Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Abah, Guru Membaca Saya

14 September 2019   06:00 Diperbarui: 18 September 2019   22:51 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa buku baru koleksi saya yang baru-baru ini atau kali terakhir saya beli. / sumber: foto pribadi

Walaupun secara kultural, saya melihat, sebenarnya lebih ke NU. Itu tampak dari sikap dan paham keagamaan mayoritas alumninya yang berkiprah di masyarakat lebih pada kultur dan praktik keberagamaan NU. Sebagai contoh, mereka mempraktikkan tradisi tahlilan, membaca doa qunut dalam salat subuh, dan seterusnya yang lebih kental ke NU secara kultural.

Tidak aneh makanya jika alumni Al-Khairiyah memiliki sikap keberagamaan yang cenderung moderat dan inklusif. Lebih akomodatif dengan tradisi dan kearifan lokal. 

Ada semangat untuk merawat tradisi lama yang baik dan tidak menutup diri untuk merespons hal-hal baru yang lebih baik dan maslahat sebagimana prinsip Nahdlatul Ulama (NU) dan konsep ahlussunnah wal jamaahnya. Al-muhafadatu 'ala al-qadim al-shalih wa al-akhdu bi al-jadid al-ashlah.

Seperti itu pula kurang lebih kecenderungan sikap dan paham keberagamaan Abah saya. Moderat, inklusif, toleran dan menghormati perbedaan paham keberagamaan yang ada di masyarakat.

Abah saya tidak pernah memaksakan pemikirannya kepada orang lain, termasuk anak-anaknya sendiri. Dia memberikan kebebasan dan keleluasaan pada saya dalam hal sikap dan paham keagamaan. Abah saya memang sangat moderat dan selalu toleran dalam beragama.

Menularkan Minat Membaca

Kecenderungan sikap dan paham keberagamaan Abah saya yang seperti itu, tentu berbanding lurus dengan latar belakang proses pendidikan di Pondok Pesantren Al-Khairiyah selama ini.

Abah saya bergelut di bidang pendidikan. Ia memberi pengajian rutin di masjid, mengasuh majlis taklim, dan sering juga menjadi rujukan, tempat bertanya, meminta nasihat dan solusi bagi orang-orang sekitar yang sengaja datang ke rumah.

Salah satu kesukaan dan kebiasaan Abah adalah membaca kitab-kitab dan buku-buku tentang beragam paham keislaman (tafsir, hadis, fikih, teologi, tasawuf, dll) dari para ulama atau pemikir Islam.

Cerita tentang hobi dan kebiasaan Abah membaca ini, saya menyaksikannya langsung sejak saya masih kanak-kanak. Kitab-kitab atau buku-buku tergeletak di mana saja di tiap sudut rumah. Kitab-kitab dan buku-buku itu sehabis dibaca, Abah saya memang punya kebiasaan yang kurang baik, selalu meletakkannya sembarangan begitu saja dan sesuka hatinya. 

Abah hampir jarang mengembalikan lagi ke tempatnya semula, ke rak/lemari buku. Tetapi dibiarkannya tergeletak di mana saja Abah suka. Bisa di meja makan, meja tamu, kursi atau tempat tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun