Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar pada Abah-Ibu Tjiptadinata Effendi: Konsistensi, Toleransi, dan Rendah Hati

6 Januari 2021   06:06 Diperbarui: 6 Januari 2021   21:39 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasiana.com (TJIPTADINATA EFFENDI)

Dari situ, konsekuensinya adalah melahirkan sikap Abah Tjip dan Ibu Rose untuk selalu menerima dan tidak memungkiri adanya keragaman (pluralisme) dan perbedaan. 

Abah Tjip dan Ibu Rose sama-sama memandang, bahwa keragaman (pluralisme) dan perbedaan itu adalah anugerah, alami dan fitrah (taken for granted). Keduanya selalu mementingkan sikap persaudaraan dalam perbedaan, dan perbedaan dalam persaudaraan.

Hatta, pada gilirannya sikap dan pemikiran Abah Tjip dan Ibu Rose yang memandang bahwa saling menghormati, saling menghargai, dan toleransi antar sesama itu adalah hal yang paling asasi dan sangat penting dalam menciptakan keharmonisan dan kedamaian dalam kehidupan bersama.

Rendah Hati

Suka duka dalam mengarungi kehidupan bersama yang dikisahkan dan dibagikan dengan tulus oleh Abah Tjip dan Ibu Rose dalam tulisan-tulisannya di Kompasiana adalah "kitab kehidupan" berisi pengalaman hidup yang sangat berharga, bermanfaat, dan menginspirasi banyak orang.

Yang sangat mengagumkan dan perlu diteladan adalah sikap rendah hati dan keramahan yang dipraktikkan oleh Abah Tjip dan Ibu Rose dalam hubungan sosial, persaudaraan otentik, dan kekeluargaan di rumah bersama, Kompasiana.

Abah Tjip dan Ibu Rose tidak segan dan dengan rendah hati selalu menyempatkan waktu untuk berkeliling bersilaturahmi, menyapa, dan mengapresiasi hampir seluruh Kompasianer tanpa pandang bulu dan membeda-bedakan. Semuanya diperlakukan sama.

Ini adalah sikap rendah hati yang luar biasa dari Abah Tjip dan Ibu Rose. Adalah wajar dan sangat pantas menjadi sosok teladan, mendapat apresiasi dan penghargaan yang tinggi di Kompasiana dan hampir segenap Kompasianer.

Saya sangat berharap suatu saat, atau segera ada penerbit yang bersedia menerbitkan tulisan-tulisan Abah Tjip dan Ibu Rose di Kompasiana ini menjadi buku. Dengan begitu, akan lebih banyak lagi manfaat dan menjadi khazanah pemikiran inspiratif yang bisa dibaca banyak orang.

Demikian. Saya menganggit tulisan ini sebagai kado ulang tahun pernikahan yang ke-56 Abah Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina Tjiptadinata. Semoga berkenan.

Terakhir, tiada gading yang tak retak. Tiada seorang pun yang sempurna. Saya mohon maaf kepada Abah Tjip dan Ibu Rose yang terhormat, jika ada hal-hal yang tidak berkenan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun