Mohon tunggu...
Mukhlis Syakir
Mukhlis Syakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nyeruput dan Muntahin pikiran

Mahasiswa Pengangguran yang Gak Nganggur-nganggur amat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ngentengke (ngentengi) dan nyusahi

6 Juli 2023   20:56 Diperbarui: 8 Juli 2023   16:05 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

            Begitulah manusia dalam menghadapi kehidupan. Ada yang menghadapinya dengan mengaggap mudah. Ada yang menghadapinya dengan menganggap susah. Terlepas dari permasalahan yang dihadapinya itu memang mudah ataupun sudah. Kemampuan berpikir manusia bisa membuat perspektif berbeda pada permasalahan yang sama.

            Lalu apakah mengaggap permasalahan itu mudah di awal perjalanan adalah hal yang benar? Bukankah berpikir positif atau positif thinking sudah banyak Kita dengar sebagai step awal menuju kemudahan dari besarnya suatu masalah? Atau kalau ingin agak keren nan syar’i bukankah agama mengajarkan husnudzan?

            Dalam salah satu bagian dari kehidupan saya. Ada salah seorang mudarris yang mengajarkan seperti ini. “Jangan kalian menggap masalah itu besar. Ketika Kita mengangkat kedua tangan lalu mengucapkan Allahu Akbar. Ucapkanlah! Wahai masalah memang engkau besar tapi Tuhanku Maha Besar atas segalanya.” Semua murid terkagum sambil senyum-senyum mendengar dan melihat penjelasan mudaris itu dengan berapi-api. Jujur saja, aku ingin menjawabnya sekarang. “Bullshit!”.

            Ya, saya mengakui penjelasan tersebut benar adanya. Tapi mungkin (dengan sombong) karena sudah terbiasa mendegar motivasi seperti itu. Saat itu, apa yang saya rasakan biasa saja. Tidak membuat saya takjub.

            Untuk mempermudah, alangkah indah motivasi dan ajaran husnudzan. Mungkin ada yang berfikir, “ajaran itu bagus tapi akan berubah seiring ditampar realita”. Sebagai bantahan atas pola pikir semacam itu. Saya hendak menambahkan, “Nggak, banyak kok yang sudah ditampar tapi tidak sadar-sadar. Entah tamparannya kurang keras atau ajaran tadi terlalu meresap sampai ke kaldu-kaldunya.”

            Perlu diketahui, memang mengaggap besar suatu masalah bisa jatuh pada kemusyrikan. Karena menggap adanya lebih dari satu hal yang “Maha Besar”. Tapi berbuat adil juga bagian dari ajaran Yang Maha Adil. Maka, memposisikan suatu masalah sesuai dengan proporsinya itu penting. Jangan sampai masalah yang memang masuk kategori besar dianggap kategori enteng. Kesalahan memposisikan masalah ini akan jatuh pada bahaya التسهيل atau Boso Jowone “ngentengke”. Mengaggap sepele pada permasalahan kecil ataupun besar.

            Maka, menganggap sepele pada suatu permasalahan itu masalah. Karena dengan ketidak seriusan menghadapi hal kecil. Hal besar yang super duper besar akan terjadi. Bukankah Raja Babilon, Namrudz, mati karena dimasuki oleh nyamuk yang kecil. Terlalu jauh, bukankah tersedak oleh cucuk ikan lebih berbahaya daripada tersedak tulang sapi? Karena tidak mungkin saat Kita makan, Kita tersedak oleh tulang sapi. “Kabeureuyan mah tara ku tulang munding, tapi ku cucuk peda”, demikian peribahasa Sunda menyampaikan.

            Akhir kata, ketika ada suatu masalah yang besar. Akui saja memang masalah itu besar. Bahkan sekecil apapun masalah. Jangan dianggap sepele. Bukan maksud mempersulit diri.

            Its okay untuk ngucapin “lah cuman segitu doang”. Tapi adanya permasalahan yang tingkat kesulitannya rendah, sedang, dan besar itu adalah realita hidup yang harus diterima. Bukan ditutup-dutupi dengan membohongi diri (ngentengke masalah) melalui alibi memotivasi diri. Kalau terus dibiasakan ngentengke, lama-lama jadi nyusahi diri sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun