Mohon tunggu...
Mukmin
Mukmin Mohon Tunggu... .

Bukan anak Presiden, hanya orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Bola

Final Liga Europa: MU Diunggulkan, Tapi Tottenham Jadi Mimpi Buruk

21 Mei 2025   14:30 Diperbarui: 21 Mei 2025   14:30 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Final Liga Europa: MU Diunggulkan, Tapi Tottenham Jadi Mimpi Buruk. Foto:AP/Dave Shopland.

Jika melihat dinamika permainan, MU kerap kesulitan menghadapi tim yang bermain direct dan cepat. Inilah kekuatan utama Tottenham, yang tidak perlu menguasai bola lama-lama untuk menghukum lawan.

Namun, MU punya keunggulan lain, mental juara. Di kompetisi Eropa, mereka lebih berpengalaman. Mereka tahu bagaimana mengelola tekanan di laga final. Faktor seperti ini bisa jadi penentu ketika laga berjalan ketat.

Ada pula ancaman dari pemain-pemain kunci. Rasmus Hojlund dan Bruno Fernandes bisa jadi pembeda di kubu MU, sementara Tottenham akan bertumpu pada Son Heung-min dan James Maddison untuk menciptakan keajaiban.

Sayangnya, performa bintang MU sangat fluktuatif musim ini. Hojlund terlihat frustasi di banyak laga, dan Bruno tak jarang terlalu individualistis. Sedangkan Son dan Maddison justru menunjukkan konsistensi yang lebih baik saat menghadapi MU.

Pertarungan lini tengah akan sangat krusial. Jika MU bisa menguasai ritme dan memutus aliran bola Spurs sejak awal, mereka punya kans. Tapi jika lini tengah kembali kalah duel, bukan tidak mungkin final ini jadi panggung malapetaka lainnya.

Sorotan juga akan tertuju pada mentalitas tim. Tottenham sering dianggap sebagai tim yang rapuh saat tampil di laga besar. Namun musim ini mereka membalikkan narasi itu, terutama saat menghadapi tim-tim besar seperti MU.

Jadi, walau MU tidak pernah kalah di Eropa musim ini, satu lawan bernama Tottenham menjadi pengecualian yang membahayakan. Ini bukan sekadar pertandingan final, ini adalah duel dendam yang menyimpan emosi dan tekanan yang luar biasa.

MU bisa kehilangan segalanya jika kalah. Musim tanpa trofi dan posisi buruk di liga bisa memicu pergolakan besar di manajemen. Sebaliknya, jika menang, mereka bisa sedikit tersenyum dan membawa momentum ke musim depan.

Tottenham pun demikian. Mereka butuh trofi ini untuk mematahkan stigma abadi sebagai "tim bagus tanpa gelar". Jika bisa menang di final, mereka menutup musim dengan status juara Eropa---sesuatu yang belum pernah mereka capai.

Maka, final Liga Europa ini bukan sekadar soal siapa lebih unggul di atas kertas. Ini tentang mental, momentum, dan bagaimana sebuah tim bisa melawan trauma masa lalu untuk menulis sejarah baru. Dan untuk MU, trauma itu bernama Tottenham Hotspur.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun