Mohon tunggu...
Muhammad Muizuddin Alief
Muhammad Muizuddin Alief Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa biasa, berjalan pelan dan Tak berhenti karena setiap langkah adalah bagian dari tujuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Gresik Gemilang 2035: Strategi Jangka Panjang Menuju Kota Inklusif dan Berkelanjutan

25 September 2025   20:45 Diperbarui: 25 September 2025   20:45 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sebagai salah satu pilar industri di Jawa Timur dan penopang ekonomi nasional, Gresik berada di persimpangan jalan menuju transformasi fundamental. Visi jangka panjang yang ditetapkan adalah mewujudkan Gresik sebagai "Pusat Industri Berkelanjutan dan Ekosistem Inovatif Global". Visi ini dibangun di atas landasan ekonomi yang kokoh, didukung oleh penetapan kawasan strategis seperti Kawasan Industri Gresik (KIG), Kawasan Industri Maspion (KIM), dan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) yang juga merupakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Namun, pertumbuhan ekonomi yang pesat ini juga membawa tantangan, termasuk ketidakseimbangan sosial-ekonomi, keterbatasan infrastruktur, dan isu-isu lingkungan. Mengubah tantangan ini menjadi peluang adalah misi utama. Rencana ini berfokus pada pembangunan yang inklusif, inovatif, dan berkelanjutan, selaras dengan sembilan prioritas utama yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2026. Perencanaan ini didasarkan pada sintesis data dan analisis mendalam, dirumuskan dalam tiga fase strategis yang saling terintegrasi: jangka pendek, menengah, dan Panjang.

Potret Pembangunan Gresik 

Analisis mendalam terhadap data makro dan mikro Gresik menunjukkan adanya pola dan keterkaitan yang kompleks antar-sektor. Dinamika ini menjadi prasyarat untuk merumuskan strategi yang efektif dan berkelanjutan.

Ekonomi dan Ketenagakerjaan

Data statistik menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), jumlah industri, dan Upah Minimum Kabupaten (UMK) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Gresik selama periode 2010-2021. Temuan ini secara fundamental menegaskan peran sektor industri sebagai mesin penggerak utama perekonomian lokal. Namun, sebuah studi lain menemukan hasil yang tampaknya kontradiktif: jumlah industri justru memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor industri di sub-distrik Gresik.

Kesenjangan yang terlihat antara kedua temuan ini bukanlah inkonsistensi, melainkan indikasi pergeseran struktural dalam lanskap industri. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan industri saat ini cenderung lebih padat modal (capital-intensive) daripada padat karya (labor-intensive). Dengan demikian, penambahan jumlah perusahaan tidak secara otomatis berbanding lurus dengan penciptaan lapangan kerja berkualitas atau penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar. Keadaan ini menuntut perubahan fundamental dalam pendekatan investasi: dari sekadar mengejar kuantitas industri, Gresik harus bergeser pada prioritas untuk menarik investasi yang berkualitas. Strategi masa depan harus berfokus pada investasi yang membawa dampak berlipat ganda, seperti industri yang membutuhkan tenaga kerja terampil, industri hilir yang mengolah produk lokal, atau industri hijau yang menciptakan "pekerjaan hijau" (green jobs). Hal ini juga menyoroti urgensi untuk menyelaraskan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri di masa depan.

Infrastruktur dan Logistik

Masalah lalu lintas di Gresik, terutama yang disebabkan oleh maraknya truk besar di jalan-jalan, telah lama menjadi keluhan masyarakat. Meskipun Peraturan Bupati telah ditetapkan untuk membatasi jam operasional truk, penegakan aturan ini masih menjadi tantangan. Akibatnya, kecelakaan lalu lintas yang melibatkan truk sering terjadi dan menimbulkan kemacetan yang melumpuhkan.

Ketergantungan penuh pada moda transportasi darat untuk logistik membebani infrastruktur jalan raya, menyebabkan kerusakan jalan yang memerlukan anggaran perawatan tinggi, serta menciptakan biaya ekonomi yang tinggi akibat kemacetan dan polusi. Masalah logistik yang terpusat pada jalan raya ini menjadi hambatan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi. Sebuah studi kelayakan untuk reaktivasi jalur kereta api logistik menunjukkan bahwa solusi alternatif ini sangat diperlukan. Proyek ini, yang direncanakan memiliki panjang total 19.159,837 m dengan perkiraan biaya konstruksi mencapai Rp 155.916.827.800,00, dirancang untuk mengurangi beban jalan dan meningkatkan efisiensi transportasi barang. Meskipun demikian, pelaksanaan proyek ini masih terkendala oleh masalah pembebasan lahan di area yang padat penduduk.

Perencanaan proyek kereta logistik ini merupakan sebuah investasi strategis untuk meningkatkan daya saing logistik Gresik secara keseluruhan , menekan biaya logistik yang saat ini jauh lebih tinggi dari negara-negara lain seperti Singapura dan Malaysia , dan mengurangi dampak lingkungan dari transportasi darat.

Pertanian dan Perikanan

Sektor pertanian dan perikanan, dengan udang, ikan air tawar, dan padi sebagai komoditas unggulan , memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDRB Gresik. Namun, ironisnya, sektor ini juga menjadi penyumbang inflasi terbesar di kabupaten. Keterkaitan antara kontribusi PDRB yang positif dan peran sebagai pemicu inflasi menunjukkan adanya kerentanan dan inefisiensi dalam rantai pasokan. Hal ini bukan hanya masalah produksi yang rendah, tetapi juga ketidakstabilan pasokan, mungkin karena metode tradisional yang sensitif terhadap perubahan iklim atau kurangnya hilirisasi.

Untungnya, benih-benih inovasi sudah tumbuh di Gresik. Inovasi teknologi pertanian dan perikanan modern seperti akuaponik dan penggunaan Internet of Things (IoT) untuk memantau kualitas air telah dikembangkan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG). Selain itu, ada program

Corporate Social Responsibility (CSR) seperti Tawangargo Smart-Eco Farming Village dari Petrokimia Gresik yang berhasil mengolah limbah pertanian menjadi pupuk organik dan menciptakan produk hilir seperti mi sayur. Inisiatif ini menawarkan solusi langsung untuk mengatasi inefisiensi, menciptakan stabilitas pasokan, dan menambah nilai ekonomi melalui hilirisasi. Tugas pemerintah adalah memfasilitasi dan mengkapitalisasi inisiatif-inisiatif ini dalam skala yang lebih luas, termasuk melalui program pelatihan untuk petani milenial, sejalan dengan program nasional.

Lingkungan dan Keberlanjutan

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Gresik pada tahun 2024 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun masih berada dalam kategori "sedang". Peningkatan ini merupakan sinyal positif bahwa upaya kolektif telah membuahkan hasil, namun status "sedang" menjadi peringatan bahwa pembangunan ekonomi dan lingkungan belum sepenuhnya seimbang. Model pembangunan saat ini berisiko menciptakan dampak lingkungan jangka panjang yang mahal.

Menerapkan konsep industri hijau tidak hanya untuk memenuhi tuntutan regulasi, tetapi juga untuk meningkatkan daya saing global. Investor kini mencari kawasan industri yang efisien dalam penggunaan sumber daya dan memiliki emisi rendah. Posisi Gresik sebagai kawasan industri terkemuka memberikan peluang unik untuk menjadi percontohan

Green Industrial Park dengan memanfaatkan insentif yang ada. Strategi ini selaras dengan agenda nasional, di mana pemerintah berkomitmen untuk menyediakan insentif pajak hijau dan memprioritaskan pembangunan kawasan industri hijau terbesar di dunia.

Tantangan Prioritas dan Rencana Aksi 10 Tahun

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan mewujudkan visi Gresik Gemilang 2035, disusunlah rencana aksi yang terstruktur dalam tiga fase.

Fase 1: Jangka Pendek (Tahun 1-3) - Membangun Fondasi dan Menanggulangi Masalah Mendesak

Fase ini berfokus pada penanganan masalah yang paling mendesak dan peletakan fondasi tata kelola yang kuat.

  1. Penertiban Lalu Lintas dan Tata Ruang Logistik: Penegakan Peraturan Bupati yang mengatur jam operasional truk akan diperketat melalui patroli rutin dan pemanfaatan teknologi Smart City untuk memantau pelanggaran secara dinamis. Langkah ini tidak hanya mengurangi kemacetan dan bahaya di jalan, tetapi juga mengembalikan kepercayaan publik pada pemerintah.
  2. Reformasi Birokrasi untuk Iklim Investasi Unggul: Realisasi investasi di Gresik, meskipun meningkat, belum mencapai tingkat yang signifikan. Untuk mengatasi hambatan ini, pemerintah akan mempercepat implementasi

Smart Governance dan digitalisasi perizinan. Target spesifik adalah meningkatkan Indeks Reformasi Birokrasi (RB).

  1. Peningkatan Produktivitas Sektor Primer Melalui Inovasi: Guna mengatasi inflasi di sektor pertanian dan perikanan , program percontohan seperti

Tawangargo Smart-Eco Farming Village dan inovasi mahasiswa UMG akan diskalakan. Pelatihan intensif akan diberikan kepada petani dan nelayan tentang adopsi teknologi IoT, hidroponik, dan akuaponik untuk meningkatkan efisiensi dan ketahanan pasokan.

Fase 2: Jangka Menengah (Tahun 4-7) - Transformasi Infrastruktur dan Industrialisasi Berkelanjutan

Fase ini merupakan periode eksekusi proyek-proyek strategis yang memerlukan investasi besar dan komitmen jangka panjang.

  1. Pembangunan Sistem Logistik Terpadu: Proyek reaktivasi jalur kereta logistik dari Stasiun Indro menuju JIIPE dan Duduksampean akan dieksekusi. Integrasi sistem ini dengan KEK Gresik dan JIIPE akan mengubah Gresik dari sekadar pusat industri menjadi

hub logistik nasional. Proyek ini diperkirakan akan mengurangi beban jalan dan meningkatkan daya saing ekonomi.

  1. Membangun Ekosistem Industri Hijau: Pemerintah daerah akan mendorong industri di Gresik untuk mendapatkan Sertifikasi Industri Hijau. Insentif fiskal dan non-fiskal akan diberikan kepada industri yang berkomitmen pada standar ini. Inisiatif ini selaras dengan kebijakan nasional dan akan menarik investasi berkualitas yang mencari operasi berkelanjutan.

Fase 3: Jangka Panjang (Tahun 8-10) - Gresik sebagai Model Pembangunan Inklusif dan Inovatif

Pada fase ini, Gresik akan memantapkan posisinya sebagai model pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan.

  1. Gresik sebagai Hub Logistik Nasional: Seluruh sistem transportasi terpadu, termasuk jalur kereta logistik, akan dioptimalkan dan diintegrasikan dengan moda transportasi lainnya, terutama pelabuhan. Keberhasilan ini akan memposisikan Gresik sebagai ekosistem logistik terintegrasi yang strategis, efisien, dan ramah lingkungan.
  2. Ekosistem Ekonomi Hijau dan Pariwisata Berbasis Ekologi: Industri hijau akan diintegrasikan dengan pengembangan pariwisata berbasis ekologi dan budaya. Contohnya, mengubah area reklamasi menjadi destinasi ekowisata atau mempromosikan pariwisata berbasis inovasi pertanian. Langkah ini akan mendiversifikasi ekonomi dan meningkatkan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) secara signifikan.
  3. Gresik sebagai Pusat Inovasi dan SDM Unggul: Kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi (seperti UMG) akan diperkuat. Mengingat proyeksi kebutuhan tenaga kerja di KEK Gresik yang mencapai 130.823 orang pada tahun 2028, investasi di bidang pendidikan dan pelatihan adalah kunci. Pemerintah akan membangun pusat pelatihan kejuruan yang kurikulumnya "link and match" dengan proyeksi kebutuhan tenaga kerja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun