Mohon tunggu...
muklisin purnomo
muklisin purnomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Ngaji

Penggiat Literasi Dakwah di Kulon Progo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aksentuasi Moderasi Beragama dalam Lingkungan Keluarga

15 Maret 2023   08:03 Diperbarui: 15 Maret 2023   08:05 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hambatan dan Tantangan

Salah satu hambatan dalam penguatan moderasi di lingkungan keluarga adalah singkatnya waktu bertemu antara sesame anggota keluarga. Sebagain orang bahkan waktunya habis di tempat kerja. Mereka hanya bertemu pada malam hari saat pulang kerja, dan pagi hari sebelum berangkat. Bahkan ada seseorang yang tinggal jauh dari tempat kerjanya, harus berangkat kerja pagi-pagi sekali sebelum anggota keluarga yang lain bangun, dan pulang larut malam setelah anggota keluarga yang lain terlelap tidur. Persis, dia bertemu keluarganya secara intensif pada hari Sabtu dan Minggu. Meski begitu, terkadang harus berbagi kegiatan sosial atau kegiatan lain yang memenuhi hobi pribadi.

Idealnya bukan tentang berapa lama atau singkatnya waktu keluarga, tetapi bagaimana waktu singkat itu memiliki arti bagi anggota keluarga. Dalam hal parenting, pertemuan keluarga yang berkualitas sering disebut dengan quality time. Waktu berkualitas antara anggota keluarga adalah waktu yang mencakup semua kegiatan dimana anak terutama terfokus dan bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukan (Price, 2008).

 Kebersamaan itu dapat digunakan bersama untuk kegiatan yang berkualitas seperti membaca, bermain, belajar, berkebun, memasak dan makan malam bersama. Saat ini, ketika seseorang ingin melakukan aksentuasi berbagai sikap positif, termasuk nilai moderasi beragama, akan lebih efektif dan dianut oleh anggota keluarga.

Melihat tantangan dan peluang di atas dalam melakukan penguatan moderasi beragama tentunya dibutuhkan sebuah strategi dan formula yang agar tepat sehingga nilai-nilai moderasi beragama sebagaimana dijelaskan oleh kementerian Agama Republik Indonesia dengan empat indikator moderasi beragama di Indonesia yang dirumuskan oleh Kemenag RI bisa diemplementasikan dengan baik. Formula dan strategi tersebut diharapkan mampu mencakup Empat indikator yaitu; meliputi komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap tradisi lokal.

Komitmen kebangsaan

Pada masa modern dimana banyak sekali hal-hal dari luar yang masuk ke dalam negri melalui arus globalisasi membuat seseorang harus pandai-pandai menyaring segala pengaruh yang datang dari luar. Karena globalisasi tidak hanya memberikan dampak positif namun juga dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan apabila tidak ada usaha untuk memilahnya terlebih dahulu. Pengaruh globalisasi di bidang kehidupan sendiri meliputi politik, ekonomi, sosial budaya dan lainya (Affan & Maksum, 2016).

Menanamkan cinta tanah air harus dilakukan dengan berbakti kepada negara dan mengharumkan nama bangsa dengan melakukan berbagai prestasi. Jika Anda belum melakukan hal-hal besar, Anda bisa memulainya dari hal-hal kecil bersama anggota keluarga. Misalnya, ketika anggota keluarga diajak berbelanja, produk lokal lebih disukai, yang secara tidak langsung menanamkan konsep nasionalisme. Juga terkadang membawa anggota keluarga ke situs sejarah yang bisa digunakan untuk mengajarkan kepahlawanan. 

Selain quality time bersama anak, kegiatan ini juga berdampak positif terhadap komitmen kebangsaan anggota keluarga. Keberadaan masyarakat yang cinta tanah air diharapkan dapat membebaskan negara dari berbagai ancaman yang mungkin datang dari dalam maupun luar negeri. Jika setiap warga negara memiliki cinta tanah air, mereka dapat bahu-membahu membangun negara ini setara dengan negara maju.

Toleransi  

Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan keluarga bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter yang menekankan pada proses pembentukan akhlak (Roesminingsih, MV dan Susarno, 2016). Moral yang baik melahirkan toleransi yang baik, pendidikan toleransi beragama adalah solusi terbaik untuk konflik yang timbul dari perbedaan pendapat, keyakinan, perilaku dan praktik keagamaan dengan anggota keluarga atau orang lain. Sikap ini dapat dikembangkan dengan cara saling menghargai pendapat, membantu pekerjaan, mendengarkan nasihat dan menghargai perbedaan karakteristik masing-masing anggota keluarga.Implementasi tolerasni ini bisa melalui meja makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun