Mohon tunggu...
muklisin purnomo
muklisin purnomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Ngaji

Penggiat Literasi Dakwah di Kulon Progo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aksentuasi Moderasi Beragama dalam Lingkungan Keluarga

15 Maret 2023   08:03 Diperbarui: 15 Maret 2023   08:05 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak yang memperkirakan tahun 2023 akan menjadi tahun kelam, hal ini dikarenakan adanya ancaman resesi global yang diakibatkan oleh gejolak politik di dunia dan pesta demokrasi pada tahun 2024 yang akan menggelar pemilihan presiden (pilpres) dan dan legislator secara bersamaan pada tanggal 14 Februari 2024.

Dalam menghadai resesi global nampaknya masih ada optimisme, mengingat kemampuan ekonomi yang mulai mengggeliat, namun perlu yang dicatat adalah situasi politik mulai memanas dalam beberapa tahun terakhir dan diskusi politik dan agama menjadi terjalin. Karena Memang, religiusitas masyarakat Indonesia memiliki implikasi politik yang penting. Keberagamaan masyarakat Indonesia selalu mempengaruhi kondisi sosial politik di Indonesia terutama di kalangangan akar rumput (Mujani, Liddle, R.W., & Ambardi, 2018).

Dalam situasi politik tahun 2017, di mana Pilkada DKI dan pemilu tahun 2019  yang membelah irisan sosial harus harus menjadi pelajaran berharga untuk menyongsong pemilu tahun 2024. Pesta demokrasi tidak boleh lagi dikotori oleh polarisasi agama dan politik identitas akibat politik pragmatisme. Selain menghancurkan agama itu sendiri, juga telah meluluh lantakkan dasar kerukunan dan persatuan bangsa.

Di tahun politik ini, penguatan moderasi beragama seakan menjadi sebuah keniscayaan, terutama di kalangan masyarakat arus bawah, termasuk keluarga sebagai unit terkecil negara. Moderasi beragama merupakan prasyarat terselenggaranya sistem keagamaan yang inklusif dan pluralistik sebagai mekanisme untuk mengelola perbedaan antar umat.

Moderasi dalam Konteks Indonesia 

Dalam konteks Indonesia, moderasi beragama diperlukan sebagai strategi budaya dalam menyikapi keindonesiaan. Para pendiri bangsa sejak awal nampaknya menyadari betul akan keberadaan bangsa indoneisa heterogen, sehingga mereka menjadikan Pancasila sebagai sebuah formulasi yang mampu menjadi pemersatu umat dalam bingkai negara kesatuan. 

Dasar negara ini terbukti berhasil mempersatukan semua agama, suku, bahasa. dan kelompok budaya. Ada kesepakatan bahwa Indonesia bukan negara agama, tetapi juga tidak memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari warganya. Nilai-nilai agama dipupuk berpadu dengan kearifan dan adat istiadat setempat, beberapa hukum agama dilembagakan oleh negara, ritual agama dan budaya terjalin secara rukun dan damai.

Sayangnya, masih ada sebagaian orang yang sekeptis terhadap Gerakan moderasi beragama. moderasi agama dianggap sebgai sebagai paham yang mendangkalkan agama. Padahal moderasi beragama hakikatnya adalah bagaimana seseorang mampu menerapkan nilai-nilai agama yang benar. Seorang yang Moderat memiliki sikap tegas dan jiwa keagamaan yang tinggi. Ia juga bisa mengetahui nilai apa saja yang terkandung dalam pokok-pokok ajaran agama, di mana mengambil sikap dan apa interpretasi ajaran agama, di mana bersikap toleran, menghargai pendapat orang lain dan tidak menyalahkannya.

Implementasi dalam Keluarga

Dalam menerapkan nilai-nilai moderasi dalam beragama dalam keluarga, seseorang harus memahami betul petunjuk dan aturan untuk memperkuat agama moderat. Pemahaman ini sebagai modal untuk menularkan moderasi beragama ke dalam lingkungan keluarga seseorang. Ia juga harus mampu berperan sebagai role model atau panutan untuk menguatkan moderasi beragama di lingkungan keluarga. Apalagi moderasi beragama bukanlah sesuatu yang jauh, melainkan ada dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam keluarga. Moderasi beragama dapat mampu mewujud dalam hubungan antara suami dan istri, dalam pendidikan anak, dan lain-lain.

Keberhasilan aksentuasi moderasi beragam dalam lingkungan keluarganya akan sangat menentukan masa depan bangsa. Karena membangun negara, harus dimulai dari keluarga. Kekuatan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kekuatan keluarga. Masa depan bangsa sesuangguhnya dibangun atas kekuatan fondasi keluarga. Melalui institusi keluargala, pembangunan manusia yang sesungguhnya dilakukan (Kemenag, 2019). Sebagai fungsi pendidikan, mestinya keluarga menjadi tempat yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan  nilai nilai moderasi beragama.

Hambatan dan Tantangan

Salah satu hambatan dalam penguatan moderasi di lingkungan keluarga adalah singkatnya waktu bertemu antara sesame anggota keluarga. Sebagain orang bahkan waktunya habis di tempat kerja. Mereka hanya bertemu pada malam hari saat pulang kerja, dan pagi hari sebelum berangkat. Bahkan ada seseorang yang tinggal jauh dari tempat kerjanya, harus berangkat kerja pagi-pagi sekali sebelum anggota keluarga yang lain bangun, dan pulang larut malam setelah anggota keluarga yang lain terlelap tidur. Persis, dia bertemu keluarganya secara intensif pada hari Sabtu dan Minggu. Meski begitu, terkadang harus berbagi kegiatan sosial atau kegiatan lain yang memenuhi hobi pribadi.

Idealnya bukan tentang berapa lama atau singkatnya waktu keluarga, tetapi bagaimana waktu singkat itu memiliki arti bagi anggota keluarga. Dalam hal parenting, pertemuan keluarga yang berkualitas sering disebut dengan quality time. Waktu berkualitas antara anggota keluarga adalah waktu yang mencakup semua kegiatan dimana anak terutama terfokus dan bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukan (Price, 2008).

 Kebersamaan itu dapat digunakan bersama untuk kegiatan yang berkualitas seperti membaca, bermain, belajar, berkebun, memasak dan makan malam bersama. Saat ini, ketika seseorang ingin melakukan aksentuasi berbagai sikap positif, termasuk nilai moderasi beragama, akan lebih efektif dan dianut oleh anggota keluarga.

Melihat tantangan dan peluang di atas dalam melakukan penguatan moderasi beragama tentunya dibutuhkan sebuah strategi dan formula yang agar tepat sehingga nilai-nilai moderasi beragama sebagaimana dijelaskan oleh kementerian Agama Republik Indonesia dengan empat indikator moderasi beragama di Indonesia yang dirumuskan oleh Kemenag RI bisa diemplementasikan dengan baik. Formula dan strategi tersebut diharapkan mampu mencakup Empat indikator yaitu; meliputi komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap tradisi lokal.

Komitmen kebangsaan

Pada masa modern dimana banyak sekali hal-hal dari luar yang masuk ke dalam negri melalui arus globalisasi membuat seseorang harus pandai-pandai menyaring segala pengaruh yang datang dari luar. Karena globalisasi tidak hanya memberikan dampak positif namun juga dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan apabila tidak ada usaha untuk memilahnya terlebih dahulu. Pengaruh globalisasi di bidang kehidupan sendiri meliputi politik, ekonomi, sosial budaya dan lainya (Affan & Maksum, 2016).

Menanamkan cinta tanah air harus dilakukan dengan berbakti kepada negara dan mengharumkan nama bangsa dengan melakukan berbagai prestasi. Jika Anda belum melakukan hal-hal besar, Anda bisa memulainya dari hal-hal kecil bersama anggota keluarga. Misalnya, ketika anggota keluarga diajak berbelanja, produk lokal lebih disukai, yang secara tidak langsung menanamkan konsep nasionalisme. Juga terkadang membawa anggota keluarga ke situs sejarah yang bisa digunakan untuk mengajarkan kepahlawanan. 

Selain quality time bersama anak, kegiatan ini juga berdampak positif terhadap komitmen kebangsaan anggota keluarga. Keberadaan masyarakat yang cinta tanah air diharapkan dapat membebaskan negara dari berbagai ancaman yang mungkin datang dari dalam maupun luar negeri. Jika setiap warga negara memiliki cinta tanah air, mereka dapat bahu-membahu membangun negara ini setara dengan negara maju.

Toleransi  

Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan keluarga bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter yang menekankan pada proses pembentukan akhlak (Roesminingsih, MV dan Susarno, 2016). Moral yang baik melahirkan toleransi yang baik, pendidikan toleransi beragama adalah solusi terbaik untuk konflik yang timbul dari perbedaan pendapat, keyakinan, perilaku dan praktik keagamaan dengan anggota keluarga atau orang lain. Sikap ini dapat dikembangkan dengan cara saling menghargai pendapat, membantu pekerjaan, mendengarkan nasihat dan menghargai perbedaan karakteristik masing-masing anggota keluarga.Implementasi tolerasni ini bisa melalui meja makan.

Tradisi dan budaya di Indonesia tentang makan bersama keluarga di meja makan telah menjadi bukti betapa berharganya tradisi tersebut. Melalui tradisi itu terlihat anak-anak Indonesia telah bertumbuh menjadi generasi-generasi bangsa yang saling menghargai, saling bergotong royong dan saling menerima satu dengan lainnya. Untuk itu tradisi ini di pandang perlu untuk dilestarikan, di samping bisa memupuk kehangatan dan keharmonisan keluarga  kegitan ini juga menjadi cara efektif dan kreatif menanamkan nilai tolerasni bagi anggota kelurga sehingga kelak di masa depan Indonesia akan melahirkan para generasi bangsa yang kuat dan berbudi pekerti luhur serta kepribadian  yang tangguh dalam perjalanan hidupnya.

Anti kekerasan 

Komunikasi dan hubungan adalah pola yang dikembangkan dalam mengatur interaksi antar anggota keluarga. Komunikasi dan hubungan merupakan satu hal yang tidak dapat diindahkan dalam menyelenggarakan biduk rumah tangga. Pola komunikasi dan hubungan senantiasa harus dibangun dengan baik, ada beberapa sikap yang perlu dikembangakan dalam sebuah keluarga di antaranya sesama anggota penuh dengan kerukunan dan kekeluargaan; sikap saling mencintai, menghargai, menghormati, memperhatikan dan mempercayai sesama anggota keluarga, perasaan sederajat dan senasib sepenanggungan, orang tua tidak bertindak secara otoriter, komunikasi yang cair antara sesame anggota keluarga.

Kehangatan yang dirasakah oleh setiap anggota keluarga akan melahirkan sebuah penghargaan, dukungan, dorongan serta responsivitas anggota keluarga satu dengan anggota keluarga yang lain. Kurangnya kenghatan dalam sebuah keluarga memberikan efek positif yang meningkatkan mood agar sikap kepedulian tercipta dan empati satu sama lain.

Akomodatif Terhadap Budaya Lokal 

 Upaya menghidupkan fungsi sosial budaya dalam keluarga secara berkelanjutan akan menjadikan seluruh anggota keluarga mampu menggali dan mengembangkan kekayaan sosial budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kekayaan ini bukan hanya perlu dijaga atau dipelihara, tetapi perlu dilestarikan, dikembangkan dan dimantapkan keberadaannya, agar tetap eksis dan menjadi ciri khas budaya bangsa Indonesia.

Penitikberatan / ataupun pengarus utamaan moderasi beragama  di area  keluarga wajib berjalan alamiah serta informal. angka moderasi  di rumah dalam keluarga  hendak lebih realistis  bila dilakoni dengan edukasi habituasi  (habit training). Nilai-nilai moderasi haruslah  selaku  -meminjam sebutan Carlotte Masson- tanggapan yang hidup (living books) seperti bakteri yang memiliki energi hidup. Sekali bersarang , sanggup bertumbuh biak dengan sendirinya, menggandakan diri dalam  kembangan ide-ide anyar. Output dari itu seluruh itu yaitu terciptanya keturunan bangsa yang ada tabiat normal serta prestisius yang pada hasilnya menghantarkan negeri selaku hebat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun