Dan peristiwa pertemuan santai, sangat rileks, dan penuh kejuatan di MRT antara Jokowi dan Prabowo di akhir pekan ini, memupus semua itu.
Inilah politik. Seperti juga hidup, berpolitik adalah seni. Seni siapa menguasai dan memengaruhi siapa. Hajat bangsa Indonesia lima tahunan melalui pemilu adalah pure politik. Itulah yang harus dilalui dalam proses demokrasi.Â
Pilpres bukan perang bela agama. Pemilu bukan perang antara partai Allah dan partai setan. Kontestasi pilpres bukan soal surga dan neraka. Oleh karena itu, yang berhasil dan menang dalam kompetisi ini adalah mereka yang pandai memainkan seni berpolitik itu.
Maka nggak usah heran, dalam kontestasi pilpres, dan bahkan peristiwa pertemuan di MRT kemarin pun, Jokowi dan Prabowo sebenarnya tengah memainkan pertunjukan seni yang apik dan elegan di negeri ini.
Efeknya tidak sedikit yang kecewa, marah dan tidak suka, tapi banyak pula yang senang dan terhibur dengan pertunjukan seni kemarin yang dimainkan oleh Jokowi dan Prabowo adalah hal biasa dan wajar saja.
Malah menjadi pertanyaan, siapa sesungguhnya mereka itu yang marah dan kecewa dengan pertemuan Jokowi - Prabowo di MRT kemarin?Â
Jangan-jangan justru mereka bukan pendukung dan pengikut setia Prabowo. Tapi mereka tampaknya adalah FPI, HTI, pendukung ISIS, dan simpatisan teroris. Dan mereka inilah yang seakan-akan "berdarah-darah" mendukung capres 02 itu, padahal mereka sekadar mengambil manfaat dan keuntungan secara politis, mendompleng dan menunggangi Prabowo di kontestasi pilpres 2019 yang baru lalu.
Mereka itu yang punya hobi memecah belah bangsa, yang getol melakukan kerusuhan dan kekerasan atas nama bela agama, penyebar fitnah dan hoaks selama ini. Mereka yang masih saja berteriak-teriak menuduh curang tanpa  bukti, melakukam diskriminasi, intoleransi, dan menampik kemajemukan bangsa Indonesia. Mereka jelas-jelas (ketahuan) yang selalu merongrong NKRI.
Kalau begitu berarti negara ini harus meningkatkan kewaspadaan nasional. Bangsa Indonesia harus lebih bersatu padu lagi melawan kejahatan-kejahatan yang dilancarkan oleh mereka atas nama Tuhan dan agama. Mencatut nama Tuhan sambil melakukan provokasi dan kekerasan. Memainkan sentimen agama dan politisasi agama.
Mereka itu sesungguhnya yang bergejolak dengan penuh kemarahan dan kekecewaan yang selalu membuat langit suci terkoyak selama ini. []