tugasnya sebagai panitia. Begitupun dengan masyarakat sekitar, yang datang menghadiri acara mnok kutei, tentunya pasti mendengar hasil rembuk ini, pastinya diumumkan jelang penutupan acara.

Seperti jadwal gotong bambu untuk masyarakat, di mana dilakukan bahu-membahu membawa bambu ke tempat shohibul hajat. 

Seminggu sebelum acara oleh bapak-bapak, sekaligus membantu ahli rumah dalam membuat dapur bemasak, tempat cuci piring, kandang ayam, tempat pemberian ayam dari para undangan nanti.

Dan para ibu-ibu, disibukan dengan mulai membuat atau mempersiapkan bumbu-bumbu yang berhubungan dengan masakan yang akan dibuat. Kegiatan ini biasa kami sebut dalam istilah Rejang "semnga nyoa" seminggu menjelang hari H.

Setelah itu, maka kegiatan di rumah yang punya hajat biasanya mulai pada rame. Masyarakat mulai berdatangan pada malam hari, khususnya para muda-mudi berkumpul. Memeriahkan seminggu sebelum acara inti dengan bermain domino, kartu remi, berkaroke ria sebagai hiburan semata.

PUNCAK ACARA "UMUNG"

Nah, pada acara puncaknya dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut. Lazim di desa tempat tinggal penulis loh.

Hari bemasak kecik, kalau dalam pernikahan terkadang hari bemasak kecik ini diringi dengan hari ijab kabulnya pengantin yang dilaksanakan setelah waktu Zhuhur.

Ilustrated By: cendananews.com
Ilustrated By: cendananews.com

Kegiatan paginya, diawali dengan pembuatan panggung, tarup hajatan, yang kami sebut dengan smujung. Secara bergotong royong. Oleh masyarakat setempat dikomandai panitia.

Kecuali, dari pihak ahli rumah telah menyewa tenda, maka pembuatan tarup/panggung bukan tanggung jawab masyarakat loh. 

Bemasak (memasak) kecil, rata-rata dihadiri masyarakat sekitar loh. Jadi secara jamuan yang akan dipersiapkan tidak serepot di hari bemasak besar, hari esoknya.

Hari bemasak besak, biasanya pada hari ini adalah hari terbilang super sibuk, banyak pekerjaan yang akan dikerjakan. Harinya resepsi. Para tetamu undangan berdatangan ke kondangan.

Membuat panitia dan saipul hajat dibuat terkadang kelimpungan. Khususnya bagian perdapuran/permasakan. 

Diiringi alunan musik, hiburan organtunggal. Pelepas lelah, hiburan untuk semua, kesempatan tetamu menyumbang satu dua lagu andalan, hehehe. Biasanya ada di hari bemasak besak.

Hari terakhir, penutupan. Yakni pembacaan barzanji dan marhaban. Dan makan bersama. Dan pembongkaran panggung acara, secara gotong royong.

Yang terkadang juga ada hiburan berupa acara kuda kepang/kuda lumping. Lanjutan setelah acara penutupan. Tapi, tidak wajib loh, tergantung ahli rumah mau apa nggak? Hehe..

SISTEM ARISAN DAN "TITIPAN" DALAM UMUNG ORANG REJANG

Berdasarkan hasil pengamatan acara hajatan di desa penulis yang mayoritas bersuku Rejang.  Yaitu Umung, tentunya masalah kebutuhan secara materil (biaya) juga terbilang besar mesti dikeluarkan loh.

Membeli itu--ini, dan bermacam tetek bengek lainnya. Baik persiapan sebelum acara dan dihari acara, serta biaya tak terduga memerlukan perhitungan biaya.

Maka dari itu, sering penulis temui di masyarakat ada dua cara biasa dilakukan untuk mengurangi dalam artian meringan dan membantu pihak hajatan menekan sisi pengeluaran ini, secara kebiasaan masyarakat.

Pertama, sistem arisan. 

Cara ini mirip dengan sistem balas budi yang mana, bila pihak tidak suka membantu, memberi pada acara hajatan orang lain. Maka, akan menerima balasan orang lain, yakni tidak dibantu orang lain, baik secara materi dan non materi.

Jika banyak budi yang diberikan, alhasil di hari acara, akan sebaliknya. Bak arisan, menunggu waktu giliran, untuk dibantu.

Kedua, sistem titipan. 

Kalau cara ini menurut pengamatan. Yaitu pihak keluarga tanpa meminta, tiba-tiba dapat bantuan dari orang lain. Berupa materi, seperti ada yang menitip, beras, rokok, gula, dan sebagainya. 

Yang nanti jika ada acara ditempat pemberi, maka pihak yang diberi harus membalas kebaikan ini. Bak seperti tabungan, yang nanti ada balasannya. Tapi, dicatet, diingat, pastinya harus dibales iya kan.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun