Dul dan Din pada ngapain siang bolong pada bahas politik, kayak para pengamat. Sapa Pak RT, sambil nimbrung ikut bergabung. Kini daripada bicara tentang politik, loe bedua bantuin bapak. Mendata warga korban pandemi dikomplek kita. Ada bantuan.Â
Nah Din dan Dul uang transportnya, jangan lupa pakai masker dan tetap patuhi prokes. Tolong disampaikan kepada warga. Supaya RT kita tetap dalam kondisi zona hijau.
Kembali pada konteks judul, yups lupakan cengkrama si Udin dan Bedul. Mari berasumsi terhadap kekuatan PKB dan NU pada politik mendatang. Kemana arah mata angin bertiup, kesitulah jari tangan akan melambai.
Jangan Pandang Sebelah Mata Kekuatan PKB dan NU Pemilu Mendatang
Karena terpampangnya gambarnya Cak Imin (Muhaimin Iskandar) sang ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada Baliho disamping keberadaan berbagai Baliho dari ketua umum partai lain. Menggelitik penulis tuk merangkai kata.
Disamaping baliho Mbak Puan Maharani (PDI Perjuangan), Pak Erlangga Hartato (Golkar), Agus Harimurti Yudhoyono (Demokrat). Terkesan seperti adanya jadwl tayang aktor megabintang para ketua umum, dipublis. Bersanding demi branding satu sama lain.
Nah, tertarik dengan salah satu parpol yaitu partai PKB. Dari era SBY dua periode hingga Jokowi dua periode. Partai yang selalu ada dibarisan pemerintah. Incumbent. Dan berhasil menempatkan tiga kader parpol dipost-post strategis dikementrian.
Hanya asumsi semata, andai kata jika ketiga menteri tersebut mengarahkan pada suksesi pemilu 2024 mendatang. Garis intruksi/komamdo yang terstruktur, sistematis, massif dari hulu ke hilir Gimana?Â
Misalnya, Menteri Desa sekarang. Yang membawahi area perdesaan dengan program 1 Milyar perdesa. Dengan mitra kerja para pendamping desa dilapangan sebagai relawan. Piye khabare?
Diketahui dari tingkat provinsi, kabupaten lalu desa. Pasti ada pendamping desanya, dekat dengan kepala desa. Menggiring pada arah ini. Bisa besar dong dampak suara pemilu, khususnya sumbangsih ke pileg bukan. Plus dari dua kementerian lain, post menteri dari PKB.
Bukan hanya itu, basis suara yang sedari dulu menjadi kekuatan dasar. Jawa Timur sebagai lumbung suara PKB. Dengan DPT cukup besar secara nasional, andai 75 persen pro ke PKB. Plus suara dari Daerah lain.Â