Mohon tunggu...
Lyfe

Kajian Swafoto Instagram Dalam Aspek Sosiologi Desain

12 Desember 2017   19:15 Diperbarui: 12 Desember 2017   19:43 3471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

      

 

Disusun oleh:

Ahmad Fariduddin Ghani (1112140024) 

Brilliant Kurnia M (1312287024)

Abdur Rochim Setyo Budi Putro (1612399024)


Bobby Setyagara Wibiowo (1612392024)

Muhammad Balya Aufa Bahrain (1612424024)

Muhamad Salmon Purwandi (1612415024)

Oka Darmawan (1612406024)

Salsabila Firdausi Surya (1612422014)

Sukrul Abdul Ghoni (1612402024)

Syukrul Hidayat (1612400024)

 



PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS SENI RUPA

INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) YOGYAKARTA

 

BAB I

PENDAHULUAN



Latar Belakang Masalah

Sebagai fenomena sosial, swafoto atau selfie tak bisa disepelekan dalam budaya kontemporer bangsa kita. Selain mengandung resiko, juga karena mulai menjadi bagian dari gaya hidup semua orang yang akrab dengan parangkat teknologi. Terlebih di era komunikasi digital sekarang ini, dunia sepertinya sudah tak lagi mengenal batasan apapun, dan manusia semakin terpacu untuk terus saling terhubung lewat beragam fasilitas jejaring media sosial yang serba memudahkan.

Padahal sesungguhnya fenomena ini merupakan buah nyata dari budaya narsistik-individualisme yang telah merasuk begitu dalam. Di mana setiap orang menjadi kecanduan untuk terus meng-update eksistensi diri mereka di hadapan publik virtual. Padahal apa yang ditampilkan sebenarnya nyaris selalu bersifat semu dan ilusif, jauh dari kenyataan. Tak lain, perilaku selfie ini lebih banyak dimotivasi oleh hasrat beradu gengsi inter-personal, yang juga diyakini sanggup turut mendongkrak status sosialnya.

Salah satu media digital terpopuler di dunia, The Huffington Post  melansir data survei dari lembaga Conde Nast Traveler, ternyata insiden selfie lebih banyak menewaskan manusia ketimbang serangan hewan buas liar ( Huffingtonpost.com, 23/9). Problem ini memang sudah menjadi perhatian serius di mata dunia, semisal negeri Rusia yang sejak awal Juli sudah aktif melakukan kampanye rambu-rambu khusus larangan berfoto selfie di berbagai lokasi keramaian publik.

Tahun 2015 ini saja, di Indonesia sudah banyak tercatat, yakni pada 20 Februari di Madiun, Jawa Timur, Tomi Luki Saputra (17) tewas tersambar kereta api saat sedang selfie bersama empat orang temannya tepat di sisi jalur rel aktif. Kemudian 16 Mei, Eri Yunanto (21) tewas terperosok ke dalam kawah Gunung Merapi, Yogyakarta saat berfoto di puncak batu Garuda. Terakhir 6 Oktober, Andreas Stefani (28) juga tewas saat ber-selfie sambil terjun ke Curug Grenjang, Banyumas, Jawa Tengah sedalam 8 meter akibat kram di kaki.

Pengertian Swafoto

Swafoto atau foto narsisis (bahasa Inggris: selfie) adalah jenis fotopotret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera digital atau telepon kamera. Foto narsisis sering dikaitkan dengan narsisisme, terutama dalam jejaring sosial

Pada tahun 2013, kata selfie secara resmi tercantum dalam Oxford English Dictionary versi daring, dan bulan November 2013, Oxford Dictionary menobatkan kata ini sebagai Word of the Year tahun 2013, menyatakan bahwa kata ini berasal dari Australia.

 

Sejarah

 

Robert Corneluis mengambil foto dirinya di luar toko lampu miliknya | tekno.kompas.com
Robert Corneluis mengambil foto dirinya di luar toko lampu miliknya | tekno.kompas.com

Foto selfie tertua dipercaya dibuat oleh seorang laki-laki yang saat itu berusia 30 tahun bernama Robert Cornelius, yang mengambil foto dirinya sendiri di luar toko lampu miliknya di Philadelphia, Amerika Serikat, pada tahun 1839.Ia terlihat kurang yakin apakah swafoto itu akan berhasil atau tidak. Tak mengherankan, karena saat itu teknologi belum secanggih sekarang, sehingga dia harus mematung selama 15 menit untuk pembuatan foto itu.

Mengambil foto diri sendiri dengan menggunakan cermin sudah dilakukan sejak munculnya kamera boksKodak Brownie pada tahun 1900. Putri Kekaisaran Rusia, Anastasia Nikolaevna, adalah salah satu remaja yang diketahui pertama kali mengambil fotonya sendiri melalui cermin untuk dikirim kepada temannya pada tahun 1914. Dalam surat yang dikirim bersama foto itu, ia menulis: "Saya mengambil foto ini menggunakan cermin. Sangat susah dan tangan saya gemetar".

Swafoto -- Wikipedia Bahasa Indonesia | Awal penggunaan kata selfie terjadi pada tahun 2002. Kata ini pertama kali muncul dalam sebuah forum Internet Australia (ABC Online) pada tanggal 13 September 2002
Swafoto -- Wikipedia Bahasa Indonesia | Awal penggunaan kata selfie terjadi pada tahun 2002. Kata ini pertama kali muncul dalam sebuah forum Internet Australia (ABC Online) pada tanggal 13 September 2002

Landasan Teori

Swafoto dalam Psikologi Eksistensial

Berdasarkan psikologi eksistensial, keber(ada)an diri selalu bergandengan dengan hilangnya keber(ada)an. Kesadaran dalam teori ini dibagi menjadi dua: reflektif dan nonreflektif. Upaya untuk menjadi "ada" yaitu dengan cara memposisikan "aku" (subyek) sebagai yang "lain" di luar subyek yang sekaligus akan terjadi hilangnya "aku". Ilustrasi-nya seperti ini: seseorang yang sedang asyik bermain game di hp, yang setelah selesai bermain game ia baru sadar kalau makanan di sampingnya telah habis dimakan oleh kucing.

Pada saat ia bermain game, ia memposisikan dirinya untuk keluar/lenyap dan masuk dalam hp. Pada tahap ini keberadaanya ditandai oleh hp dan ia kehilangan diri "aku". Ia (subyek/pemain game) meniadakan diri untuk memberi keberadaan bagi yang lain (yaitu hp). Kesadaran ini yang disebut kesadaran nonreflektif. Pada tahap ketika ia selesai main game di hp dan melihat cemilanya sudah habis dimakan kucing, keber(ada)anya telah hilang dan melebur dalam "aku" yang asli/murni. Keberadaanya ditandai dengan kesadaran: "aku yang telah kehilangan makanan". Di tahap ini ia telah melompat kembali menjadi "aku" yang asli (kesadaran reflektif) Dalam kehidupan sehari-hari kesadaran sering melompat-lompat antara kesadaran reflektif dan nonreflektif. Diri "aku" kadang-kadang muncul kadang-kadang lenyap.

  • Dalam psikoanalisis radikal

Dalam cara pandang psikoanalisis radikal yang dipelopori oleh Jaques Lacan, konsep keberadaan "aku" sangat berbeda dari  ilmu-ilmu psikologi dan sosial yang ada. Berbeda dengan psikologi eksistensial, dalam psikoanalisis radikal "aku" yang asli/murni sebetulnya tidak pernah ada.

Aku yang bernama Budi pada mulanya hanya "ada" karena orang tuanya memberinya nama dengan sebaris kata yaitu: Budi. Sejak keci ia dipanggil Budi, maka dari itu Budi ada. Tapi di tahap ini Budi merupakan sebuah kata, bukan aku asli/murni. Pada tahap lainya ketika ia melihat cermin atau memotret diri, ia menganggap dirinya yang ada di cermin atau yang ada di dalam foto bukan dirinya.

Itu merupakan kumpulan cahaya yang terperangkap. Kita hanya ditandai atau dilahirkan oleh yang lain di luar diri kita dan selalu ditandai oleh "perasaan ke(aku)an". Lalu dimana keberadaan "aku" yang asli/murni? Secara sadar maupun tak sadar keberadaan "aku" asli/murni selalu luput untuk ditangkap. Yang ada hanyalah metode-metode atau mekanisme-mekanisme yang dibuat oleh manusia untuk mempertahankan (perasaan ke-aku-an).

Swafoto: mekanisme menangkap "aku" atas tak-terjangkau-nya 'aku' secara asli/murni

Tentu kemustahilan mejangkau "aku' yang asli/murni berakibat pada ketakutan ataupun keterasingan. Sebagai obatnya, mekanisme-mekanisme yang menimbulkan (perasaan ke-aku-an) itu dibuat. Aktifitas bercermin di air ataupun di perak, menjadi logis untuk menegasakan keberadaan "aku" dan menanggulangi keterasingan manusia.

Aktifitas swafoto ataupun bercermin dalam konteks ini bukan sekedar menata rambut atau baju yang berantakan semata, namun lebih dari itu. Swafoto dan bercermin memiliki perbedaan, jika dalam bercermin kita menangkap "citra aku" secara sementara, sedangkan dalam swafoto tangkapan "citra aku" seakan-akan bisa lebih lama. Dalam swafoto pun kita lebih memiliki kuasa akan bagaimana "citra diri" akan dinarasikan. Dengan demikan swafoto selain menegaskan "aku", juga dapat membedakan "aku" dengan yang lain. 

Hakikat manusia juga tidak ingin disama-samakan dengan yang lain atau dengan kata lain setiap manusia mempunyai ke-khas-an nya masing-masing. Misalkan ketika kita berdiskusi, kita sering secara tak sadar berkata: "kalau aku sih....". Maka itu tidak bisa secara sewenag-wenang aktifitas swafoto dianggap sebuah penyakit sosial. Karena bagi Lacan, "setiap kehidupan merupakan penyakit, sedangkan kematian adalah obatnya".

Kadar perasaan ke-aku-an pada setiap orang juga berbeda. Ada yang sangat sering mengunggah swafoto dalam akunya ada yang tidak. Bisa juga swafoto dilihat ketidakstabilan emosional seperti kisah Narcissus, namun bisa juga swafoto merupakan bentuk kewaspadaan akan hilangnya "aku".

  • Manfaat

Dengan melakukan pengkajian mengenai budaya berswafoto, diharapkan mahasiswa DKV dapat:

  • Mengetahui alasan mengapa orang berswafoto, sehingga dapat mengambil peluang dari aspek tersebut
  • Mengetahui bagaimana swafoto bisa menjadi personal branding
  • Mengetahui dampak dampak swafoto, sehingga dapat mengambil pembelajaran

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  • Swafoto dan Teknologi

Pada awalnya, manusialah yang membuat teknologi, tetapi lambat laun teknologilah yang justru memengaruhi setiap apa yang dilakukan manusia. Dimana manusia terbawa arus oleh perkembangan teknologi. Teknologi  membentuk cara berpikir, berperilaku, dan bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi selanjutnya.

Salah satu budaya yang muncul karena perkembangan teknologi ialah selfie atau swafoto. Perkembangan teknologi telah mengubah self-potrait/selfie dari dunia seni dan memberikannya kepada khayalak luas. Selfie sendiri menandakan keberadaan kita di media sosial, menandakan bahwa kita ada. Sosiologis David Snow dan Leon Anderson menyebutnya "identity work" yaitu sebuah usaha manusia dalam keseharian untuk memastikan bahwa dirinya dapat dilihat oleh orang lain, karena manusia ingin dilihat.

Di dunia nyata manusia memperlihatkan bagaimana rupanya, bagaimana cara ia berpakaian, bagaimana ia berbicara dan seterusnya. Sekarang kita melakukanya melalui email, instagram, facebook, youtube dan media sosial lainnya. Dalam hal ini selfie merupakan salah satu cara yang mudah serta jelas untuk menunjukkan identitas kita di dunia maya.

  • Alasan Melakukan Swafoto

Komunikator

Biasanya mereka yang masuk kategori ini, melakukan selfie untuk membagikan informasi dengan orang lain. Tujuannya, agar tercipta informasi dua arah dengan teman di media sosial. Contohnya, foto selfie yang memperlihatkan Anda sedang berada di lokasi tertentu atau sedang melakukan suatu kegiatan, ini disebut PAP (Post a Photo)

Self-publicists       

Sama halnya dengan komunikator, self-publicists juga melakukan selfie untuk membagikan informasi kepada teman di media sosialnya. Bedanya, mereka yang masuk kategori ini, tidak mengharapkan adanya komunikasi dua arah dan hanya membagikan foto selfie yang bagus (membuat mereka tampak positif) menurut mereka.

Autobiographers

Foto selfie jadi salah satu cara untuk mendokumentasi hidup bagi mereka yang masuk kategori ini. Ekspresi dan eksplorasi diri adalah kata yang cocok untuk para autobiographers.

  • Gaya dalam Swafoto

Anak-anak

Gaya yang sesuai dengan anak-anak harus bersifat ceria dan gembira. Hal ini dikarenakan pada usia anak-anak masih terkesan lucu, imut, dan Ekspresif. Sehingga gaya yang ceria(senyum, tertawa;) akan menjadikan anak terlihat bagus saat berfoto dan sesuai dengan usianya.

Remaja

Gaya foto yang dilakukan remaja akan lebih baik jika dilakukan dengan penuh ekspresif dan menggambarkan perasaannya. Hal ini dikarenakan pada usia remaja sangat senang untuk menarik perhatian orang lain atau menjadikan drinya sebagai pusat perhatian orang lain. Terkadang swafoto yang diambil kurang sesuai dengan etika, moral, dan batas wajar.

Dewasa

Sedangkan pada golongan dewasa gaya berfoto akan lebih bagus jika dilakukan secara formal seperti, membusubgkan dada, senyum, serta menegapkan badan. Hal ini dikarenakan dapat menunjukkan rasa kewibawaan, kebijaksanaan, dan kedewasaan kita.

Instagram dan Fiturnya

Instagram adalah sebuah aplikasiberbagi foto dan video yang memungkinkan pengguna mengambil foto, mengambil video, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial. Aplikasi Instagram memberi kontribusi besar dalam mendukung kegiatan berswafoto. Dengan berbagai macam fiturnya, makin mempermudah budaya berswafoto yang kini sudah menjadi bagian dari lifestyle.

 

Berikut ini fitur pendukung swafoto di Instagram:

Filter digital

Jika kita perhatikan, Feed di Instagram kita juga mencerminkan diri kita, dan secara tak langsung pemilihan filter juga bisa memperlihatkan mood kita saat itu. Begitu juga dengan isi dari tiap media sosial setiap orang. Setiap orang yang kita follow di Instagram pasti memiliki ciri khas tone foto yang berbeda-beda. Ada yang tampilannya putih bersih, black&white, atau yang colorful. Filter instant dapat menjadikan foto yang biasa menjadi luar biasa. Alhasil, filter ini dapat menimbulkan perbedaan yang ekstrem antara kenyataaan dan foto yang diunggah. Hal ini bisa menjadikan kebohongan publik.

 

Stories

Seperti Snapchat, foto dan video yang diunggah ke Stories di Instagram akan terhapus setelah 24 jam. Dengan stories, kita bisa berbagi sebanyak mungkin sepanjang hari, dengan cara sekreatif mungkin. Kecanggihan fitur seperti ini sangat memberi pengaruh besar dalam budaya selfie. Kita makin dimudahkan dan makin dibantu oleh fitur fitur tersebut

 

Instalive

Fitur terbaru dari Instagram adalah Instalive yang memungkinkan kita berselfie secara live streaming. Dengan kecanggihan ini, makin membuat kita hanyut dalam kecanggihan. Selain memberikan keuntungan, Instalive dapat memberikan dampak negatif begitu besar. Sebagai contoh, beberapa kasus bunuh diri life yang ditonton semua kalangan termasuk anak anak akan memberikan dampak psikologi yang membahayakan.

  

  • Swafoto Sebagai Industri Lifestyle

Fenomena swafoto terutama di instagram juga berdampak pada bidang industri, dimana gaya swafoto sendiri dipengaruhi oleh latar belakang tiap personal. Salah satunya yaitu lifestyle atau gaya hidup. Gaya hidup menurut (Kotler, 2002:192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan "keseluruhan diri seseorang" dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Gaya hidup juga menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu dalam kehidupannya, juga dapat dilihat dari aktivitas sehari-harinya dan minat apa yang menjadi kebutuhan dalam hidupnya. Jadi, swafoto tiap personal cenderung meliputi segala tentang gaya hidupnya. Misalnya saja ketika ada seseorang yang memiliki gaya hidup traveling. Tentu dalam swafotonya pasti menunjukan tentang eksistensi dirinya dibidang trafeling. Sehingga didalam instagramnya , ia mempost tiap fotonya bertujuan agar positioning atau peletakan jati dirinya di mata masyarakat media maya khususnya pengguna instagram untuk mengakui akan gaya hidupnya. Disinilah pembentukan personal branding melalui swafoto terjadi.

Selain dalam personal branding, tanpa sengaja objek yang terpublikasikan didalam swafoto ikut teriklankan. Entah berupa produk, tempat, dan lain sebagainya.

Dikutip dari bisnis.tempo.co :

"Kebiasaan masyarakat yang melakukan swafoto juga berkontribusi meningkatkan gairah di sektor pariwisata. Banyak lokasi wisata di Indonesia, seperti di Labuan Bajo, Raja Ampat terpromosikan dari kebiasaan swafoto masyarakat. Dan sekarang orang suka selfiedan fotonya bisa langsung viral ke seluruh dunia. Dan sudah banyak yang membicarakan destinasi wisata di Indonesia karena internet tidak kenal batas dan jarak. Sekali viral langsung bisa ke seluruh dunia," tutur Jokowi.

 

Hal ini membuktikan kekuatan dari swafoto yang tidak hanya berpengaruh pada seseorang atau kelompok tertentu, swafoto juga dapat berpengaruh positif terhadap suatu tempat atau daerah, bahkan juga dapat berpengaruh pada negara itu sendiri. Karena swafoto sehingga banyak khalayak umum yang mengetahui suatu tempat yang mungkn sebelum adanya konten digital yang merambah hingga bagian terdalam dari kehidupan masyarakat itu sendiri sehingga mengetahui tempat tempat baru yang menarik untuk dikunjungi.

Keuntungan dari hal tersebut dapat dirasakan kontribusi bagi masyarakat sekitar tempat wisata tersebut karena branding dari tempat wisata tersebut tersebar luas hingga diketahui khalayak ramai. Contoh lainya yaitu acara. Saat suatu acara tertentu sedang berlangsung, tak jarang seseorang atau kelompok berselfie dan kemudian meng uploadnya kedalam instagram. Awalnya sang penguoload memang hanya sekedar ingin menunjukan keberadaan dirinya. Namun tanpa disadari acara yang ada didalamnya ikut ter branding. Acara tersebut nampak terkesan ramai dan semakin dikenali oleh responden lainya.

Lifestyle yang nampak pada swafoto juga dimanfaatkan oleh para fendor produk yang berkaitan sebagai sasaran mangsa pasar. Misalnya sebuah perusahaan produk olahraga, mereka mencari konsumen dengan cara memfilter kategori konten foto pribadi yang berkaitan dengan olahraga. Kebanyakan orang yang berselfie atau swafoto dengan tujuan membangun citra diri pada posisi tertentu selalu menyertakan hastag (#) dengan kata kunci pada caption fotonya. Dari tag inilah para fendor mencari target konsumenya kemudian memfollow agar mendapat respon untuk memberi follow back. Konsumen tentu akan tertarik mengingat akun produk yang mengikutinya berkaitan dengan lifestyle nya sendiri. Ketika akun produk sudah terfollow maka berbagai promosi akan sampai di beranda konsumen

Fenomena "Akun Privat" dalam "Media Sosial" Instagram

Walaupun banyak foto dan video yang dapat dilihat secara bebas, akan tetapi Instagram juga memiliki fitur khusus agar pengguna dapat mem-privasi akun mereka. Disini pengguna diberi pilihan untuk membebaskan akunnya sehingga dapat dilihat semua orang, atau mengunci akunnya agar menjadi private account.

Fenomena ini memang tidak lazim dan sedikit melenceng dari tujuan dibentuknya media sosial. Menurut Varinder Taprial dan Priya Kanwar (2012), Media sosial adalah media yang digunakan oleh individu agar menjadi sosial, atau menjadi sosial secara daring dengan cara berbagi isi, berita, foto dan lain-lain dengan orang lain.

Terdapat beberapa alasan bagi pengguna mengapa mereka lebih memilih untuk mengunci akunnya, berikut beberapa alasan berdasarkan data yang sudah didapatkan.

Tidak menginginkan Foto dan Video Diintip Secara Bebas

Akun Instagram yang tidak terkunci tidak hanya terlihat oleh pengikut atau followers, tetapi juga bisa dilohat oleh orang-orang yang bukan pengikut. Foto dan video juga dapat terlihat di Tab "Explore" pada akun Instagram orang lain yang berteman dengan salah satu atau beberapa pengikut pengikut. Jadi, ketika foto dan video yg dipublish menarik perhatian seseorang atau beberapa orang dimana mereka bukan sebagai pengikut, mereka tak akan segan mengintip akun Instagram tanpa follow. Dengan adanya fitur ini pengguna memanfaatkan untuk menjaga privasi dirinya.

Bebas dari Komentar Spam

Banyaknya akun online shop yang tersebar di Instagram membuat akun-akun tersebut gencar melakukan promosi produknya kepada pengguna Instagram lainnya. Terkadang mereka melakukan hal yang tidak diinginkan oleh pengguna Instagram, yaitu sembarangan mempromosikan produknya di kolom komentar. Masalah dari kasus ini tentunya pengguna akun instagram yang menggunakan fitur private tidak menginginkan adanya akun yang tidak dikenal. Salah satunya adalah menghindari akun online shop yang biasanya memberikan comment yangbersifat spam pada akun instagram orang lain.

Agar Memiliki Follower Tetap

Tentu alasan ini terdengar sedikit aneh apabila pengguna fitur prifasi akun menyatakan alasan ini. Sebagai conoh apabila ada seseorang pengguna akun instagram ingin mengikuti akun yang menggunakan fitur private, setelah di approve pasti akan berfikir dua kali apabila orang tersebut ingin unfollow. Melalui cara ini seseorang akan lebih memilih untuk tetap bertahan mengikuti orang tersebut agar dapat melihat aktifitasnya di instagram.

Terhindar dari Kriminalitas

Kejahatan kriminal bisa terjadi tidak hanya didunia maya, tetapi juga dapat terjadi di internet yang terutamanya sebagai pengguna media sosial. Hal ini terjadi karena mudahnya pelaku kriminal dalam mendapatkan foto dan video para pengguna akun yang tidak menggunakan fitur private.Pelaku dengan mudah dapat menyimpan foto hanya dengan menekan tombol "Save" atau hanya dengan mengambil gambar screensot.

Contoh penyalahgunaan dari kasus ini adalah adanya akun palsu atau biasa disebut juga dengan "fake account" yang digunakan oleh pelaku kriminal dalam menjalankan aksinya. Kasus yang banyak terjadi seperti akun palsu yang memberikan komentar spam untuk mempromosikan akun onlineshop tertentu dimana mereka seolah olah sebagai testimoni yang berhasil, akun palsu oleh haters, dan lain sebagainya. Bahkan untuk kasus yang lebih serius lagi dengan adanya akun yang mengedit foto asli, tentunya ini akan menimbulkan masalah yang cukup serius apabila foto tersebut merupakan foto public figure atau orang terkemuka lain seperti selebritis.

Fenomena Meminta di-Follback

Awal mula tradisi meminta follback di Indonesia datang dari jaman ketika twitter sedang berjaya. Seorang komika kenamaan Indonesia Raditya Dika mengangkat tema bit stund-upnyayang menyindir followernya di twitter karna dia merasa geram oleh fans yang meminta follback yang sangat keterlaluan saat itu.

Selain kisah diatas,  Joko Anwar pada tahun 2009 yang memberi tantangan di laman twitternya perihal jikalau dia mendapatkan follower menembus angka 3000 follower, Ia rela bertelanjang bulat ke sebuah tempat belanja yaitu Cirkle K di daerah Bintaro dan hal itu benar-benar terealisasi. Mengapa Joko melakukan tantangan ini, pasalnya ia khususnya dan masyarakat pada umumnya pada jaman itu masih skeptis dengan media sosial. Mereka belum percaya kalo ada sampai beribu-ribu orang yang mau memfollow satu akun. Pada saat itu,  follower 1000 atau 2000 merupakan suatu pencapaian yang luar biasa.

Akun yang memiliki followers beribu-ribu terkadang membuka follback dengan kuis dengan hadiah follback. Hal ini dimaksudkan agar follower dengan si pemilik akun tetap menjalin hubungan yang baik dan si follower tetap merasa dekat dan tentunya tidak akan kabur. Karena kaburnya follower juga berakibat kurangnya angka dan ini juga berpengaruh kepada harga suatu Endorsement.

Kini, alasan orang meminta di-follback makin berkembang. Berikut ini adalah beberapa alasan orang meminta di-Follback

Mereka mempunyai mainset yaitu follower sebagai aset

Bayangkan jika kita hanya memiliki followers Instagram 23 orang, sedangkan teman kita memiliki  followers 12.4K, manakah yang lebih mungkin dipilih oleh sebuah brand untuk meng-endorse? Pastilah yang followers-nya banyak, tentu impact-nya juga lebih besar. 

Selain itu banyak followers juga ibarat banyak "penonton" yang melihat "channel"  kita, maka biasanya pengiklan memilih barangnya di-endorse oleh akun yang followers-nya banyak dengan harapan impact-nya lebih besar. Nama Brand akan lebih dikenal dan tentunya, akan meningkatkan daya jual. Semakin banyak followers juga memiliki efek harga endorse lebih tinggi.

Kepuasan pribadi

Kepuasan datang jika kita di follback oleh orang yang terpengaruh. Bisa jadi anggapan kita dianggap orang penting dengan yang bersangkutan. Misalnya, dengan di-follback, berarti kita telah diakui sebagai bagian dari fans-nya. Selain itu, dengan kita sering di follback, akan mempercantik tampilan angka followersyang lebih banyak dari angka followingnya.

Merasa terpercaya

Jika kita difollback, rasa yang akan timbul pasti seolah-olah dipercaya oleh akun yang kita mintai follback. Tentunya ini ada keterkaitanya dengan kepuasan diri dan batin. Sosiologis David Snow dan Leon Anderson menyebutnya "identity work" yaitu sebuah usaha manusia dalam keseharian untuk memastikan bahwa dirinya dapat dilihat oleh orang lain, karena manusia ingin dilihat.

Jual Beli Followers

Jual Beli Followers di kalangan anak muda yang aktif bermain Instagram sekarang lazim dilakukan. Cukup dengan membayar sejumlah uang, dalam hitungan hari, followersnya bertambah berkali-kali lipat secara instant. Konsumendari bisnis ini cukup beragam. Ada online shop yang membeli followers supaya pelanggannya menjadi semakin banyak. Ada food/travel blogger yang membeli followers berharap dengan jumlah followersnya banyak dia bisa diendorse oleh brand-brand ternama. Bahkan sampai ada orang biasa yang membeli followers hanya untuk eksistensi saja, supaya merasa populer.

Lalu apa yang ingin didapatkan oleh si penjual/seller followers Instagram? Sudah jelas keuntungan yang bisa berwujud uang dari hasil jasanya yaitu menjual followers instagram. Ada beberapa macam caranya menjalankan jual beli followers, seperti dengan menggunakan program, hacking, manual, dll. Prinsip cara kerja penjual followers instagram sama seperti ketika kita memfollow akun teman kita. Dengan begitu follower teman kita bertambah satu, yaitu kita. Lalu hanya mengulang proses tersebut berkali-kali.

Dampak Swafoto

Untuk diri sendiri :

Dampak Positif

Membuat rasa percaya diri meningkat

Saat kita selfie lalu kita unggah di instagram rasa percaya diri seketika akan meningkat apabila kita mendapatkan respon positif dari orang lain. Itulah yang membuat rasa percaya diri kita meningkat.

Membuat perasaan senang dan bahagia

Selfie memang bisa menjadi hiburan di waktu luang, yang membuat seseorang menjadi merasa senang. Misalnya saat sedang jalan-jalan ke tempat baru lantas ber-selfie di tempat itu, atau baru dapat kado dari pacar lalu ber-selfie, dan lain sebagainya. Setelah itu kita unggah dan banyak sekali respon postif yang kita dapat nah mungkin dari situlah rasa senang itu kita dapatkan yaitu melalui respon-respon positf dari orang-orang.

Self branding

Mungkin bagi orang-orang tertentu yang memang mempunyai kelebihan kecantikan atau ketampanan atau bahkan keunikan tertentu. Selfie yang diunggah di Instagram ini kadang-kadang membawa dampak postif atau justru keuntungan baginya. Untuk sample ada yang cuma gara-gara foto-foto selfie cantik dan ganteng di Instagram lalu mendapatkan banyak followers dan terkenal lalu banyak yang endorse dari online shop dan mendapatkan keuntungan disana.

Dampak Negatif

Membuat rasa percaya diri berkurang

Kebanyakan orang unggah foto selfie-nya untuk mendapat tanggapan dari masyarakat. Biasanya hal ini diukur dari seberapa banyak 'like' yang ia dapat. Tapi gimana kalo jumlah 'like' yang ia dapatkan ini tidak sesuai sama ekspektasinya? Bagaimana kalo orang-orang ternyata tidak menanggapi foto selfie-nya? Tentunya hal ini bisa jadi pemicu sesorang tersebut menjadi rendah diri dan merasa tidak diperhatikan oleh orang-orang.

Mengundang tindak kejahatan seksual

Kadang kita tidak sadar, khususnya bagi kaum hawa kebanyakan. Saat mengunggah foto selfie di instagaram terlebih lagi foto itu terlihat menawan dan seksi, tidak menutup kemungkinan menimbulkan niatan buruk bagi beberapa pelaku kejahatan, khususnya kejahatan seksual. Pada awalnya pelaku mungkin tergiur dengan penampilan calon korban yang elok dan menggoda, lama kelamaan ia bermaksud untuk melakukan tindak kejahatan seksual.

Sasaran empuk biasanya lebih kepada usia remaja. Sebab remaja cenderung akan menampilan foto dirinya semenarik mungkin (bahkan dengan menambahkan fasilitas foto editing instan), seheboh mungkin (seperti menjulur-julurkan lidah dsb) serta mengekspose sisi menarik dari dirinya layaknya seorang selebritis.

Selain itu bahwa sifat remaja yang cenderung lugu dan polos, memudahkan pelaku kejahatan seksual dengan pendekatan personal melalui obrolan pribadi (chating), awalnya pelaku berpura-pura baik, kemudian merayu, mengirim pulsa, dan seterusnya. Setelah korban sudah mampu dikelabuhi, biasanya pelaku akan mengajak korban untuk berkencan di suatu tempat. Di situlah kejahatan seksual akan dilakukan. Mungkin disini kita yang masih mempunyai adik-adik abg atau remaja bisa kita kasih tau agar kejadian seperti ini jangan sampai terjadi.

Mencemarkan nama baik kita melalui rekayasa digital

Di zaman modern seperti ini sangat mudah sekali merekayasa foto. Contoh saja saat kita unggah foto selfie kita di Instagram, mungkin kita berharap bakalan dapat respon positif dari orang-orang. Tapi kita juga gak tau kalau ada aja mungkin orang yang gak suka sama kita. Bisa saja mereka berniat mengerjai kita dengan download foto kita kemudian dimanipulasi menggunakan Instagram yang aneh-aneh. Masih mending kalau foto kita hanya dibuat menjadi hitam dekil atau agak mrongos. Bagaimana jika sampai dibikin telanjang kemudian disebar di internet dan menjadi viral? Tentunya akan merugikan diri kita sendiri bukan?

Menyebabkan depresi

Memang untuk mendiagnosa seseorang depresi ada tahapan yang harus dilakukan. Selfie bisa dianggap gangguan kejiawaan apa bila telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari seperti menggangu pendidikan dan pekerjaan. Beberapa orang bahkan ada yang sampai tidak nafsu makan hingga frustasi karena menginginkan hasil selfie yang sempurna.

Bukan berlebihan tapi hal ini memang sudah sangat sering terjadi. Seperti dilansir CNN Indonesia, beberapa kasus bunuh diri karena selfiesudah terjadi. Bahkan pada pertengahan 2015 lalu seorang remaja perempuan bunuh diri karena foto dirinya dianggap tidak sempurna.

Selfie memang bukan hal buruk. Tapi pastikan kita punya batasan privasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Untuk orang lain:

Dampak Positif

Menghibur orang lain

Ternyata tidak kita saja yang terhibur dan merasa senang saat kita melakukan selfie yang lucu dan kocak lalu mengunggahnya di Instagram. Kadang bisa saja saat orang-orang yang melihat foto yang kita unggah ternyata tertawa dan terhibur karena melihat foto selfie kita yang lucu dan kocak.

Mengiklankan produk orang secara tidak sengaja

https://www.musicjinni.com/KQE1OuMdi4j/Louis-Vuitton-Ring-Key-Chain-on-Pochette-NM-OOTD-and-Review.html
https://www.musicjinni.com/KQE1OuMdi4j/Louis-Vuitton-Ring-Key-Chain-on-Pochette-NM-OOTD-and-Review.html
Terkadang saat kita berselfie menggunakan suatu produk tertentu secara tidak sengaja kita memberikan keuntungan pada produk yang kita pakai saat kita berselfie lalu mengunggahnya di Instagram. Padahal yang ingin kita dapatkan yaitu respon dari orang-orang dan juga eksistensi kita menggunakan produk itu. Tetapi secara tidak sengaja kita malah memberikan dampak positif bagi orang lain yaitu pemilik produk itu karena produknya teriklankan secara gratis.

Dampak Negatif

Mengganggu orang lain

Melakukan foto selfie dan mengunggahnya di sosial media itu memang menyenangkan. Tapi karena ketagihan sama rasa senangnya itu, kita pun kadang melakukannya berulang-ulang. Nah akhirnya secara tidak sadar memebanjiri akun sosial media kita dengan foto selfie. Tentu saja hal itu membuat orang lain yang ada di sosial media kadang jadi terganggu dan sebal dengan ulah pecinta selfie. Boleh saja kita unggah foto di Instagram asalkan tidak terlalu sering bahkan berlebihan atau sampai-sampai spam foto / unggah foto lebih dari satu diwaktu yang berdekatan.

Membuat orang lain jengkel

islaminews.com
islaminews.com
Kadang zaman sekarang selfienya kebangetan dan tidak memikirkan respon orang lain itu akan seperti apa. Sebagai contoh siapa yang tidak jengkel, sekarang apa-apa diajak selfie lalu diunggah di medsos atau di Instagram.

Menghiraukan sekitar

aksirusuhanksekarang.blogspot.co.id
aksirusuhanksekarang.blogspot.co.id

Peristiwa yang masih hangat terjadi di daerah wonosari yaitu taman bunga amarilis yang rusak diinjak-injak oleh kaum-kaum pecinta selfie yang tidak menghiraukan sekitarnya. Mereka mementingkan mendapat foto yang bagus tetapi tanaman rusak dan mati tidak sama sekali dihiraukannya.

Merusak citra produk dari seseorang

Saat melakukan selfie tak senonoh menggunakan produk tertentu lalu mengunggahnya di Instagram dan jika itu menjadi viral.  Lantas dampak negative tidak hanya akan diterima oleh yang melakukan selfie tetapi juga akan menimpa citra dari produk yang ia pakai. Dampaknya, jika orang mendengar produk ini mereka akan langsung berfikir negative.

Swafoto Mematikan Interaksi Sosial

Roman (2014) menjelaskan tentang efek buruk selfie terhadap interaksi sosial. Ketika seseorang sedang fokus untuk medapatkan selfie yang sempurna, hal ini dapat mengaburkan kesan dari suatu momen atau kejadian, bahkan dapat menimbulkan suatu konflik sosial. Di saat seseorang melakukan selfie, terkesan sang pelaku selfie tidak peduli bahwa dia menghalangi pemandangan yang indah hanya karena untuk mendapatkan background foto yang sempurna.
Secara tidak langsung sang pelaku selfie tidak menghargai orang di sekitarnya yang sedang menyaksikan pemandangan tersebut. Selain itu, fenomena lain yang mengkhawatirkan akibat maraknya selfie sendiri adalah kaburnya sesuatu yang bersifat natural. Salah satunya dimana anak kecil jaman sekarang terbiasa melakukan pose tersenyum didepan kamera. Sedangkan dikalangan remaja,kegiatan membagikan selfie sendiri secara garis besar memiliki efek yang cukup mengkhawatirkan. Contohnya memposting selfie di kalangan remaja perempuan biasanya dilakukan untuk membandingkan bentuk ataupun berat tubuh (McLean et al., 2015), dan seringnya memposting selfie di Instagram berdampak akan masalah hubungan asmara (Ridgway and Clayton, 2016).

Manusia sendiri pada dasarnya adalah makhluk sosial dan tidak dapat hidup secara individu. Manusia hidup secara sosial bersama masyarakat. Kehidupan manusia sendiri dibentuk oleh masyarakat dan struktur sosial. Foto yang diunggah di media sosial berarti memiliki tujuan agar dilihat orang lain. Oleh karena itu selfie di media sosial muncul bukan karena dorongan sendiri melainkan karena dorongan dari masyarakat. Selfie sendiri menandakan keberadaan kita di media sosial, menandakan bahwa kita ada. 

David Snow dan Leon Anderson(1987) menyebutnya "identity work" yaitu sebuah usaha manusia dalam keseharian untuk memastikan bahwa dirinya dapat dilihat oleh orang lain, karena manusia ingin dilihat.
Pada era dunia digital sekarang manusia mulai memproyeksikan kehidupanya ke media sosial. Di dunia nyata manusia memperlihatkan bagaimana rupanya, bagaimana cara ia berpakaian, bagaimana ia berbicara dan seterusnya. Sekarang kita melakukanya melalui email, instagram, facebook, youtube dan media sosial lainnya. Dalam hal ini selfie merupakan salah satu cara yang mudah serta jelas untuk menunjukkan identitas kita di dunia maya.

Manfaat Pengkajian Swafoto Bagi Dunia DKV

Dalam periklanan instagram di manfaatkan sebagai endorsement oleh pihak pemilik brand atau produk tertentu dengan memanfaatkan akun instagram yang trand atau memiliki banyak followers karena foto salfienya (cantik, ganteng, lucu, unik, dll) untuk keperluan promosi.

Pemilik brand tertentu mengidentifikasi target pasar atau konsumen berdasarkan lifestyle yang nampak dari foto salfienya.

Publikasi acara

Sebuah acara memanfaatkan foto salfie pengunjung denga dukungan seperti twibbon, banner, dan properti lainnya untuk mempublikasikan acara.

Membangun citra

Dalam konteks iklan ini dapat membangun citra produk dalam acara tertentu.

BAB III
PENUTUP

 

Kesimpulan

Berdasarkan uraian mengenai Swafoto Instagram diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa seiring dengan berkembangnya zaman, yang kemudian disebut sebagai era globalisasi ini, maka penting bagi kita untuk dapat memanfaatkan teknologi yang semakin maju ini dengan lebih bijak dan terarah. Tak terkecuali dalam ranah swafoto di Instagram.

Swafoto dalam instagram dapat dimanfaatkan sebagai personal branding, positioning, bahkan hingga masuk ke ranah komersil. Selain bagi diri sendiri, swafoto juga bermanfaat bagi orang lain pula. Namun demikian, fenomena swafoto juga tidak bisa lepas dari berbagai dampak yang terjadi dalam hubungan sosial. Entah berdampak baik maupun buruk, karena swafoto dapat direspon dari berbagai sudut pandang masing - masing.

Saran

Setelah mengetahi akan seluk beluk hingga dampak dampak dari berswafoto, diharapkan kita dapat mengambil pembelajaran dan menjadi lebih bijak dalam berswafoto. Swafoto tidaklah dilarang selama tidak menjadi lifestyle yang seolah menjadi kebutuhan primer, dan juga merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Dampak Swafoto di instagram entah bersifat baik maupun buruk bukan hanya terjadi kepada diri sendiri, melainkan orang lain pula. Maka dari itu kebijakan pribadi dalam berswafoto itu sangat diperlukan demi menjalin hubungan yang baik di media sosial, karena instagram merupakan sebuah media sosial yang digunakan masyarakat hampir di seluruh dunia.

Lampiran


11-5a2fb14b5e13730e9328ac22.jpg
11-5a2fb14b5e13730e9328ac22.jpg
13-5a2fb151caf7db05c64a67c2.jpg
13-5a2fb151caf7db05c64a67c2.jpg
Lokasi: Jalan Malioboro Yogyakarta, diambil pada hari Senin tanggal 4 Desember 2017, pukul 16.15 WIB 

14-5a2fb159dd0fa809ed1ef023.jpg
14-5a2fb159dd0fa809ed1ef023.jpg

16-5a2fb18c5e137304dc1d50b2.jpg
16-5a2fb18c5e137304dc1d50b2.jpg
                                                                                                     

15-5a2fb17a5e137304606da9c2.jpg
15-5a2fb17a5e137304606da9c2.jpg
  

DAFTAR PUSTAKA 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun