Sudut jalanan kota Lucknow, India, hari ini berbeda dari biasanya. Lampu-lampu memancarkan warna lebih banyak, lebih beragam, lebih indah. India seakan menjadi lebih hidup.
Meskipun tengah pandemi, tak menyulutkan warga India untuk memeriahkan Festival Holi. Sebut saja, Mas Andri misalnya, mahasiswa Pascasarjana di Lucknow University, yang berbagi keunikan-keunikan cerita dalam festival ini.
Setiap tahun acara digelar di setiap sudut kota. Tahun lalu misalnya, perayaan Festival yang paling megah ada di Kota Vrindavan. Namun, untuk tahun ini masyarakat India hanya bisa merayakan di wilayah terdekat saja, itu pun dibatasi dengan protokol kesehatan sebagaimana umumnya.
Tak ada hal khusus yang perlu dipersiapkan. Outfit kaos putih cocok untuk acara ini. Putih memang menyiratkan sesuatu yang baik, bersih dan kosong. Jangan lupa untuk membeli tepung aneka ragam warna: merah, ungu, hijau, kuning, semua warna tersedia. Eits! Bukan untuk dijadikan adonan kue, ya. Melainkan akan dipakai untuk 'melumuri' diri kita.
Musik khas India menggema. Menggerakkan secara ritmis nan otomatis pada kaki tangan peserta untuk bersuka-cita. Warna-warna tadi, tak kalah seru ditaburkan sebagai 'toping' tarian itu. Menghiasi suasana, bahagialah mereka.
Warna tadi bukan sekedar warna. Mereka adalah perwujudan musim semi yang merekah. Setelah pada bulan-bulan lalu musim dingin pergi, kini saatnya warga untuk bersemi dan berbunga dalam Festival Holi.
Secara keagamaan, Festival Holi mengandung arti 'perayaan menangnya kebaikan versus kejahatan'. Bagi kalangan umat Hindu, ini menunjukkan artefak penting dalam budaya India selain sebagai perayaan semangat hidup berbangsa, Festival Holi pun merupakan perayaan di musim semi dengan durasi yang cukup lama.
Festival utama diadakan pada bulan purnama umat Hindu kalender bulan "Phalguna" (antara akhir Februari dan pertengahan Maret). Balutan kisah mitologis dalam agama Hindu sebagaimana diceritakan dalam teks Bhgavatpurana dan Wisnu Purana adalah ditemukannya penyebutan Hiranyakashipu yang berusaha membunuh Prahlada dengan memaksanya duduk di atas tumpukan kayu yang terbakar, di pangkuan Holika.
Holika dulu Adik Hiranyakashipu dan Prahlada adalah putranya. Holika mendapat berkah khusus dari Dewa Brahma yang melindunginya dari bahaya pembakaran. Prahlada adalah pemuja Dewa Wisnu dan memiliki tapak di sepanjang jalan kebenaran. Di bawah komando Hiranyakashipu, api dinyalakan. Prahlada mulai melantunkan nama Dewa Wisnu dan secara ajaib keluar tanpa cedera. Anehnya Holika terbakar, dan Prahlada muncul tanpa cedera.
Sebetulnya ada kisah versi lain yang menggambarkan bahwa Holi memiliki makna atas "terbakarnya cinta". Tapi, saya sendiri masih bingung merunutkan kisahnya.